Dear Orang Tua yang Bijak, SEMANGAT PAGI!
Ijinkan saya untuk berbagi pengalaman dalam membantu putra ke-2 saya, Galih Pradnya (8 th), untuk berjuang mencapai impiannya.
===
Galih Pradnya, saat ini duduk di bangku kelas III SD St Aloysius Bandung, memiliki hobi bermain catur dan bercita-cita menjadi Juara Nasional. Cita-cita yang luar biasa, namun perlu KERJA KERAS dan KETEKUNAN untuk mewujudkannya.
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Galih rajin berlatih dan secara rutin mengikuti berbagai pertandingan. Galih dan kami-pun harus pintar membagi waktunya dengan kegiatan sekolah. Entah sudah berapa banyak Galih ijin dari sekolah untuk mengikuti berbagai pertandingan. Untunglah pihak sekolah cukup bijak untuk memberikan ijin, walaupun tugas-tugas sekolah tetap harus dikerjakannya. Setiap pulang dari pertandingan, Galih-pun harus siap menyalin pelajaran yang ditinggalkannya. Luar biasa semangatmu Nak!
Pada tanggal 8-17 September 2011 yang lalu, Galih kembali ijin dari sekolah karena harus mengikuti KEJURNAS CATUR ke-42 di Palembang Sumatera Selatan. Kejurnas Catur ke-42 ini merupakan Kejurnas Catur ke-3 kalinya yang diikuti Galih, setelah tahun 2009 (Palangkaraya) dan 2010 (Manado).
Di Kejurnas 2009 & 2010, Galih belum berhasil menjadi juara dan hanya mampu masuk posisi 5 besar. Karena tahun ini merupakan tahun terakhir Galih bertanding di KU G (
Dalam KEJURNAS CATUR ke-42, pertandingan kelompok yunior dilakukan dalam 9 babak dan dibagi selama 5 hari. Artinya, selama 5 hari, setiap pemain akan bertanding sebanyak 9 kali dan hasil akhirnya akan dihitung berdasakan point yang dikumpulkan. Hitungan point-nya adalah menang=1, draw=0.5 dan kalah=0. Jika ada point yang sama, maka juara akan ditetapkan berdasarkan Tie-Break.
Jumat 9 September 2011, setelah mengalami penundaan dan jadual molor dari yang ditetapkan, babak ke-1 akhirnya dapat dimulai tepat pukul 19.15 WIB.Babak ke-1 ini dapat dimenangkan Galih, sehingga mendapat point 1. Merupakan awal yang baik dan bekal berharga untuk memasuki babak-babak berikutnya.
Sabtu tanggal 10 September 2011 dipertandingkan 2 babak, yaitu babak 2 (jam 09.00 WIB) dan babak 3 (jam 14.00 WIB). Setelah bertanding sekitar 1,5 jam, diluar dugaan, di babak ke-2 ini Galih mengalami kekalahan! Walaupun tidak sampai menangis, ekspresi kekecewaan jelas terpancar dari raut wajahnya. Rupanya tekanan dan tanggung jawab yang besar untuk merebut medali emas, membuat Galih terbebani dan tidak bermain lepas seperti biasanya.
Refleks saya rengkuh kepalanya, “Tidak apa-apa Nak, jalan masih panjang. Masih ada 7 babak lagi. Kamu masih bisa menjadi Juara”. Kami kemudian mengajaknya pulang untuk beristirahat, melupakan kekalahan dan bersiap untuk pertandingan babak ke-3.
Kekalahan di babak ke-2 ini sempat menjatuhkan mental Galih dan membuat-nya patah semangat. Dari target-nya menjadi Juara Nasional, keinginannya turun menjadi hanya masuk 5 besar, alias sama dengan KEJURNAS sebelumnya.
“Targetnya masuk 5 besar saja ya, ternyata susah”, begitu kata Galih. Wah, mana SEMANGAT-mu yang berkobar-kobar itu Nak? Apakah SEMANGAT dan KERJA KERAS-mu selama satu tahun dihapuskan hanya dengan satu kekalahan saja?
Untuk mengembalikan SEMANGAT dan MENTAL Galih, kami dengan sabar terus memotivasi Galih untuk bangkit dan melupakan kekalahan tersebut. Lupakan babak sebelumnya dan fokus babak berikutnya! Itulah motto kami dalam membangkitkan semangat Galih.
