Negara dengan Kualitas Pendidikan Terbaik di dunia
Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia?
Finlandia. Negara dengan ibukota Helsinki (tempat ditandatanganinya perjanjian damai antara RI dengan GAM) ini memang begitu luar biasa. Peringkat 1 dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA (Programme for International Student Assesment) mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika.
Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental.
Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas. Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia?
Dalam masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negara lainnya. Finlandia tidaklah menggenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam perminggu.
Apa gerangan kuncinya?
Ternyata kuncinya terletak pada kualitas guru. Di Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang online casino bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke fakultas hukum atau kedokteran!
Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari ujian, ungkap seorang guru di Finlandia.
Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK!
Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia.
Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Adanya terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan, dan mengakibatkan suasana belajar menjadi tidak menyenangkan.
Kelompok siswa yang lambat mendapat dukungan intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses.
Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya.
Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.
setuju itu pak…anak saya baru kls 4 SD tapi pelajarannya seabrek-abrek…kami orangtuanya aja stress apalagi anaknya……! Seharusnya anak2 diberi kebebasan utk berkembang sesuai pelajaran yg diinginkannya…misalnya yg seneng seni ya mestinya mendalami seni …jd fokus…tidak bercabang-cabang seperti sekarang ini. Kebanyakan cabang malah nggak tahu mesti “nyangkut” di mana….! Saya berharap ada kemajuanlah dari pemerintah……(**)
Terima kasih untuk informasinya. Memang memberi kritik secara serampangan itu mudah, tetapi memberi umpan balik yang membantu dengan tetap menjaga harga diri itu yang sulit.
Saya sangat senang membaca artikel ini, sangat bermanfaat dan menambah wawasan. Terima kasih pada sekolah orang tua yang telah memuat artikel ini. Semoga para orang tua dan pengajar bisa mengambil manfaat dari artikel ini.
Semoga Indonesia mampu memberikan pendidikan terbaik untuk putra putri bangsa.. Sangat berharap, Gibran dapet pendidikan terbaik, yang nggak bikin stress seperti kakak2 yang saat ini udah sekolah..sebagai orang tua,saya jadi nggak tega mau menyekolahkan anak..
Yang saya rasakan pendidikan semakin lama semakin MAHAL, saya sebagai orang tua khawatir apa kita mampu melanjutkan anak anak kita ke jenjang perguruan tinggi. Dijenjang SMP atau SMA saja, jika kita ingin sekolah yang bagus biaya relatif tinggi.
Kami sebagai orang tua berharap SD, SMP atau SMA negeripun kedepannya tidak kalah dengan sekolah-sekolah swasta, semoga pemerintah kita trus memikirkan KWALITAS BIDANG PENDIDIKAN, sehingga kehidupan masyarakat menengah kebawah pun akan mampu memperbaiki kwalitas pendidikan anak-anaknya untuk dapat mendapatkan kwalitas hidup yang lebih baik.
Semoga pemerintah kita trus melakukan penelitian -penelitian agar dapat memperbaiki kwalitas pendidikan di Indonesia, sehingga kedepannya akan menghasilkan jauh yang lebih positif untuk masa depan BANGSA.
Kualitas guru hebat,
Kalau gambar di atas adalah suasana sekolahnya,
berarti mereka sekolah tidak berseragam dan boleh juga dibilang kreatifitas anak sangat dihargai.
Anak dihargai sesuai apa adanya, tidak dibanding-bandingkan dengan teman yang lain, tapi dibandingkan dengan prestasi terdahulu, luar biasa hebat.
Sistem pendidikan yang hebat.
Akankan kita menirunya.
Kami harap agar sistem pendidikan di sini bisa mencontoh sistem yang dianut oleh Finlandia anak tidak dibebani dengan tugas dan mata pelajaran yg sangat banyak
fakta yang terjadi di negara Finlandia menunjukkan bahwa proses merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran, bukan menekankan pada hasil belajar karena itu bagian dari konsekuensi logis dari proses yang dijalani selama pembelajaran. mudah-mudahan dengan fakta yang sudah ada ini, menjadi inspirasi bagi kita semua untuk lebih peduli akan sistem pendidikan di Indonesia yang notabene masih banyak menekankan pada hasil belajar.
terima kasih….
Artikel yang bagus, daripada kita menunggu pemerintah memperbaiki sistem pendidikan yang amburadul bagaimana kalau kita mulai dari diri keluarga kita sendiri dan lingkungan kita. Mari kita ambil pelajaran dan filosofi pendidikan di Finlandia dengan menciptakan suasana yang menyenangkan, mendampingi anak dalam menunjukkan jalan untuk menjawab segala keingintahuan dan masalah mereka. Paling tidak kita telah berupaya memberikan pendidikan yang terbaik di rumah…
saya salah satu orang tua yg sangat peduli sekali terhadap kwalitas pendidikan anak2,….harapan saya agar anak/siswa lebih diasah emotionalnya, spiritualnya rasa empatinya karena berangkat dari ketiga hal itu semua permasalahan yg mereka hadapi akan menjadi lebih mudah, dan anak/siswa harus diajarkan nilai2 hidup dan cara2 bersosial….semua itu memang tak lepas dari kwalitas orangtua dan guru yg harus bekerja sama bersinergi, dalam mendidik, karena orangtua dan guru memiliki tanggung jawab yg besar sekali dlm membentuk generasi penerus bangsa ini, di dlm lingkungan sekolah anak bungsu saya, saya belum menemukan seorang tokoh guru/kepala sekolah yg saya percaya, anak/siswa seolah hanya sebagai robot yg menjalankan tugas sesuai kurikulum, dan bila membuat kesalahan hukuman dan sangsi akibatnya….saya berpikir ini sekolah atau lembaga birokrasi apa ya…? Guru dan kepala sekolah menghadapi siswa dengan cara2 yg kaku….aduh tolong plz deh, sudah gak jamannya
mungkin kita sebagai orang tua bisa membantu dengan tidak menambah beban anak dengan harapan dan angan kita yang terlalu tinggi, misal : anak harus dapat nilai segini, rangking segini dst.
dimulai dari anak-anak kita sendiri, semoga pendidikan di Indonesia bertambah maju, amin…….
setelah baca artikel tsb, maka saya melihat bahwa sistem pembelajaran di negara kita ini terlalu berat bagi anak – anak kita, dimana anak sd kelas 1 skr aja kalau sekolah membawa begitu banyak buku, ini terlihat sekali pd anak – anak yg sekolah di negeri, dimana mereka setiap hari selalu di beri tugas ini dan itu,tapi tidak menutup kemungkinan sistem itu juga terbentuk dari diri orang tua sendiri dimana saya mengalami sendiri, ini terjadi di sekolah anak saya kebetulan anak saya masih kls 1 sd, dimana mereka tidak diberi buku paket tetapi hanya sekedar worksheet aja, dan dari situ banyak komentar dari orang yg bilang seperti ini “gimana kita bisa memberi pelajaran kpd anak kita kalau tdk ada buku paket? ” nah,………. itulah yang mesti kita rubah dari diri kita sendiri dan saya harapkan sekolah orang tua bisa lebih memberikan informasi kpd orang tua – orang tua yang ada di negeri tercinta ini, salam sukse
Subhanallah..Seandainya pola pendidikan di Indonesia seperti itu mungkin peserta didiknya sangat bahagia. Kondisi saat pendidikan di Indonesia saat ini sangat menyedihkan. Semua guru bahkan kepala sekolah hanya mementingkan nilai, akhlak tidak dipertimbangkan, sehingga banyak anak-anak yang tidak bermoral.
