Saya rasa sebagai orangtua, tidak ada yang ingin anaknya saat dewasa nanti hidupnya jadi sengsara, tidak punya uang, banyak hutang atau memiliki kesulitan keuangan. Tetapi anehnya apa yang dilakukan atau yang tidak dilakukan oleh 80% orangtua saat ini, secara tidak sadar mengkondisikan anaknya saat dewasa nanti jadi sengsara, banyak hutang atau kesulitan keuangan lainnya. Tidak percaya ? Baca baik-baik penjelasan di bawah ini karena mungkin inilah yang bisa membuat Anda sadar dan mulai melakukan sesuatu untuk kondisi keuangan anak anda.
Data statistik selama 10 tahun terakhir ini menunjukkan telah terjadi penurunan drastis pada jumlah uang yang ditabung oleh masyarakat. Dan sebaliknya, selama 10 tahun terakhir ini, terjadi peningkatan drastis pada jumlah pengeluaran dan hutang pribadi. Sebenarnya kita tidak perlu tahu tentang data / statistik ini untuk mengetahui telah terjadi perubahan perilaku dari segi kebiasaan pengeluaran dan menabung. Kita cukup mengamati perilaku orangtua atau kakek kita dan bandingkan dengan diri kita. Kebanyakan orang akan setuju bahwa orangtua atau kakek kita menyimpan atau menabung uang lebih banyak dan lebih sedikit pengeluaran. Sedangkan kita yang hidup di jaman teknologi dan serba cepat ini, kok rasanya berkebalikan, menyimpan uang lebih sedikit dan pengeluaran lebih banyak, betul tidak ?
Setiap kita melihat TV, majalah, koran atau ke Mall / Plaza, kita dibombardir dengan iklan atau tawaran menarik yang semuanya ingin membuat kita mengeluarkan dompet. Belum lagi ke plaza / mall manapun saat ini, kita ditawari Kartu Ajaib dimana kita bisa belanja tanpa harus mengeluarkan uang langsung, bayarnya bisa nunda 45 hari atau bahkan di cicil saja, sesuatu yang tidak bisa dibayangkan oleh generasi sebelumnya. Anda tahu kartu ajaib itu ? Itulah Kartu Kredit, gratis biaya tahunan lagi, mana tahan. langsung saja Anda daftar untuk mendapatkannya.
Yang tidak Anda mengerti adalah semua iklan dan semua tawaran kartu kredit mendidik Anda untuk mempunyai perilaku konsumtif. Awalnya mungkin Anda belanja sesuai dengan kebutuhan, tetapi karena terus dibombardir iklan dan tawaran menarik yang mendidik perilaku konsumtif, Anda mulai tergiur juga dan pelan-pelan secara tidak sadar pengeluaran Anda mulai meningkat. Secara tidak sadar, Anda mulai mengeluh pendapatan Anda tidak cukup dan Anda mulai merasa program cicilan 6 bulan dengan bunga 0% dari kartu kredit jadi menarik. Dan tidak lama kemudian, Anda baru sadar bahwa pengeluaran Anda lebih besar daripada pendapatan Anda dan sekarang Anda mempunyai hutang yang setiap bulannya berbunga !! Bukan uang, tapi hutangnya yang berbunga !!
Perasaan tertekan dan stress mulai timbul. Karena belanja selama ini memberikan suatu perasaan senang, saat Anda merasa stress, dorongan untuk belanja / beli sesuatu semakin kuat, karena Anda mencari suatu perasaan senang kan dalam hidup. Anda mulai berpikir bahwa solusi terhadap permasalahan Anda adalah dengan menghasilkan uang lebih banyak. Anda membayangkan “Kalau saja saja punya penghasilkan dua kali lipat dari sekarang, pasti permasalahan keluarangan ini selesai”. Beberapa diantara Anda pernah mengalami hal seperti ini dan saat penghasilan Anda meningkat, pengeluaran Anda juga meningkat pula sehingga Anda tetap tidak keluar dari kesulitan keuangan Anda. Aneh ya ? Ini tidak aneh, karena Anda tidak sendirian. Baca nasib beberapa orang terkenal yang menghasilkan sangat banyak ini :
- Toni Braxton adalah seorang penyanyi top penerima Grammy Award, seorang bintang pop yang menghasilkan puluhan juta dollar (setara dengan ratusan Milyar Rupiah) dalam karirnya. Belum lama ini mengajukan permohonan pailit / bangkrut karena keinginan tidak terkontrol dalam membeli banyak perhiasan dan pakaian bulu.
