Tidur adalah waktu yang paling berharga untuk beristirahat. Namun, waktu tidur bisa menjadi waktu terpanjang dan terberat bagi sebagian anak dan orangtua. Bahkan, kualitas tidur bisa menjadi penentu keberhasilan anak di masa-masa berikutnya. Mengapa bisa demikian? Karena aktivitas tidur bisa berpengaruh terhadap rasa percaya diri anak.
Seorang gadis remaja yang mengalami penurunan prestasi, perubahan temperamen, dan mulai suka mencari hal-hal di luar dirinya untuk disalahkan sebagai pelampiasan ketidakpuasan atas sebuah keadaan, bermula dari permasalahan tidur. Benar! Gadis remaja yang sudah duduk di kelas 3 sebuah SMA berasrama mengalami pemutusan emosi dari orangtuanya karena ia selalu tidur bertemankan dengan sang bunda sampai ia lulus SMP. Bisa dibayangkan betapa beratnya melalui masa tidur yang sangat berbeda dengan kebiasaannya selama hampir 15 tahun ia jalani.
Penurunan prestasi, perubahan temperamen, hanyalah sebuah proyeksi dari kegelisahan dan kecemasan yang dialaminya selama masa tidurnya. Bagaimana tidak jika setiap malam ia mengalami tidur yang selalu tidak nyenyak, tiba-tiba terbangun dan tidak bisa tidur lagi, ada ketakutan yang tiba-tiba muncul setiap kali ia merasa sendiri, meski ia sekamar dengan 3 orang rekannya. Kualitas tidur yang buruk membuat si gadis menjalani hidupnya dengan energi yang makin berkurang.
Ketergantungan yang tinggi terhadap sang bunda yang selama ini memberinya rasa aman ketika tidur membuatnya tidak berdaya menghadapi perubahan. Rasa sendirian membuatnya merasa tidak aman dan tidak nyaman, meski sesungguhnya ia masih memiliki teman selama tidurnya, namun, itu tidaklah mampu membuatnya merasa tenang. Perasaan tidak aman dan tidak nyaman menumbuhkan rasa takut, gelisah, cemas, dan berbagai perasaan buruk ketika tidur. Inilah yang membuat kualitas tidurnya menjadi buruk.
Kualitas tidur yang memburuk membuat energi semakin melemah, berpengaruh terhadap daya tangkap dan konsentrasinya dalam belajar. Akhirnya, prestasi menurun. Penurunan prestasi ini disikapi sebagai hal yang menegaskan bahwa dirinya tidaklah semampu ketika berada dekat dengan orangtuanya. Akibatnya, ia menilai bahwa dirinya tidak berdaya jika harus sendiri. Inilah yang kemudian menggerogoti rasa percaya dirinya.
Sebuah kasus terjadi pada anak kelas 4 SD yang kesal terhadap dirinya sendiri karena setiap kali mengikuti evaluasi di kelasnya, ia mendapatkan nilai yang tidak sesuai dengan harapannya. Hal itu bukan disebabkan ketidakmampuannya dalam belajar, tetapi lebih disebabkan keraguan yang selalu muncul setiap kali menuliskan jawaban. Banyak soal yang sudah dijawabnya dengan benar, diganti dengan jawaban yang justru salah. Ini terjadi berulang-ulang sehingga bukan hanya anak tersebut yang kesal tetapi juga gurunya.
Setelah dilakukan analisis terhadap kondisi hidup sehari-hari didapatkan data bahwa masa menjelang tidur adalah masa yang menakutkan bagi si anak dan masa melelahkan bagi sang ibu. Setiap malam sang ibu harus menemaninya, setelah ia tidur barulah sang ibu bisa keluar dari kamar. Itu pun membutuhkan waktu yang cukup lama, sampai dibantu dengan musik untuk mempercepat tidur si anak. Namun, hampir selalu terjadi, tidak lama kemudian si anak berteriak memanggil ibunya, dan kembali ibunya menemani, demikian seterusnya.
Kasus di atas menunjukkan bahwa si anak memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap sang ibu sehingga ia tidak ingin sang ibu beranjak dari sisinya. Menyadari bahwa setiap kali ia tertidur, sang ibu meninggalkannya, membuatnya berusaha untuk tidak terlelap. Bisa dibayangkan, bagaimana kualitas tidur si anak, juga sang ibu. Sungguh sangat buruk. Bahkan, menurut penuturan si anak, ketika di sekolah atau sedang belajar, ia sering membayangkan saat-saat tidur tanpa ibunya di sisinya. Dan seketika itu pula ia merasakan ketakutan. Tentu saja hal itu akan mengganggu aktivitas kesehariannya. Perasaan takut sungguh-sungguh akan mengganggu perkembangan potensi anak. Terlebih ketika ia bisa membandingkan prestasinya ketika tidur bersama sang ibu dan tanpa sang ibu. Ketika itu pula si anak akan merasa bahwa ia tidak akan menjadi kuat dan mampu tanpa bergantung pada sang ibu. Ini juga akan online casino canada menggerogoti rasa percaya diri anak.
Rasa percaya diri sangat penting bagi siapa saja. Rasa percaya diri yang baik akan menyebabkan seseorang berani berinovasi, berkreasi, mengemukakan pendapat, bahkan berani sukses. Oleh karenanya, orangtua perlu membantu anak agar tumbuh dengan rasa percaya diri yang memadai. Salah satunya bisa dimulai dengan melatih anak tidur sendiri, semakin dini (setelah anak tidak mendapatkan ASI), tentu semakin mudah.
Melatih Anak Tidur Sendiri
Melatih anak tidur sendiri tidak bisa dilakukan dengan “langsung”, pasti harus bertahap. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan:
- Pertama-tama anak harus mengetahui bahwa ia akan tidur sendiri tanpa ayah atau ibu di sampingnya. Hal ini penting agar anak tidak selalu berharap bahwa orangtuanya akan selalu ada di sampingnya.