Saya kebetulan kerja di Komisi Perlindungan Anak Indonesia, masalah-masalah di sekolah semakin meningkat, mulai dari anak dikeluarkan, kekerasan di sekolah, dll. Semua kasus yang terjadi bisanya sulit untuk diselesaikan, karena hanya kewenangan sekolah yang tidak beespektif pada perlindungan anak.
Saya setuju dengan pendidikan di Finlandia ini.
Setiap calon mahasiswa yang sudah lulus pada waktu ujian kelulusan di SMA itu sudah membuktikan bhw dirinya mampu.. mampu untuk melanjutkan pendidikan berikutnya yang diminati dan sesuai arahan kemampuannya. Dengan adanya test lagi pada waktu pendaftaran di universitas yang pada akhirnya siswa tsb tidak masuk akan membuat calon penerus bangsa ini menjadi down , tidak percaya diri lagi. Sebagai contoh, saya punya teman dulu ranking 1 waktu di SMA, kami sama sama mendaftar di univ yang sama, ternyata teman saya tidak lulus, sedangkan saya dan adik saya diterima.
Qualitas pendidikan tergantung dari guru yang mengajar…
Semoga negara kita lebih maju dalam hal pendidikan.
System pendidikan yang diterapkan di Finlandia adalah bukti pendidikan yang maju. Kenapa kita tidak mempraktekannya? Apa yang ingin dicapai dari system pendidikan di negara kita? Mencetak anak2 yang tidak ingat lagi dengan pelajaran pelajaran yang diberikan krn begitu banyaknya dan tidak dapat diimplementasikan dan tidak memberikan kreativitas bagi anak sendiri untuk menambah wawasannya. Sungguh ironis, jika kita ingin mempunyai siswa yang cerdas tetapi hasilnya adalah kebalikannya, anak yang hanya dicekoki dgn hafalan dan teori dasar yang tidak dpt dikembangkan sendiri.
Luar biasa Finlandia.tp mosok guru2 kita tdk ada alumni dr Finlandia..saran nih agar guru2 di training ke Finlandia, drpd di training di Indonesia, dana keluar tp mutu ga ada ..kan mubazir..dananya..sekalian aja menimba ilmunya ke sana, biar menjadikan barometer pendidikan semakin baik..lihat saja dana Bos aja..abis di korupsi , jd kapandong anak 2 kita nyaman bersekolah, mulai belajar jam 06.30 s./d jam.14.30..pulang sekolah..less bermacam2 lagi..so kapan ya.anak2 kita punya waktu istirahat..kasian deh..
Saya sangat senang membaca artikel ini, sangat bermanfaat dan menambah wawasan. Terima kasih pada sekolah orang tua yang telah memuat artikel ini. Di Sekolah anak saya sudah diterapkan tidak ada PR yang membuat siswa streess setelah seharian sekolah, dan tidak ada rangking. Memang di butuhkan kwalitas seorang pendidik yang baik, suasana sekolah yang menyenangkan/fun agar anak dapet dengan senang hati menerima pelajaran sekolah, dan anak2 di beri kebebasan berkreasi. Di sekolah juga diajarkan disiplin & diberi reward kalu dapat melaksankan seperti siapa yang dateng pagi/duluan dapat reward, mungkin akan memacu anak2 dalam berdisiplin.
Wah bagus banget sistem pendidikan di Finlandia, guru-gurunya berkualitas. Di Indonesia, anak TK A saja sudah harus bisa baca dan menulis bahkan pertambahan dan pengurangan sederhana sudah diajarkan.
Mudah-mudahan negara kita bisa mengikuti langkah Finlandia.
setuju banget dengan sistemnya Finlandia, memang seharusnya anak tidaklah dinilai berdasarkan nilai akademis saja, melainkan secara keseluruhan, dan bila diketahui secara random, ada potensi di bidang tertentu, misalnya musik, para orang tua lah yang diharapkan untuk bisa mebimbing anak tersebut untuk pendalaman yang lebih jauh tentang Musik, kuncinya, nikmatilah proses pembelajaran anak anak kita, bukankah bila anak kita bahagia, kualitas hidup kita sebagai orang tua juga akan meningkat.
Benar, anak yang selalu dikritik, akan tumbuh menjadi anak yang rendah diri, minder dan selalu menyalahkan orang lain. Lebih baiklah kita banyak memuji anak mereka, daripada menyalahkan mereka. Agar tumbuh percaya diri mereka.
trimakasih atas informasinya pak semoga negara kita akan memberlakukan agar guru-guru itu mendidik anak-anak kita tidak hanya menyampaikan materi dengan ketegangan yang ada.Sehingga anak menjadi tertekan dengan tugas-tugas yang ada dan peraturan yang otoriter
Semoga negara kia, Indonesia, bisa meningkatkan mutu pendidikan dan para pendidiknya.
Semoga negara ktia, Indonesia, bisa meningkatkan mutu pendidikan dan para pendidiknya.
Sekarang bagaimana caranya agar negara kita peduli dan punya cita2 yang baik dan agung untuk generasi penerusnya.
Finlandia contoh yang sangat baik utk ditiru dan gak usah gengsi meniru hal2 yang baik untuk kepentingan bangsa ini.
Anak2 kita sekarang dikondisikan dengan keadaan yang membuat mereka tertekan dan tidak dihargai sebagai individu, sekolah bermutu hanya milik mereka yang berkantong tebal…….kalangan menengah dan bawah terlupakan………………..
Tes..dan tes yang menjadi andalan sistem pendidikan, UN hanya menjadi monster untuk siswa dan kesannya tidak mempercayai sekolah dan guru sebagai penyelenggara pendidikan…………………..ayo reformasi sistem pendidikan kita libatkan ahli2 phycology anak dan segenap ahli2 yang memang harus turut andil untuk sistem pendidikan yang bermartabat dan dapat mengangkat rasa harga diri anak didik sejak pra TK hingga jadi Sarjana……ini penting sekali…please para pemimpin bangsa perhatikan ini. Sekolah Orang Tua sudah memulainya….luar biasa…semoga berkelanjutan….
kapan ya pendidikan di negara kita memiliki sistem pendidikan di Finlandia?? saya sebagai ibu dari anak berusia 13 bulan berharap semoga sistem pendidikan di negara kita ke depannya mengutamakan perkembangan anak secara utuh..sekolah bukan lagi beban berat bagi anak, ttp sesuatu yg menyenangkan dan mencerdasakan anak…
sistem pendidikan yang sungguh luar biasa..tp saya yakin di Indonesia juga sdh ada lembaga2 pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar menyerupai sistem pendidikan di finlandia tersebut, contohnya seperti yang mama thalita kisahkan di atas..klo saya boleh bertanya, dimanakah anak mama thalita bersekolah ??? atau mungkin ada teman2 lain yg bisa memberitahu lembaga2 pendidikan yang telah menjalankan sistem pendidikan yg baik seperti di finlandia ??? mohon informasinya..terima kasih…
Terima kasih pak, artikel ini ebnar adanya, saya mempunyai 2 orang anak kelas 3 dan kelas 6 akselerasi. melihat buku2 yg bereka bawa setiap harinya malah kita sebagai orang tua stress sendiri, tas punggung penuh ditambah tas yg ditenteng penuh. mereka berkutat hanya dg pelajaran dan PR. akhirnya kami orang tua harus mengeleskan anak, agar bisa mengikuti pelajaran. Hasil akademisnya mememang sangat membanggakan kami sebagai orang tua. Karena dikelas akselerasi aja masih menduduki rangking ke 1 dan ke 2. Namun kami semakin kawatir waktu bermain mereka hilang….karena sekolah masuk jam 6.45 sampai jam 15.00, jam 15.30-17.30 mereka les. hanya libur hari Sabtu dan Minggu. Setelah kami amati memang mereka kelihatan tertekan sekali. Lalu pada hari Sabtu dan Minggu kami biarkan anak2 bermain. Untungnya sampai saat ini masih terkendali, artinya belum ada anak-anak kami yang nyleneh. Kami sebenarnya sangat setuju dengan pendidikan seperti di artikel ini, tapi nyatanya dari pemerintah menggembleng anak2 dg test sana sini, bimbel sana sini dsb. Kami orang tua, merasa memilih sekolah sekarang ini, sangat sulit, seperti “buah simalakama”. Mana sekolah yang baik buat anak-anak2ku….??? Sekolah2 sekarang ini mengedepankan IQ dari pada EQ. Padahal pelajaran yg dhapal anak-anak sekarang kelak dewasa nanti mungkin sudah tidak hapal lagi. terima kasih atas artikelnya pak, muda2an kami orang tua bisa memberikan yang terbaik buat anak2 dan nggak salah dalam mengarahkan anak dimasa depan. Salam Anti
kesuksesan pendidikan kunci terletak pada pendidik baik guru& orang tua serta sistem pendidikan. Tapi gimana sih agar kesuksesAN ITU PADA SEMUA SISI, iNTELEKTUAL,EMOSIONAL & SPIRTUAL. Ada ngak negara yang bisa menjadi contoh kayaknya patut di tiru tuh.