- Burt Reynolds adalah seorang aktor film terkenal di jaman tahun 70 an dan 80 an, mengalami pailit / bangkrut pada pertengahan tahun 90 an. Dan saat ini mulai membangun kembali karir dan kondisi finansialnya.
- Joe Louis adalah salah satu juara kelas berat terkenal sepanjang masa dan menghasilkan jutaan dollar dalam karirnya. Dia meninggal dalam kondisi bangkrut.
- Mike Tyson adalah salah satu juara dunia kelas berat terkenal di era 90 an. Kebiasaannya dalam mengeluarkan uang membawa dirinya mengalami kebangkrutan, pikiran stres dan tertekan dan akhirnya sempat masuk penjara.
Dan masih banyak contoh lain yang bisa disebutkan. Tetapi saya harap Anda bisa mengerti bahwa bukan jumlah uang yang Anda hasilkan yang akan menentukan apakah Anda akan memiliki sukses secara finansial.
Nah jika Anda merasa sebagai seorang dewasa yang merasa kurang memiliki kontrol diri tentang pengeluaran, sering membeli barang karena keinginan sesaat, membelanjakan lebih banyak daripada pendapatan dan bahkan memiliki hutang yang berbunga karena perilaku konsumtif Anda, kira-kira apa yang dipelajari anak Anda (jika anda punya anak tentu saja) tentang uang ? Anak belajar dari mengamati orangtuanya, bukan dari nasehat atau ucapan orangtuanya. Sehingga masuk akal kan, bila anak dari mengamati orangtuanya, belajar atau percaya bahwa tujuan memiliki uang adalah untuk dibelanjakan atau untuk dihabiskan ? atau anak belajar bahwa membeli sesuatu memberikan kebahagiaan ? Karena anak sering melihat orangtuanya tampak senang dan bahagia setelah membeli sesuatu baik itu baju, produk elektronik atau barang konsumtif lainnya. Sehingga masuk akal kan bila akhirnya anak tersebut juga ingin bahagia atau senang dengan cara belanja / membeli sesuatu ? Dan akhirnya anak akan mengulangi lagi kehidupan orangtua nya yang tertekan karena permasalahan keuangan.
Inilah yang saya maksud di awal tulisan ini, banyak orangtua secara tidak sadar bahwa perilakunya mengkondisikan anaknya saat dewasa nanti jadi sengsara, banyak hutang atau kesulitan keuangan lainnya karena anak tidak dididik untuk memiliki kebiasaan yang benar mengenai uang atau dengan kata lain, anak tidak dididik untuk memiliki kecerdasan keuangan.
SekolahOrangtua memasukan aspek keuangan dalam pendidikan dan pengajarannya karena kami merasa uang adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia dan orangtua mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk masa depan keuangan anak. Ikuti terus pembelajaran keuangan dari SekolahOrangtua dimana Anda akan belajar hal-hal berikut :
- Mengapa apa yang dilakukan dengan uang Anda lebih penting daripada jumlah yang Anda hasilkan ?
- Bagaimana cara mendidik anak agar mempunyai kebiasaan menabung sejak kecil ?
- Bagaimana cara mendidik anak kita mempunyai kebiasaan membeli sesuatu dengan bijaksana ?
- Apakah anak perlu diberi jatah uang belanja atau tidak ya ?
- Bagaimana caranya membuat anak kita menjadi Milyarder saat dewasa nanti dan memiliki kemampuan untuk mengelolanya dengan hanya menabung Rp 20.000 per hari ?
- Dan masih banyak lagi.
Tulisan ini memang bertujuan memberikan Anda sebagai orangtua kesadaran tentang pentingnya memberikan kecerdasan keuangan ke anak. Tulisan-tulisan saya berikutnya akan menjelaskan lebih detil, apa dan bagaimana mendidik kecerdasan keuangan ke anak. Semoga bermanfaat.
salam,
S u k a r t o
Komentar dan masukan tentang artikel ini akan sangat bermanfaat bagi semua orang. Silakan isi form komentar di bawah ini. Terimakasih sebelumnya !