- Temani ketika anak akan beranjak tidur, disarankan Anda memberikan dongeng atau cerita-cerita keagamaan. Namun, jika anak Anda lebih dari satu dan ingin memberikan dongeng, lakukan bersama-sama dan tidak di tempat tidur (kecuali jika anak tidur satu kamar). Tentukan waktu berapa lama Anda melakukan aktivitas tersebut. Artinya, setelah waktu tersebut terpenuhi, Anda harus berhenti mendongeng dan meminta anak untuk tidur.
- Anda boleh tetap ada di kamar anak sampai ia tertidur, namun, pastikan bahwa Anda tidak melakukan kontak fisik dan kontak mata dengannya. Anda boleh membelai kepalanya, hanya ketika waktu berinteraksi (waktu mendongeng). Bila perlu, Anda mengambil jarak dari ranjang anak.
- Jika anak menangis dan mendekati Anda, angkat dan tidurkan di tempat tidur, kemudian Anda kembali pada posisi semula, demikian seterusnya. Jika Anda konsisten dan tegar, maka jeda waktu menemani anak sampai tidur, akan semakin sempit, artinya, anak akan semakin mudah tidur, hingga akhirnya Anda tidak perlu lagi harus menunggui lama di kamarnya.
Melatih Diri Sendiri
Ketika kita melatih anak tidur sendiri, sesungguhnya yang kita latih adalah diri sendiri. Sebab, tidak jarang justru orangtua lah yang menghendaki anak untuk terus tidur bersamanya. Sama juga dengan anak, orangtua akan merasa nyaman jika bersanding dengan anaknya. Itulah sebabnya, orangtua juga perlu berlatih untuk bisa tidur berpisah dengan anaknya.
Kadang, orangtua memberikan beberapa dalih ketika merasa gagal melatih anak tidur sendiri, padahal sesungguhnya, orangtua lah yang berharap latihan tersebut gagal. Namun, dengan perpedoman bahwa kita tidak selamanya akan mendampingi anak-anak kita sehingga perlu memberikan bekal keberanian kepada anak, maka kita akan semakin dimampukan untuk tegar dan berani melatih diri sendiri.
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa ketika kita melatih anak tidur sendiri, jangan ciptakan kesan bahwa hal itu kita lakukan karena kita tidak ingin terganggu oleh si anak, namun, ciptakan kesan bahwa Anda sedang menghargai privacy si anak. Kesan bahwa pemisahan tidur sebagai alasan agar orangtua tidak terganggu akan menyebabkan anak merasa “diabaikan”, dan ini akan semakin menyulitkan proses pelatihan.
Jika Sudah Terlanjur
Bagaimana jika si anak sudah terlanjur memiliki emosi yang buruk setiap kali tidur sendiri? Masih bisa ditolong, yaitu dengan merelease emosi buruknya. Ada berbagai cara yang bisa digunakan untuk merelease emosi buruk. Bisa disugesti menggunakan NLP (Neuro Linguistik Programme), bisa dengan Hypnotherapi, dan bisa juga menggunakan EFT (Emotional Freedom Therapy) yang bisa dilakukan sendiri di rumah. Anda bisa mempelajarinya di dalam buku berjudul “Rahasia Mendidik Anak agar Sukses dan Bahagia”, tulisan Ariesandi Setyono. Pak Aries memberikan teknik-teknik yang mudah dipahami dan dipraktekkanm dalam buku tersebut, klik link berikut : “Rahasia Mendidik Anak agar Sukses dan Bahagia”. Saya pribadi sudah membuktikan kehebatan terapi ini baik untuk diri sendiri maupun untuk anak-anak. Jadi sebaiknya Anda segera memelajarinya melalui buku di atas.
salam hangat penuh kasih untuk Anda sekeluarga,
Vincentia Dwijani (Mathemagics Magelang) untuk anggota SekolahOrangtua
<p>Anak saya hanya mau tidur apabila orang tuanya ikut tidur<br />
bahkan sampai larut malam sekalipun<br />
bagai mana solusinya . mohon sarannya</p>
Salam kenal juga……
Terima kasih atas atensi Anda terhadap artikel saya. Saya bisa membayangkan bagaimana situasi malam-malam Anda dan putra Anda. Kadang bahkan orangtua lupa sehingga membuat anak ikut-ikutan tidur terlalu malam. Ini tentu akan berpengaruh terhadap kualitas tidur anak. Oleh karenanya, baik kiranya jika Anda mulai menjelaskan kepada putra Anda bahwa sudah saatnya ia belajar tidur sendiri. Katakan bahwa Anda akan membantunya sehingga ia merasa tidak ditinggalkan. Untuk selanjutnya, Anda bisa mengikuti tips dalam artikel saya. Silakan dicoba. Semoga berhasil. Saya tunggu kabar berikutnya….
Salam hangat penuh cinta untuk Anda sekeluarga
bagus banget artikelnya. Ini sangat bermanfaat bagi kita, terutama teman2 kantor saya yang sering sharing, anak-anaknya tidak bisa tidur sendiri sampai besar. saya tunggu artiel selanjutnya.
anti
Nice artikel nih…
Minta ijin untuk diunduh dan disebarkan ke kerabat….
Thanks
bagus banget artikelnya…….
Apa kabar Dwi, masih ingat aku…….
kedua anakku dari umur 1 tahun sudah tidur sendiri, tapi sampai sekarang punya kebiasaan tidur terlalu malam, akhirnya kalau pagi emosi sering tinggi.
Aku tunggu artikel-artikel untuk anak ABG
Thanks