Sekolah Orang Tua dot kom bisa membantu mempercepat majunya pedidikan berkualitas di indonesia .. saya dan anda para pembaca artikel ini bisa merasakan .. iya to ? .. ok .. to ?
sekolah alam global learning sudah bermunculan .. smart FM 95,9 Jkt tiap sabtu pagi jam 10.00 diulang minggu malam .. acara ayah Eddy .. Indonesia Strong from Home juga sangat bagus .. untuk menambah wawasan dan kesadaran orang tua menjadi lebih baik
anak saya cewek .. kls 8 saya ikhlaskan stel kendor .. belajar santai .. rileks .. PR otomatis beres .. prestasi .. slow .. naik .. matematika masih alot menembus angka 7 🙂 … kakaknya cewek .. saya agak menyesal campur bangga (terlalu streng) .. full boarding shcool mli kls 10 … sampai lulus S1 usia 21 th alhamdulillah sudah kerja .. sambil mengintai job terbaik
di indonesia banyak orang cerdas & jujur .. tidak dihargai .. simak & tonton Kick Andy di Metro TV … > 1000 meduduki posisi penting di Jepang, Amerika, Eropa & dikawasan Asia … ironis banget …
Ayo maju indonesia .. pilih tontonan yang positif … Kisi-kisi … Nani 911 Metro TV … negeri sinetron ? .. tontonan kebencian, kekerasan, gosip, isu .. rumor .. yg begituan kok ditonton ..
Mafia Peradilan & Korupsi .. ? doa orang miskin & teraniaya lebih manjur .. TITIK TERANG INDONESIA .. sudah mulai nampak lewat Sekolah Orang Tua
salam sukses indonesia
Terima kasih buat infonyanya pak…ini sangat baik untuk pemahaman saya mengenai pendidikan yang baik untuk anak…
mohon maaf jika respon saya ini kurang berkenan.
menurut analisis [dangkal] saya, beban kurikulum yang terlalu berat sebagian adalah dari intervensi orang tua. Dari saudara2 yang berprofesi jadi guru SD dan agg komite Taman Kanak2, ada cerita bahwa kerap kali pengelola TK harus menambah kegiatan tambahan/ materi ketrampilan khusus pada siswa2nya, hanya karena paksaan para orangtua yang melihat TK yang lain memberikan materi yang sama. akhirnya para TK pun berlomba meningkatkan program ajarnya untuk mencapai kompetensi yang setinggi-tingginya, karena bisa menarik calon murid. sehingga yang seharusnya usia TK adalah usia bermain, berimajinasi, kreativitas, dll, justru dituntut untuk belajar membaca, berhitung, dll yang merupakan kurikulum SD. Apakah ini penyebab utama ‘tingginya beban kurikulum pendidikan dasar ?’ jika TK sudah bisa membaca, otomatis SD pun harus meningkatkan kurikulumnya yang tentu disedot dari jenjang di atasnya. mungkin lama2 materi kuliah pun akan masuk di kurikulum SMA.
wallahualam.
membaca artikel teresebut sepertinya sudah dijalankan oleh negara kita..usia masuk SD 7 tahun jam belajar kurang lebih sama….tp masih byk lg yg kurang kita lakukan.
Artikel ini sebuah masukan bagus u/ kita semua
Saya sangat senang bisa mendapat pengetahun baru ini ttg dunia pendidikan di negara Tetangga.
menjadi keprihatinan untuk saya sejak awal ketika Departemen pendidikan kita mengeluarkan kebijakan yg berubah2 tiap saat di tambah lagi di tenggah2 Era persaingan Global saat ini, akan seperti apa anak2 kita nanti. kualitas tenaga pengajar yang tidak sebanding dengan keingintahuan anak bahkan tidak sedikit keliaran keingintahuan anak TK pun mudah di cover dengan baik oleh guru2 kelas mereka.
Mana yang kita utamakan IQ atau EQ? ini pertanyaan yang sering saya rasakan ketika saya berpikir ttg sekolah untuk anak2 saya. dan sekarang saya punya jawabannya….Triamakasih Sekolah Orangtua.
Saya sangat senang bisa mendapat pengetahun baru ini ttg dunia pendidikan di negara Tetangga.
menjadi keprihatinan untuk saya sejak awal ketika Departemen pendidikan kita mengeluarkan kebijakan yg berubah2 tiap saat di tambah lagi di tenggah2 Era persaingan Global saat ini, akan seperti apa anak2 kita nanti. kualitas tenaga pengajar yang tidak sebanding dengan keingintahuan anak bahkan tidak sedikit keliaran keingintahuan anak TK pun tidak mudah di cover dengan baik oleh guru2 kelas mereka.
Mana yang kita utamakan IQ atau EQ? ini pertanyaan yang sering saya rasakan ketika saya berpikir ttg sekolah untuk anak2 saya. dan sekarang saya punya jawabannya….Triamakasih Sekolah Orangtua.
budaya yang dikembangkan adalah belajar dan mengajarkan, kebetulan kami dikarunia 2 anak, sehingga senantiasa budaya itu kami terapkan di keluarga, tapi ya itu dunia mereka dengan dunia kita dulu berbeda, polanya juga berbeda, dulu bhs inggris belum diajarkan di usia SD tapi sekarang yaa ampun bahasa ibu saja masih belepotan (ga jelas), belajar membaca sudah mesti syarat masuk SD,
Terima kasih Sekolah Orang Tua informasi ini semakin menyadarkan saya untuk lebih berhati-hati dalam memilih lembaga pendidikan untuk anak saya. Terus terang pada awalnya saya ragu untuk tidak menyekolahkan anak saya kedepannya (saat ini anak saya berumur 3,5 th) karena suami saya menghendaki home schooling, setelah membaca informasi diatas dan komentar2 rekan2, sekarang saya jadi khawatir untuk menyekolahkan anak saya, kecuali bila ada sekolah yang sdh memilki kualitas yang baik seperti sekolah yang disebutkan mama Talita.
Mohon informasi sekolah dari mama Talita dan rekan-rekan yang lain. Terima kasih. .
kalau saya perhatikan dilingkungan saya, sekolah2 malah berlomba-lomba untuk memulangkan murid-muridnya sore hari. dengan alasan tambahan/les, biar terlihat unggulan / bonafit. sayangnya, justru sekolah2 yg kayak gini yang banyak diburu orang tua. kasihan anaknya…
Sangat setuju dg beban belajar di sekolah yg tdk terlalu banyak (30menit dan 30 jam perminggu). Hal ini mgkn bs tjd krn mata pelajarannya tdk se”hebat” di Indonesia. Mgknkah kita masyarakat n guru membuat sebuah gerakan agar mata pelajaran jangan terlalu “rame”? Ayo gimana nih…….