Betapa pentingnya kita sebagai orangtua mengajarkan pada anak kita untuk dapat mengelola keuangan. Saat ini anak saya baru satu namun setiap bulan saya sudah menargetkan harus dapat menabung setidaknya lima ratus ribu rupiah. Sedikit memang….namun dengan gaji saat ini jumlah tersebut cukup besar, saya dan suami bekerja sebagai tenaga honorer di suatu instansi pemerintah dengan gaji dibawah 1 juta. Saya cukup bersyukur setiap bulan dapat menyisihkan uang untuk ditabung. Kelak anak saya pun juga harus dapat menyisihkan uang untuk ditabung untuk masa depan. Setiap habis gajian saya langsung menyisihkan uang dan langsung saya tabung jadi mau tidak mau harus mengerem pengeluaran.
Bila ada tips jitu untk dapat mengatur keuangan sungguh bahagianya saya….
Dear Pak Sukarto, Kami sangat tergugah dengan artikel ini, selama ini hanya terlintas saja dalam pikiran, tidak sampai terekspreksikan. TerimaKasih atas cluenya, mohon dilanjutkan dan kami tunggu artikel tentang keuangan selanjutnya.
Saat ini saya mengajar anak saya untuk menabung uang di celengan dan setiap hari diisi uang walaupun itu hanya 100 rupiah. Saya juga memberitahukan manfaatnya untuk membeli kebutuhan anak di waktu mendatang. Menabung mengajak anak untuk menunda sesuatu yang bukan kebutuhan. Terima kasih untuk artikelnya dan saya tunggu yang lainnya
sy srg kelolosan dlm mengatur keuangan. yg sering terjadi adalah besar pasak drpd tiang. yg paling berat adalah pengeluaran tak terduga. amat sgt susah untuk SAY NO atas ajakan teman, beli dagangan dr teman2 kantor krn sy tdk tega mengecewakan org lain. tp akhirnya sy sendiri yg kesulitan & rugi krn tdk bisa menabung meski 50rb sekalipun. tp stlh baca artikel ini, sy mulai terpikir untuk mulai “pelit” thdp diri sy sendiri. maksud sy, sy hrs bs memilah mana yg sekunder mana yg primer. hrs ada skala prioritas. Dan hrs berani say no, krn ini mempertaruhkan masa dpn anak saya. trm ksh untuk artikel nya…..
Pengalaman saya baru-baru ini. Setiap ada pekerjaan , dan saya meminta bantuan ke anak saya, selalu dengan semangat anak saya membantu untuk melakukan. Sebab saya akan memberikan uang kepada dia , sekitar 5 – 10 ribu rupiah. Saat liburan anak saya membantu saya bekerja. Dia masih kelas 2 SD.
Waktu ajaran baru dimulai, malam sebelumnya anak saya menangis ternyata topi seragam sekolah hilang. Lalu dia merengek ke Mamanya untuk beli lagi. Si Mama mengatakan ” Karena kamu sendiri yang menghilangkan mama dak mau beli lagi.” Dia trus menangis. Lalu kakaknya memberitahu “Ven , kamu khan punya uang sendiri , hasil kerja ke Papa,.. harga topi cuma sepuluh ribu cukup khan ?” Langsung saja dia tertawa dan mengambil uang itu lalu dimasukkan ke tas sekolah. Si Mama hanya tersenyum. Pekerjaan yang dibantu adalah design foto untuk perkawinan.
sejak anak-anak kami mulai mengerti ‘uang’ maka mereka kami libatkan dalam pembuatan anggaran keluarga kami. setiap akhir bulan kami duduk bersama untuk membuat anggaran. kami bukan wiraswastawan, maka pendapatan kami tetap. sebagai orangtua kami sudah menentukan sekian persen dari pendapatan kami sebagai tabungan (kami berprinsip ‘menabung dulu baru berhemat), sisanya kami bagi sesuai dengan kebutuhan (lauk pauk, ibu, ayah, anak 1, anak 2, kemasyarakatan, keluarga besar, transportasi, rekreasi, perumahan), dengan demikian anak-anak sejak dini sudah ikut serta dan belajar mengelola keuangan keluarga.
memang saat ini harus lebih bijaksana memanfaatkan uang yang ada pada kita, sekedar sumbang saran pada saat kita hendak menentukan berapa jumlah yang harus di tabungkan ada baiknya di hitung lebih cermat dengan asumsi banyak faktor masa depan.
dan ada hal yang dapat disharingkan berdasarkan apa yang telah saya terapkan untuk banyak keluarga dan keluarga saya sendiri.