“Kamu bisa Galih, fokus dan teliti. Selalu berpikir panjang, jangan terburu-buru melangkah. Dan jangan lupa berdoa” “Kalau kalah gimana”? pertanyaan itu terus diulanginya berkali-kali. “Kalah dan Menang biarlah nanti saja. Nikmatilah pertandinganmu. Berusahalah dan Berdoa, pasti Tuhan akan mendengar-mu Nak”,jawaban itulah yang kami sampaikan kepadanya.
Dan sepertinya motivasi kami sedikit mengangkat moral dan mental Galih, sehingga dengan penuh keyakinan Galih memasuki arena pertandingan untuk memulai babak ke-3. Walaupun belum sepenuhnya dapat melupakan kekalahannya, di babak ke-3 ini Galih mampu memenangkan pertandingan.
“Yeeesss…kamu bisa khan…” Itulah kalimat penyemangat kami untuk Galih.
Kemenangan di babak ke-3 dan motivasi yang terus-menerus kami suntikkan, rupanya mengangkat mental dan semangat Galih. Penampilan Galih semakin hari semakin membaik dan terus mengumpulkan point kemenangan dalam 5 babak berikutnya. Sampai dengan babak ke-8, Galih berhasil mengumpulkan 7 point kemenangan, hasil dari 7 kali menang dan 1 kali kalah. Point ini merupakan point tertinggi di antara lawan-lawannya, sehingga Galih untuk sementara berada di peringkat pertama. Hanya butuh 0.5 point saja di babak terakhir, untuk memastikan juara pertama sekaligus merebut medali emas untuk Jawa Barat.
Medali emas sudah di depan mata! Tinggal 1 babak lagi! Hanya butuh 0.5 point saja! Ketegangan-pun memuncak!
Setelah rehat untuk makan siang, pertandingan babak ke-9 dimulai tepat pukul 14.00 WIB. Sesuai dengan perkiraan kami, Galih bertemu dengan lawan yang sudah sering dihadapinya. Dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya, Galih selalu menang. Namun Galih harus selau waspada, karena pertandingan olahraga tidak bisa dihitung secara matematika.
Sebelum memasuki ruang pertandingan, saya hanya berpesan, “Gal, kamu hanya butuh 1/2 point saja. Tidak perlu mengejar kemenangan, draw saja sudah cukup”. “Iya”. “Tetap fokus dan jangan lupa berdoa” “Iya”
Galih-pun masuk ke ruang pertandingan dan ketegangan segera meliputi saya. Saya, yang biasanya duduk tenang, jadinya mondar-mandir nggak tentu tujuan. Sebentar duduk, berdiri, jalan … duduk, berdiri, jalan … duduk lagi, jalan lagi… Rasanya serba salah.
1 jam berlalu … belum ada tanda-tanda Galih keluar. Biasanya Galih sudah selesai.
1 1/2 jam berlalu … belum ada tanda-tanda juga.
1 3/4 jam berlalu …
2 jam berlalu …
Setelah menunggu sekitar 2 jam, akhirnya Galih keluar dari ruang pertandingan. Saya menunggunya di kejauhan dan tidak berani menyambutnya. Ketegangan saya semakin bertambah karena Galih tidak langsung menghampiri saya, namun bercanda terlebih dahulu bersama kawan sekaligus lawannya. Sepertinya Galih tahu kalau saya menunggu dengan harap-harap cemas, sehingga Galih sedikit mempermainkan emosi saya.
Setelah merasa cukup bercandanya, Galih akhirnya menghampiri saya. Saya tidak berani menanyakannya…tetapi melihat raut wajahnya saya tahu bahwa Galih berhasil merebut 0.5 point yang dibutuhkannya. Dan benar…”Draw”, kata Galih ketika menghampiri saya!
Saya peluk dia dan berkata ,” Bisa juga khan?” …. Galih-pun menjawab “Iya”… dan tersenyum!!! Plong ….. MEDALI EMAS dan gelar MASTER PERCASI-pun berhasil dibawa pulang.
Akhirnya…. Dengan KERJA KERAS, KETEKUNAN, DOA dan KEBERUNTUNGAN… Impian Galih untuk menjadi Juara Nasional tercapai sudah. Namun mesti diingat, ini bukan akhir dari segalanya. Ini merupakan awal dari perjalanan panjang untuk menggapai prestasi yang lebih tinggi lagi. Ayo…kamu bisa! Selamat ya Galih Pradnya Master Percasi.
===
Mudah-mudahan pengalaman ini dapat menjadi inspirasi bagi orangtua sekalian, bahwa ketekunan dan kerja keras yang disertai dengan doa tentu akan indah pada waktunya. Mohon maaf jika sharing-nya terlalu panjang. SEMANGAT PAGI!
Agung Hendriyanto