Selanjtnya pasti ada perbedaan budaya antara Finlandia dg Indonesia,terutama di Indonesia bagian Timur sekali (Papua). Budaya yg sy maksud disini adl budaya mandiri…..
Kala di Papua diberikan kebebasan agar anak belajar mandiri tanpa di”paksa” mrk pasti memilih tdk belajar,tp main tidak karuan,maka jgn heran jika di Papua mash ditemukan mahasiswa tp tdk lancar membaca.
Jadi pengertian tidak dituntut/ “ditekan” dlm belajar bg Siswa Papua mgkn kurang tepat. Usul sy adl.(Usul kpd siapa ya……?) Beban kurikulum hrs dirampingkan,kemudian kurikulum hrs sesuai kondisi daerah,maka selanjutnya UN yg tdk jelas tujuannya di hapus dan alihkan dana pagelaran UN u meningkatkan kwalitas guru…..
Maju terus sekolah orang tua, …..
Terimahkasih banyak kepada sekolah orangtua,dimana saya banyak mendapatkan informasi dan memperluas wawasan dgn membacanya artikel- artikel yg dikeluarkan oleh sekola Orangtua. Semoga saya bisa menterapkan kepada anak saya yg baru umur 3 tahun. Majuterus Sekolah Orangtua.
Terima kasih atas semua info-nya, sy sangat senang mendapat bgt banyak info dr Sekolah Orang Tua yang sangat berguna bagi kami sbg Orang Tua, krn kami selalu mengharapkan yang terbaik bagi anak2 kami d masa sekarang dan masa depan mereka kelak..Amin! Seandainya sistim pendidikan di Finlandia (spt tulisan artikel di atas) dapat di terapkan di Indonesia, sehingga anak2 Indonesia lebih banyak yg kreatif & lebih percaya diri dalam menuntut Ilmu, bersosialisasi & dalam menyikapi hidup.
Seandainya sistem pendidikan kita seperti itu. Anak2 tidak merasa terbebani. Jauh sekali dgn sistem pendidikan di negara kita. Yg untuk masuk TK aja hrs tes, yg hasilnya akan mempengaruhi siswa yg tidak lulus. Karena mau sekolah aja udah divonis gagal. Gmn anak Indonesia bs tampil PD dan berpikiran maju.
wah pengin banget deh sekolahin anak di Finland jadinya…..
Subhanallah. Sistem pendidikan seperti itulah yang sudah sejak lama kami idamkan. Saya tdk menyangka kalau di dunia ini sudah ada yang menerapkannya. Semoga dalam waktu dekat akan segera terwujud di Bumi Indonesia Tercinta. Terima Kasih SO atas artikel terbaiknya.
fantastis, akan kami coba…tks
filosofi pendidikan di ind sudah ditinggalkan…kapanya kalau di Ind juga seperti itu? tampaknya kita bisa mencobanya sendiri ya…kalau didukung oleh semuanya..bisa terwujud…
Hanya ada 1 kata dalam otak saya: luar biasa !! Andai sistem seperti itu bisa berlaku di Indonesia (kapan yaaa..?). Terima kasih karena sudah menampilkan artikel yang memacu semangat untuk terus berbuat lebih baik dari hari ke hari dan mendorong untuk lebih menghargai anak-anak 🙂
di indonesia ada ga siyh sekolah yang menerapksan sistem pendidikannya kaya gini ?
pertanyaan semua orang : mungkin ga diterapkan di indonesia sistem pendidikan yang tidak memfokuskan pada ujian?
Kebijakan negara kita lebih peduli dengan hasil daripada proses..dan yang menjadi korban dari kebijakan seperti UN adalah anak2 indonesia sendiri…
maklum sistem pendidikan di indonesia masih menggunakan sistem pendidikan gaya kolonial (penjajah), yang salah harus dipukul makanya anak-anak mentalnya terganggu sejak SD.
dan motovasi dari sekolah menurut anak-anak sekarang adalah yang terpenting bisa mendapatkan ijasah untuk bersekolah ke jenjang berikut.
para orang tua juga kurang membimbing anak sejak masih berumur 1 bulan atau masih dalam kandungan dan masih mengharapkan kalau-kalau anak diajarkan kalau dia sudah berumur 7 tahun masuk TK atau SD (mengharapkan sekolah)
saya sangat setuju dgn pendidikan firland…yg penting anak creative dan EQ SQ bagus….krn setelah lulus sklh…anak kerja n menghadapi berbagai ragam karakter orang n masyarakat…jd itu lah yang penting…mereka py daya tahan nga menghadapi orang dan masyarakat yang pintar tp licik….sedangkan belajar pengetahuan berkembang trus…jadi setiap saat jg harus belajar…bukan cuma di bangku sekolah aja….teringat akan pepatah cina….Huo Dao Lao Xie Dao Lao…Hidup sampai tua belajar sampai tua…
Semoga ada Lembaga yang bisa menerapkan pendidikan EQ SQ dan CQ….Semoga Tuhan memberkati ada orang atau sekelompok masyarakat yang py Visi Misi yang sama dlm memajukan pendidikan Indonesia…Tuhan memberkati kita semua.
Luar biasa Finlandia….!Indonesia pun sebetulnya bisa seperti itu,asal gurunya mau belajar bagaimana menjadi pengajar/pendidik yang baik.Kebanyakan guru guru di Indonesia sudah terbiasa mengikuti pola yang turun temurun oleh guru guru seniornya.Guru guru seniornya tidak mau merubah cara pandangnya dalam mengajar,akhirnya yang terjadi ya..seperti sekarang ini.Para guru harus berani membuat terobosan yang berbeda dengan cara mengajar selama ini.Salah satu contoh yang sangat sederhana,guru guru di Indonesia kurang ekspresif kepada murid muridnya saat murid membuat prestasi,responnya biasa biasa saja.Tapi kalau murid membuat kekeliuran,kadang kadang dipermalukan didepan teman temannya oleh gurunya.Sangat sederhana untuk membuat murid murid berprestasi yaitu dukungan dari guru untuk membuat murid percaya diri…Penghargaan kepada murid muridnya sekecil apaun prestasi mereka,jangan dikerdilkan.
ingat waktu kuliah dulu dosen pernah pesan…..mo buat generasi mendatang berkualitas pendidiknya hrs memiliki ilmu yang bermanfaat dan memberi contoh serta etika yang baik dalam dirinya dulu jadi jangan hanya mengajar tapi juga mendidik….
Artikel yang sangat bagus. Semoga kita semua bisa lebih menyadari apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh anak ketimbang prestasi yang hanya menonjol dipermukaannya saja tapi dalamnya (pemahamannya)kosong, karena terlalu banyaknya materi yang harus dipelajari.
Tapi perlu dicermati tentang ‘bebas dari tekanan’, bagi yang kurang memahami, bisa-bisa justru akan mengarah ke ‘kemalasan’ dan anak jadinya lebih banyak waktu untuk nonton TV yang acara2nya kurang baik bagi perkembangan jiwa anak. Terutama bagi orang tua yang sama2 sibuk bekerja.
aduh seneng bgt yah sistem blajar bgt.antara guru dan siswa/i jd akrab n asyik blajarnya.gk pake’ marah2 jd kesan blajarnya malah mengarah ke psikology nya.sehingga anak2 blajar pun relax n saling menghargai….
kapan ya…..kondisi pendidikan dan guru-guru kita seperti itu? di sekolah anak saya masih ada guru yang memberikan hukuman jika muridnya tidak mengerjakan tugas sesuai kemauan guru meskipun murid tersebut sudah membuat tugas yang diberikan, dan parahnya lagi hukuman yang diberikan sama dengan murid yang sama sekali tidak mengerjakan tugas….apakah kita harus membenahi kurikulum di sekolah guru dulu supaya menghasilkan guru yang berkualitas ya??
salam pak ariesandi..