salam,
atw
Thanks banget artikelnya, terus terang saya baru buka website ini, dan isinya benar-benar bermanfaat. Pengalaman saya, anak saya terbiasa menyisihkan uang saku tiap hari di dompet khusus, sehingga pada saat dia ingin membeli sesuatu, dia akan mengambil uangnya sendiri. Alhamdulillahnya anak saya ga begitu suka ke mall, jadi dia ga pernah mempelajari gimana orangtuanya shoping . Paling dia cuma komen “baju baru nih, ma?..hehe. Mungkin itu juga kenapa dia ga suka minta baju baru, bahkan pada saat mau lebaranpun..(ktnya lebaran ga perlu baju baru, yg penting hatinya yg baru..). Jadi saya selalu belikan dia baju selain bulan ramadhan aja deh..
saya sepaham dgn pemikiran dan pola arahan pak aries khususnya dalam hal masa depan anak terkait pengaturan & kesuksesan ketrampilan serta kemampuan anak – anak kita, sehingga masa depannya cerah, sebab menurut pemikiran saya sebagai mantan guru sebuah smp & smk.
” anak anak kita adalah korban pola pendidikan yang salah khususnya disekolahnya yang kebanyakan sekolah pada umumnya ”
wlwpn sekarang ada sekolah yg sdh benar arahannya mnrt kaca mata saya”
Saya rasa, artikel ini bagus untuk menambah pengetahuan saya tentang bagaimana cara mengurangi pengeluaran sendiri, dan sekaligus untuk mendidik anak agar dapat meminimalisir keinginan mereka terhadap jajan.
Saya sangat membutuhkan tips2 jitu untuk mengerem pengeluaran.
Mungkin dengan artikel2 yang dibuat oleh Bapak Sukarto dapat membantu banyak orang dalam permasalahan yang bersangkutan.
Saya sudah beberapa kali membaca Tips bagus seperti ini dan tahu manfaatnya, namun penerapannya itu lho… kok sulit sekali yach.. Tiap bulan cuma sebagian kecil saja yang bisa rutin disisihkan.
Apalagi pada bulan yang berakhiran “ber” banyak pengeluaran yg tidak terduga (istilah robert t.kiyosaki doo dad ) banyak undangan yg antri mulai dari kawinan, ulang tahun sampai relasi yg meninggal. Kadang juga kedatangan tamu yang tentunya harus di jamu juga sehingga timbul pengeluaran ekstra.
Mungkin ada yg punya tips untuk mengatasi problem seperti ini ?
Assalamu’alaikum
Ini pengalamn pribadi yang dilakukan anak saya
anak saya setiap sekolah sudah dibekali dengan makanan ringan/kecil seperti roti tawar diberi selai atau coklat lalu dipotong kecil-kecil jadi empat, setiap pulang habis kami orang tuanya senang. setelah beberapa bulan guru anak kami menulis dibuku penghubung/buku catatan untuk orangtua, beliau menyarangkan agar kami orangtuanya memberi uang saku. dalam hati kami bertanya mengapa lalu kami konsultasi dengan gurunya lalu kami mendapat jawabannya kalau ternyata anak kami menjual rotinya pada teman-temannya lalu uang hasil jualannya tadi dibelikan lagi kue yang ada disekolah, sehingga anjuran dari gurunya dapat kami terima sebagai masukan yang baik dan kami berterimakasih atas perhatiannya dan informasinya.sekarang kami jatah tiap hari sekolah dapat sangu/uang untuk beli kue kecuali hari libur sangunya juga libur. mudah-mudahan pengalaman ini bermanfaat dan dapat diambil hikmahnya, amin
Assalamu’alaikum
Ini pengalamn pribadi yang dilakukan anak saya
anak saya setiap sekolah sudah dibekali dengan makanan ringan/kecil seperti roti tawar diberi selai atau coklat lalu dipotong kecil-kecil jadi empat, setiap pulang habis kami orang tuanya senang. setelah beberapa bulan guru anak kami menulis dibuku penghubung/buku catatan untuk orangtua, beliau menyarangkan agar kami orangtuanya memberi uang saku. dalam hati kami bertanya mengapa lalu kami konsultasi dengan gurunya lalu kami mendapat jawabannya kalau ternyata anak kami menjual rotinya pada teman-temannya lalu uang hasil jualannya tadi dibelikan lagi kue yang ada disekolah, sehingga anjuran dari gurunya dapat kami terima sebagai masukan yang baik dan kami berterimakasih atas perhatiannya dan informasinya.sekarang kami jatah tiap hari sekolah dapat sangu/uang untuk beli kue kecuali hari libur sangunya juga libur. mudah-mudahan pengalaman ini bermanfaat dan dapat diambil hikmahnya, amin
Memang, kadang ada efek tidak baik ketika anak mulai”ngerti” uang. Salah satuya adalah kejadian yang disampaikan pak Nurdin di atas. Saya pikir yang lebih penting adalah bagaimana mengkomunikasikan keinginan kita kepada anak. Nantinya terkait dengan alasan-alasan yang sudah dapat diterima oleh anak. Jadi Anak akan melakukannya atas dasar kesadaran, jangan lupa juga untuk selalu membuka pertanyaan dari anak agar terjalin komunikasi dua arah.