Bagus sekali artikelnya pak ariesandi..saya jadi berfikir sekolah yang skarang anak sy duduk di kelas 1 SD dimana tempat dia sekolah sekarang, terkenal anak2 lulusan sklh tsb bs lanjut ke sekolah negri yang favorit dan terbaik..tp sy perhatikan, memang tidak setiap saat saya bisa perhatikan anak sy waktu di sekolah krn sy bekerja kadang kala sy bisa jemput dia sekolah sy br bs melihat bgmn saat dia belajar dgn begitu keras gurunya memarahi wlpn tdk dgn fisik tp perkataan sy fikir itu terlalu keras untuk anak seusia (6,5 th) dia yg baru duduk di kelas 1 sd for examp : bgmn ini teman2 mu sdh nulis jauh kemana kamu msh disini2 aja, jg pd saat baris mau msk sklh ketikia diperintahkan untuk tegap grak msh ada anak2 yg belum melepaskan tanggannya dgn tegas si guru bilang itu pd denger ga ibu td bilang apa makanya didengar kalo ibu lagi bicara…? lalu ada tmn prmpuannya yg baris nyender di bunga hayo itu baris nyender2 lagi di bunga dgn wajah yg galak..dan pngalman sy sendiri saat bicara dgn gurunya sprt dianggap bicara dgn anak2 dgn begitu sopan santun sy bicara dgn nada yg lembut tp dijawab dgn perkataan yg menurut sy cukup singkat dan tnp senyum ramah seorang guru yg menjadi panutan or contoh anak2 di sekolah…?
Terus terang pak aries memang saya saat ini kesulitan untuk memberi tahu anak sy yg skrg duduk di kls 1 sd ini dia memang klu di suruh menulis paling susah bs2 konsentrasinya buyar…tp klu di suruh mengerjakan soal2 tinggal mikir itu alhamdulillah bs hanya jika ada soal2 ato PR yg dkerjakan dgn menulis di pa2n tulis itu bisa2 tdk dikerjakan dan slalu ketinggalan jk sy tanya kenapa abang tdk mau menulis? knp tulisannya tdk diselesaikan..? jawabnya : temanku jg ada yg belum slsai..? tmnku jg ada yg tdk menulis…? saya sdh mencoba untuk mengikuti apa2 yg sy dpt dr artikel pak ariesandi untuk slalu sabar tdk marah tp sy terpancing emosi oleh gurunya yg slalu meneguurnya setiap hari…? smntr jk sy marahin dia di sekolah jg dia sdh dimarahi gurunya..sy takut dia jd stressss..mohon bantuannya pak aries… tks atas perhatiannya dan artikel2nya yg sdh banyak membantu sy untuk bs slalu sabar…
Artikelnya sangat bagus…. semoga sistem pendidikan di Indonesia bisa seperti itu…. pemerintah lebih fokus lagi dalam meningkatkan kualitas para pengajar…
Ayo dong Pak Ariesandi bikin sekolah kayak gitu,,,pasti bisa,,kita para orang tua pasti akan banyak yg support,,,Mindset kita sbg orang tua juga perlu di ubah sedikit dan di ajari untuk mem-pertahankan konsistensinya,,,karena berfikir positif juga perlu konsistensi.
Sekolah kita selama ini tdk pernah mengajarkan bagaimana cara belajar yg efektif dan efisien bagi seoarang anak.Kalo ini bisa terwujud, tidak hanya Anak bisa mandiri tapi juga bisa belajar bagaimana efektif dan efisien. jadi Kita lakukan yg kita bisa lakukan dulu, kita ikut mengalami proses nya agar kita lbh confident,, kita presentasi ke DPR/ DIKNAS agar bisa mendapatkan perubahan yg massive. Bravo Sekolah Orang Tua, Bravo Indonesia….
Seharusnya sistem seperti itulah yang harus diterapkan di Indonesia. Kasihan anak-anak Indonesia karena dididik tidak oleh ahli pendidikan tapi dididik oleh ahli pembuat kurikulum yg tak jelas tujuannya. Ibaratnya ikan dalam akuarium yg dibesarkan dg hanya diberi makan. Bagaimana bila ikan itu setelah besar di lepas di perairan lepas? Sudah dipastikan akibat kemanjaannya susah untuk bersaing dg ikan-ikan yg biasa mencari makan sendiri di alam.
Melihat penjelasan Pak Arisandi, sudah seharusnya banyak guru di Indonesia melakukan perbaikan diri. karena hanya dengan perbaikan diri inilah guru dapat menjalankan fungsinya dengan baik sebagai centre learning. Hal tersebut tentu saja harus diimbangi dengan kualitas peran orang dalam mendiidk anak. Sebagai pendidik anak yang pertama dan utama, orang tua memiliki tanggung jawab besar terhadap tumbuh kembang anak. Dari sisi inilah, saya sebagai mahasiswa pendidikan sangat mengapresiasi gagasan HYPNOPARENTING karya Pak Arisandi. Terima kasih atas kiriman artikelnya, maaf baru sempat membalas! “bravo hypnoparenting”.***
Menarik sekali artikelnya. Ayo pak Aris buat Rintisan sekolah yang seperti itu..Buat semua anak Indonesia cerdas…Bravo Sekolah Orang Tua !!
Tengkiu Pak Ariesandi telah mempublikasikan artikel sistem pendidikan di Finlandia. Jadi tambah semangat pengen bikin sekolah yang berpihak pada anak. Kalaupun belum ada sekolah seperti itu sampai sekarang …. kita bisa mulainya dari rumah …. artikel pak Aries ini bisa meng-influence para orang tua untuk lebih memahami keberadaan anak …. kita bisa menciptakan suasana belajar, bermain dan berkehidupan sosial seperti di Finlandia bersama anak, pasangan dan seluruh anggota keluarga.
Soal PR, tugas sekolah dll … orangtua bisa bekerja sama dengan guru dan anak … disamakan persepsinya … bahwa nilai tinggi bukan segala-galanya … salah itu bukan dosa tapi justru jadi pembelajaran untuk bisa melakukan yang lebih baik lagi, …yang penting anak mampu menguasai pelajaran, mampu melaksanakan tugas sekolah dan mampu bersosialisasi dengan lingkungannya …..tentu saja akhirnya akan membuat anak lebih bertanggung jawab dan mengerti arti konsekwensi
Daripada nunggu sekolah ala Finlandia … mending kita mulai dulu dari rumah dengan mengadaptasi hal2 yang dalam artikelnya Pak Ariesandi ini …. dan tentusaja kita harus sesuaikan dengan local wisdom ( dalam lingkungan keluarga dan kultur Indonesia ) ….
diantara carut marut sistem pendidikan kita, artikel ini sungguh menyegarkan dan seharusnya semakin menyadarkan para orangtua untuk selalu bersikap kritis terhadap sistem pendidikan kita sehingga anak-anak kita dapat meraih yang terbaik dalam kondisi dunia pendidikan kita yang menurut hemat saya masih relatif kurang berempati terhadap anak didik.
bravo pak ariensandi, keep moving forward, we will be beside you !
luar biasa … itulah sejatinya sebuah pendidikan. Moga Indonesia bisa menuju ke sana.
saya berkecimpung dlm pendidikan. Saya prihatin dg kondisi pendidikan kita, yg cenderung merampas kebahagiaan anak-anak dan juga guru. Saya berharap para petinggi pendidikan di indonesia membaca artikel ini, sehingga bisa merubah sistem pendidikan kita. Kelak, sekolah adalah tempat yang membahagiakan anak-anak, guru dan siapa saja yg terlibat di dlmnya.