perilaku hidup hemat memang harus ditanamkan di keluarga sejak awal. Sy setuju bila ortu memenuhi kebutuhan anak dng baik, uang jajan bisa direm dan anak tidak akan menuntut lebih. Pengalaman sy pribadi selalu menyediakan bekal yg disukai anak (mereka pilih sendiri dan sy sediakan dr rumah untuk dibawa sklh), membuat anak tdk ingin jajan. Uang jajannya bisa ditabung atau buat beli buku/keperluan lain. memang sdkt repot untuk ibunya, tp efektif untuk berhemat dan jg lebih sehat.
Terus terang setelah membaca artikel ini saya tersadar, bahwa selama ini saya kurang giat menabung. Sekarang menabung saya prioritasnya dan anak saya yang pertama (6 tahun) mulai saya ajarin menabung Rp. 1.000 per hari. Dari tabungan tersebut mereka bisa membeli apa saja termasuk mainan sehingga mereka paham kalau ingin sesuatu harus berjuang dulu.
terma kasih artikel yang sangat bermanfaat untuk kita semua sebagai orang tua,kebetulan saya bekerja d sebuah company yang mengajak orang untuk belajar menyisihkan keuangan bulanan kita demi masa depan yang lebih baik,bukan seberapa besar penghasilan yang kita dapat tapi seberapa besar kita bisa mengalokasikan uang yang sudah kita dapat.(yang terbaik untuk menanam pohon oak adalah 25th yang lalu dan selanjutnya adalah hari ini) saya tunggu artikel2 yang lain
selama ini saya mencontohkan & mengajari anak supaya menyisihkan uang jajan untuk ditabung, adalah atas dasar keragu-raguan hati, apakah yang saya lakukan ini benar? atau malah saya ini terlalu irit/ pelit. tapi setelah membaca artikel ini saya jadi lega. apa yang saya lakukan ternyata benar! terimakasih.
selamat buat cepung yang telah mengajarkan kebiasaan positif utk nabung ke anak. Suatu hari mereka akan berterimakasih karena telah menanamkan kebiasaan baik ini.
selama ini saya mengajarkan uang dgn anak saya, bagaimana kita mencari, membelanjakan dan menabung, dengan cara pada saat ulangan dengan rentang nilai sekian sampe sekian kita beri harga sekian, dengan demikian setiap 1 mingggu saya gunakan untuk emnghitung pendapatan dari hasil belajar mereka seperti ini, kami juga membantu mereka untuk membelanjakan sesuai dengan kebutuhan mereka meskipun masih ada dari mereka yang membelanjakan uang dgn menyimpang dari kebutuhan mereka, karena anak kecil cenderung membelanjakan uang sesuai dengan keinginan mereka dan rasa puas dari apa yang mereka lihat… terakir saya juga menyarankan untuk menabung dan berbuat amal untuk mereka yang membutuhkan. Dengan cara ini saya belajar juga mengevaluasi diri saya sendiri…terima kasih atas masukannya
thanks atas sharingnya.
apa yang Anda mulai lakukan sudah mengarah ke hal yg benar, hanya saja hati-hati dgn hal yg menjadi tolak ukur pemberian uang. Memberikan uang utk suatu pencapaian nilai di sekolah tidak selalu merupakan hal yang baik.
Karena bisa jadi, kita menanamkan suatu prinsip/belief bahwa mereka nantinya bisa dapat uang dgn mencapai nilai tinggi / prestasi di sekolah. Padahal kita tahu sendiri betapa banyak lulusan perguruan tinggi yg memiliki nilai tinggi tetapi struggle dalam hal finansial.