Sungguh Luar Biasa! Ternyata sistem pendidikan macam Findlandia yang pada dasarnya mencerdaskan anak. Saya jugasetuju Pak Ariesandi, ayolah Bapak maju di barisan depan, kita ciptakan sistem pendidikan semacam ini untuk Indonesia, supaya bangsa ini lebih cepat terangkat dari segala macam bentuk keterpurukan. Untuk sementara waktu, ayo kita maknai dari artikel ini bagaimana kita sebagai orangtua bisa mendukung pendidikan yang lebih baik dirumah dengan mengikuti contoh contoh yang baik, untuk kita amalkan….
Dear Ummi Zabi,
Bersikap galak seperti itu, merupakan cara paling efektif loh…. untuk membuat anak-anak takut dan akhirnya menurut. Memang, cara ini hanya efektif untuk jangka pendek. Efek negatif akan dirasakan anak dikemudian hari.
Sekarang yang perlu ibu renungkan adalah tujuan ibu dalam menyekolahkan anak di sekolah yang memiliki gaya seperti itu. Ibu dapat membaca salah satu artikel SO mengenai cara memilih sekolah untuk buah hati kita. Semoga artikel tersebut dapat menginspirasi ibu.
Selamat membaca.
Trima kasih pak Ari.
Sebuah artikel yang sangat menggugah kita sebagai orangtua atau sebagai seorang pendidik. Artikel ini sangat perlu dibaca oleh yang mengambil kebijakan dalam bidang pendidikan. Semoga bapak yang berwenang dalam bidang pendidikan dapat mengambil kebijakan agar dapat menggali potensi anak didik bukan menciptakan generasi yang stress dan disiplin semu.
Pada dasarnya manusia yang lahir kemuka bumi ini sudah dibekali alat yang maha dahsat oleh sang pencipta berupa otak yang dapat membentuk manusia itu menjadi seorang khalifah. Tergantung bagaimana sianak mengaktifkan alat tersebut melalui rangsangan2 yang diperolehnya dari lingkungan yang membentuknya . Orang yang pertama sekali membentuknya adalah orangtua oleh karena sianak pada masa balita atau masa usia emas lebih banyak berinteraksi dengan orangtuanya. Peran kedua orangtua sangat besar sekali dalam membentuk karakter sianak. Namun banyak diantara kita yang belum memanfaatkan waktu tersebut karena belum mengetahui apa peran sesungguhnya dan bagaimana cara mendidik anak dengan baik oleh karena belum pernah belajar menjadi orangtua. Yang sering menjadi alasan juga karena kesibukan2 yang sangat menyita waktu sehingga kurang perhatian terhadap pendidikan sang anak . merasa tanggung jawab sebagai orangtua sudah didelegasikan kepada guru2 disekolah, apalagi sudah memasukkan anak disekolah yang pavorit.
DisisI lain kita melihat sistem pendidikan kita yang masih belum mendukung menggali potensi anak karena kualitas guru yang masih kurang memadai, dan belum mendidik dengan pengenalan pribadi anak didik tapi masih banyak yang hanya sekedar melepas rodi, bahkan tidak sedikit pula yang untuk berusa menaikkan gengsinya dengan marah2 dan pemberian hukuman.
Ditambah lagi dengan anak2 dibebani dengan tugas2 yang menyita waktu anak sehingga waktu sianak bermain menjadi berkurang, dan merasa bahwa belajar adalah suatu beban bukan hal yang menyenangkan. Jadi sianak sianak belajar dengan terpaksa dan merasa menjadi suatu beban. Ditambah lagi ujian yang satu hari menentukan keberhasilan dan kegagalan sianak yang sudah belajar bertahun2 yang menyebabkan sianak stress dalam menghadapinya.
Semoga artikel ini dapat diambil manfaatnya oleh orang yang arif dan mempunyai keinginan untuk membentuk generasi indonesia kedepan adalah sumberdaya manusia yang tangguh, dan cerdas IQ, EQ dan SQ nya.
Bravo pak Ari semoga sukses membina Indonesia strong from home.
bagus sekali artikelnya. saya rasa untuk memberikan penerapan secara langsung di indonesia itu mungkin agak sedikit susah, karena 1. masih adanya sistem kingdom yang sangat dominan dalam proses belajar mengajar. dimana anak tokoh adat harus selalu menonjol, dlm pendidikan di pedalaman serta masih adanya intimidasi dari tokoh masyarakat yang dominan (emosional) kepada pengajar, dimana anaknya harus sll bagus.
2. kurangnya pemerataan dana antara di desa dengan di kota. 3. fasilitas kurang yang tidak memadai baik sarana maupun prasarana. 4. daya dukung pihak-pihak lain untuk dipedalaman kurang adanya singkronisasi kedua belah pihak, sehingga mengakibatkan antivitas belajar mengajar tergolong apa adanya.
Terima kasih Pak Ariesandi.
Informasi seperti ini sangat bernilai untuk yang peduli akan peningkatan kualitas bangsa.
Siapa yang punya akses ke Dekdiknas?
Informasikan mengenai Pendidikan di Finlandia
Menarik sekali artikelnya. Apabila kita bisa mengembangkan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) pasti kita bisa seperti Finlandia ya…. Sejumlah SD di beberapa kabupaten telah menerapkan, pendidikan inklusi juga mulai dikenalkan dan APBN sudah akan mencapai 20% untuk pendidikan. Kita bisa mendukung PSM mulai dari TK sampai perguruan tinggi dengan memberi support pada mereka bisa berupa pemikiran, dana dan masuka lain.
Sebaiknya selalu ada orang – orang yang “memprovokasi” Pemerintah untuk mengcopy paste kan sistem pendidikan negara2 terbaik ke Nusantara ini. Cara belajar yang termasuk terbaik adalah mengambil pelajaran dari orang2 yang telah mengalami sesuatu dan berhasil. Ketika kita tidak mau belajar maka kita akan berjalan menuju kehancuran. Buah mangga kalau sudah tua menjadi kuning dan akhirnya busuk. Begitu juga bila telah merasa bisa/tua niscaya akan membusuk akhirnya.
Kita perlu menjadi manusia yang gregetan dan tak sabaran utk menyuarakan hal-hal yg disampaikan pada tulisan diatas ke Pemerintah. Atau ke LSM2 dan di berbagai media, sehingga ada tekanan2 yang berkwalitas untuk mewujudkanya di Indonesia.
Terima kasih atas tulisan yang sangat baik.
besar sekali harapn saya agar artikel ini bisa sampai pada mendiknas M.Nuh. Sehingga tidak ada lagi “penderitaan” anak di sekolah, sekolah bukan hanya sekedar rutinitas tetapi menjadi suatu kegiatan yang sangat menyenangkan.
amiiiiinnnn
Tidak baik semua beban pendidikan ditekankan pada guru. Orang tua juga punya peran yang sangat penting untuk memotivasi anak dalam pendidikannya. Harus ada kesinergisan antara pendidikan di sekolah dan di rumah.
Dijaman dengan perkembangan yang sangat cepat ini, tantangan memang semakin berat untuk mengejar ketertinggalan metode pendidikan kita. Sebagian menyalahkan guru dan kualitasnya, ada yang mengatakan kekurangan fasilitas, ada juga yang menyatakan tingkat kesejahteraan. Saya kira modal utamanya adalah kemauan maka semuanya akan mengikuti.
Mulailah pendidikan dari rumah,…
pendidikan moral dan agama menjadi pondasi seluruh ilmu yang didapat anak dalam pendidikannya.
Setelah saya membaca artikel ini, seharusnya indonesia bisa melakukan hal yang sama asal mau saja. Hal-hal kecil seperti memberi kritik langsung kepada anak-anak bisa jadi suatu hal yang juga perlu menjadi pertimbangan kita……yang saya tau dari sifat dasar manusia pada dasarnya memang tidak mau dikritik jadi coba lakukan dan sampaikan perkataan yang tidak menyalahkan melainkan membangun….
Pak Ariesandi,
Saya memang telah mendengar, membaca buku & artikel serta mengikuti talk show dari beberapa pejuang pendidikan seperti Bapak dan Ayah Edi.
Penginnya anak dididik begitu juga. Untuk keluarga keluarga yang belum mampu menyekolahkan anaknya di luar negeri, di Indonesia ini anak anak ibarat berada dalam gerbong kereta api cepat yang terus melaju. Kalau mereka dibawa keluar dari situ, mereka akan tertinggal jauh dan sepertinya terbelakang dibandingkan dengan hampir sebagian anak anak yang lain.
Terkadang saya merenungkan ini dan akhirnya jadi kasihan juga pada anak yang dalam pergaulan dengan teman teman mereka yang mengikuti didikkan dari sekolah sekolah di Indonesia pada umumnya nantinya akan merasa minder dengan mereka.
Kesimpulan saya adalah memang diperlukan kemauan kuat dari pemerintah yang bak ibarat masinis kereta cepat tsb. untuk menerapkan sistem pendidikan nasional yang benar.
sebelumnya saya juga sdh dpt artikel ini dari email teman, tapi memang menurut saya untuk pendidikan Sekolah, terutamanya pendidikan tingkat SD seharusnya jangan terlalu membebani anak untuk drilling materi pelajaran, karena beberapa tahun ini, usia masuk SD juga dipenuhi oleh anak-anak dengan usia 5,5 th – 6 thn, yang sebenarnya masih memiliki jiwa, emosi dan ketertarikan yang bersifat eksplorasi jauh lebih banyak dibandingkan dengan minat untuk pendidikan satu arah yang bersifat full of direction. Walaupun mungkin dari sisi intelektualitas mereka ini bisa mengimbangi materi SD yang layaknya diberikan untuk anak-anak 6,5 th – 7 thn. Bayangkan bila anak-anak kita yang belum genap usia 6 thn harus dicecokin materi pelajaran, yang utamanya dgn cara mendidik yang hanya berorientasi pada penyerapan materi pelajaran. Tidak heran kalau kita dengar banyak anak yang malas belajar, takut sekolah, malas sekolah, terkesan nakal/pembangkang di sekolah, sampai cap “bodoh”. ….Maaf, ini banyak saya dengar dari sharing kawan terjadi pada SD negeri favorit dengan standard mutu kualitas yang tinggi karena terkenal ketatnya ujian saringan masuk, sampai dengan hasil nilai lulusannya. Ingin sekali rasanya sebagai orang tua memasukkan anak di SD seperti ini karena ada sedikit rasa bangga bila anak kita bisa lulus test penyaringan masuk yg ketat. Apakah ini cukup adil untuk anak kita ? sementara selama 6 tahun di sekolah dasar tuntutan atas mereka hanyalah nilai akademis semata ?? sementara hal lain agak dikesampingkan, yang sebenarnya justru sangat dibutuhkan oleh si anak sebagai pondasi-nya di masa depan. Karena pintar saja tidak cukup untuk zaman sekarang ini yg sdh semakin sulit. Tapi justru cerdas yang diperlukan (utamanya cerdas emosianal) yang bisa menempatkan si anak kelak dalam situasi & kondisi apapun. untuk itulah kreatifitas si anak yang dibutuhkan. Apakah ini bisa didapatkan oleh anak kita yang menghabiskan banyak waktunya di sekolah dengan metode drilling akademis ? sementara untuk orang tua yang bekerja mungkin hanya bisa menghabiskan sedikit waktunya di malam hari / weekend untuk bisa mengikuti perkembangan anak-nya. Cobalah mari sama-sama kita sebagai orang tua merenungkan kembali apa sebenarnya yg dibutuhkan anak kita dalam pendidikan dini-nya, bukannya malah mementingkan apa yg kita inginkan untuk anak kita sesuai dengan obsesi kita. “lets we shift paradigm to save our child’s life….”
Trims Pak Ariesandi.
Sy baca artikel dengan manggut2, Luar biasa. Hal itu juga menjadi bahan refleksi sy sampai sejauh mana sy menjadi orang tua mereka di sekolah?, membimbing mereka memiliki “kecerdasan” sehingga kelak mereka menjadi pribadi berinovasi dan berkreatif tetapi tetap beriman, santun, berbudaya……….itu impian dan cita- cita saya. Smoga.
Mari kita berubah……….menjadi smakin baik dari hari ke hari.
kagum banget dengan firlandia, juga korupsi terendah didunia seandainya Indonesia dapat mencotoh dan menerapkan seperti yang ada difirlandia , mungkin kasus seperti century, dan lainnya tidak akan terjadi , para dewan terhormat nga perlu repot membentuk pansus atau Pemerinta dgn KPK nya
Terimakasih untuk informasi sangat bagus dari negara Finlandia. Salut dengan Sekolah Orangtua yang gigih untuk ‘membangunkan’ orang tua yang masih ‘tidur panjang’. Terimakasih karena diingatkan agar terus bangun dan berusaha menjadi orangtua yang baik.
Terimakasih.
Marilah senantiasa berjuang menjadi sempurna…
salam positif,
als
.vince in bono malum.
setelah membaca artikel diatas, saya jd kasihan bgt ma nasib anak2 indonesia yg terlalu byk dituntut utk hrs menguasai materi ini dan itu, tanpa ada toleransi atas ketidakmampuan mrk. yg ada justru makin byk anak2 kita yg stress. apalagi diperparah oleh sikon guru mrk yg hanya mengajar krn tuntutan pekerjaan, utk mendapatkan uang. jaman skg mencari guru yg betul2 pendidik amatlah susah..
Salam Pak Arisandi.
Bagus artikelnya, di Indonesia mgk sdh ada bbrp sekolah yg menerapkan sistem tersebut (mlh kdg terkesan mahal )akan ttp sgt disayangkan dgn sistem pendidikan yg diterapkan pemerintah pd umumnya yg masih menggunakan sistem nilai sbg tolok ukur.
Shg utk sekolah2 yg sdh menggunakan sistem krg lbh spt pendidikan di Finlandia tsb. jd tdk sejalan dgn pemerintah. Anak2 tsb. menjadi terkesan berbeda dgn anak2 yg bersekolah di sekolah2 dgn sistem pemerintah
Smg pemerintah di Indonesia, lambat laun bs merubah sistem pendidikan yg ada menjadi lebih baik. baik itu kurikulum dan SDM-nya
Sangat Luar Biasa…sangat menginspirasi untuk para orang tua dan guru, tks pak utk informasinya
Artikel yg sangat bagus… Sy jd teringat masa sekolah dulu khususnya SMP, hari-hari yang sangat menegangkan kalau mau ke sekolah pagi2 krn guru2 nya banyak yang galak. Tiap hari stres kalau sdh mau ke sekolah..
ya… artikelnya sangat menarik dan bermanfaat. Andai kita bayangkan kita merupakan bagian dari itu semua alangkah menyenangkannya. Tapi perlu diingat bahwa pembelajaran seperti di atas ketika stakeholder sekolah itu sudah mempunyai kesamaan visi.
coba kita perhatikan komentar-komentar di atas…. hampir 85 % menyerahkan dan menyalahkan sekolah. seakan-akan di sekolahlah semua beban pembinaan itu diletakkan. lalu tanggung jawab orang tua dimana? beban guru/sekolah menjadi lebih berat ketika sistem/kurikulum yang dikeluarkan pemerintah menambah beratnya beban sekolah.
kalau untuk pembinaan karakter, sebenarnya peran rumah jauh lebih besar daripada sekolah. lihatlah kecendrungan anak umumnya adalah kecendrungan orang tua. sedangkan untuk kopetensi kognitif beban besarnya ada di sekolah. dengan dalih bekerja dan sibuk maka semua kebutuhan anak, baik kognitif maupun afektif diserahkan semua kepada sekolah.