Kita sebagai orang dewasa tahu persis bahwa untuk menghasilkan uang, kita tidak cukup dgn nilai bagus tetapi justru ditentukan oleh faktor-faktor lain spt karakter, sikap-sikap pemenang, relasi yg kita bangun, kemampuan berkomunikasi dan masih banyak lagi.
Apa yang kami ajarkan di Sekolah Orangtua ttg mengajar prinsip2 finansial ke anak adalah cenderung memodelling dunia nyata saat dewasa. Jadi kami lebih sarankan Anda memberikan suatu reward berdasarkan faktor-faktor yang memang sesuai dgn dunia nyata, jangan dgn nilai ulangan.
Kami sedang dalam proses pembuatan modul training pendidikan finansial ke anak yg akan kami launch di tahun 2010. Sistem manajemen keuangan pribadi yg sederhana yg bisa diterapkan oleh anak dan dewasa.
Dimana sistem ini akan membuat anak mengerti langsung soal menabung untuk investasi, menabung utk membeli hal yg dia inginkan, uang utk sosial dan lain sebagainya.
Semoga penjelasan singkat ini bermanfaat bagi Anda.
terimakasih.
Sangat bermanfaat info2nya,mksih pak Karto. Kalo saya sejak kelas 2 SD anak sudah saya beri uang bulanan, setengahnya harus ditabung dulu dan sisanya baru dijajankan. sekarang mereka udah kelas 6 dan kls 1 SMP, Karena kami dikampung uang jajannya sebulan cuma Rp. 100.000 Kalo liburpun mereka tetap dapet uang saku bulanan, jadi ditabung semua. Kalo dia mau beli apa2 dari uang tabungannya tetap harus izin saya dulu. Biasanya mereka sangat sayang dengan uangnya, dan jarang mau beli ini itu, kecuali penting sekali (hadiah ultah temen/saudara misalnya). Sebelumnya mereka selalu minta dibelikan mainan ini itu, bahkan udah punya beli lagi, karena saya sering tekor jadilah sejak kelas 2 SD mereka udah saya serahkan tanggungjawab uang sakunya sendiri. Katanya kalo besar nanti dia mau beli motor dengan tabungannya itu. Kalo buku2 dan keperluan sekolah lainnya tetap saya tanggung. Itulah pengalaman saya, sekarang saya tak perlu pusing anak2 minta ini itu, anak2 udah kelola sendiri uangnya.
@maniksari:
Wow thanks atas sharingnya yang luar biasa. Kami sungguh berbahagia Anda telah berhasil menerapkan sesuatu hal yg sederhana tetapi merupakan pondasi penting bagi anak-anak Anda.
Semoga Anda dan anak-anak selalu berkembang semakin baik.Salam 🙂
Dari sejak balita, anak sy sudah sy perkenalkan dgn menabung. Awalnya krn mainan yg dibelikan tanpa diminta, cepat sekali rusaknya. Sejak itu mulailah, kalau dia mau beli mainan, kami minta bersabar selama 10hari. Selama wkt tersebut, ia kami beri uang seribu rupiah sehari, yg kami minta ia kumpulkan. Kebiasaan itu berlanjut sampai skrg. Kalau mau beli mainan, ia pasti menabung dulu tanpa diminta. Tapi kalau buku-2 (hobinya membaca), kami yg membelikan.
Mulai masuk SD, kami beri uang saku sesuai kelas. Kls 1 = seribu/hr. Kls 2 = 2ribu/hr, dst. Skrg ia duduk di kelas 4. Uang saku kami beri mingguan. Setiap hari Sabtu ia laporan uang jajannya masih tersisa, minimal 4ribu maks. 10ribu. Semuanya ia tabung. Itu bisa terjadi, karena disamping memberi uang saku, sy juga sedapat mungkin menyiapkan bekal untuknya. Jd otomatis, terhindar dr keinginan utk jajan makanan ‘yg aneh-2’ spt anak sekolah pada umumnya.
Suatu kali ia cerita, kalau di antara teman-2 sekelasnya, uang sakunya adalah yg paling kecil. Rata-2 temannya bw uang saku antara 6 – 10ribu/hari. Saya tanya, “Mas mau juga uang jajannya 10rb/hari?” Jawabnya? Dgn wajah kaget, dia spontan menukas, “Buat apa?! Nanti aku malah bingung menghabiskannya…”
Hehehehe……
Berhenti menyalahkan masa lalu cobalah tuk menerimanya dan memahami bahwa ia telah jadikanmu pribadi yg lebih kuat.
Wahai Yang Maha Lembut