Mari para orang tua, lebih baik kita bergandengan tangan dengan sekolah/guru daripada sekedar menyalahkan atau sekedar membayar. kasih sayang kita akan mempermudah sekolah mengembangkan bakat dan karakter anak kita.
itulah bedanya pola pendidikan di Finlandia dan Indonesia, coba kalau semua pejabat dinegeri ini khususnya yang berkompeten dibidang pendidikan, guru-guru dan pengelola yayasan pendidikan membaca artikel ini dan mau menerapkannya, pastilah Indonesia bisa memperbaiki peringkat “Prestasi Pendidikannya”
absolutbloodylutely 4 Finland, when indonesia like Finland?
but someday indonesia will be better than Finland in education. isnyaAllah. Amin. this article are very important 4 indonesia government, let the government think how indonesia will be a good country education in the world.
especially 4 me. thanks
kalau ada artikel baru, tolong kirimin ke email saya ya pak…terimakasih byk
Pendidikan untuk Manusia
ini baru yg namanya pendidikan sebenar-benarnya… konsep kesederhanaan yang mengagungkan perbedaan dan keunikan tiap individu… duuuh berharap sekolah itu ada di indonesia.
ayo pak aris buat sekolah seperti itu… kita dukung sepenuhnya… TOP
mau tanya dong.. universitas dengan jurusan pendidik paling bagus itu universitas apa??
papa saya dengan yayasannya sedang membuka sekolah PGdanTK dengan tehnik pelajaran yang dipakai di filandia.. tahun ini baru akan dibuka tahun ajaran baru..
setuju………………………
Saya yakin jika system pembelajaran seperti di Finlandia itu diterapkan di Indonesia, maka harapan kita untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya,yang sering didengung-dengungkan oleh pemuka-pemuka negeri ini pasti akan terwujud…Hapuskan peringkat/rangking dalam kelas karena hal ini yang menghilangkan potensi anak, smua anak mempunyai rangking pertama di bidang yang digemari….
Sangat bagus… luar biasa!
Seharusnya dan memang harus, system belajar yang seperti inilah yang harus dipakai di seluruh dunia.
Wow…finlandia hebat.
Saya tertarik dengan apa yang mereka terapkan dalam dunia pendidikan. Dengan sistem pembelajaran amat sangat detail, seperti kedisiplinan yang tinggi n pembatasan umur juga di perhatikan.
Tapi perlu di ingat juga, finlandia dan indonesia amatlah berbeda.
waduh kalau di bandingkan dgn sekolah sy dulu jauh amat ya.kapn ya indonesia bisa kayak gitu???
kalau menurut hemat saya untuk meningkatkan guru yang berkualitas harus dimulai dari gurunya itu sendiri dan juga tidak terlepas dari universitas di tempat calon guru itu kuliah. disamping itu kepada calon-calon guru maupun yang sudah jadi guru harus menanamkan sifat IKHLAS.
99% indonesia tidak bisa seperti finland
Artikel yang sungguh membangun ….
Hemat saya, sudah saatnya bangsa Indoneisa meninggalkan pola-pola penghajaran Behaviouristik yaitu pola pembelajaran yang berorientasi pada hasil akhir dan berpindah menggunakan pola pengajarang kontruktivisme yaitu pola pengajaran yang beracu tidak semata pada hasil akhir tetapi juga pada proses, memang di Indonesia manifestasi dari penerapan behaviouristik sudah mulai diterapkan sejak kurikulum KBK digulirkan, tetapi kenyataannya dalam pola pengajaran sehar-harinya mayoritas guru masih menggunakan pola-pola Behaviouristi (pola pengajaran yang menggunakan hukuman dan prize, dan perlu diketahui bahwa pola seperti ini dipelajari melalui adaptasi pelaihan hewan).
keren euuyyy…. hebattt…
indonesia mah sebenernya bisa kalo gurunya ga pada males malesan
pak Arisandi, thanks for the article. indonesia berusaha kok kelihatannya, sekarang gaji guru kan udah mendingan banget, diharapkan best student ingin menjadi guru. kalo infonya sekarang sih, guru2 cuma ngambil enaknya aja, santai aja (mungkin sifat kebangsaan kita ya santai dan menghindari konflik). tapi diharapkan kedepannya berubahlah dunia pendidikan kita. masa mau begini terus?pan kita tau kalo tanggung jawab pendidikan bukan hanya dipundak guru aja siiy..
Indonesia hanya bisa mimpi..
Kya’a butuh waktu ratusan taun wat bsa merubah konsep pendidikan kita yg sekarang untuk jadi yang lbh baik..
bagus, sy stuju, memang dg berbagai macam tes tu akn lbh berpengaruh thdp beloknya niat siswa dlm mncari ilmu dripada utk mningkatkan kualitas pendidikan. hendakny pemerintah menaikkan gaji guru, n mmberi gelar keprofesionalan layakny dokter, shingga dpt mengupgrade image fakultas” keguruan sehingga siswa” terbaik d SLTA berbondong ” memenuhi quota fak keguruan. dengan begitu bangsa ini akan cerdas intelektual, moral n spiritual.
i hope i can go there. i will know directly the deducation system in that place. so, i can implement it in my school.
jika ada kerjasama antara pemerintah,guru dan tenaga pendidik lainnya serta masyarakat maka pendidikan yang terbaik seperti finlandia bukan sekedar mimpi buat negeri pertiwi……keep fight . .. .. .. .
dana BOS dan BOP aja masih diselewengkan..karena instansi yang terkait tidak punya hati nurani, sebenarnya anggaran sudah ada dari Pemerintah, tp realisasinya masih jauuuuuuuhhhhhhhhhhhh panggang dari api. Kasihan putra dan putri bunda Pertiwi, karena penyelenggara Pendidikan tidak punya hati nurani untuk meningkatkan taraf Pendidikan.
saya sangat setuju dg sistem pendidikan di finlandia..Kebanyakan guru di Indonesia memilih mnjadi guru bukan karena panggilan dan bukan pejuang pendidikan tetapi hanya sekedar tempat mencari nafkah. Berharap guru Indonesia lebih sadar akan tanggung jawabnya sbg pendidik
Indonesia perlu belajar dari Finlandia, tidak perlu malu untuk belajar dari negara yang telah maju pendidikannya. Kasian pelajar kita sekarang yang terlalu digenjot pendidikannya yang ujung-ujungnya jadi contek massal. Saya yakin contek masal ini terjadi di seluruh Indonesia. Hai para petinggi di negeri ini buatlah keputusan yang bijak, hargailah generasi penurus kita. Jangan buat formula baru, jangan jadikan anak-anak kita menjadi kelinci percobaan. Belajarlah dari negara yang telah maju dan terbaik pendidikannya. Semoga anda para petinggi di negeri ini mendapatkan petunjuk, amin.
Kalau di indonesia nilai UN yang paling penting , karena kepentingan politik , dan orng politik itu tdk mengerti pendidikan , yang penting bisa menipu rakyatnya saja
Kita semua warga negara Indonesia, menyalahkan Indonesia sama saja menyalahkan diri kita sendiri. Kalau memang mau Indonesia benar, mari refleksi masing-masing dan hiduplah yang benar. Hiduplah jujur pada diri sendiri dan semua orang. Jadi contoh buat orang lain. Dengan demikian, perubahan Indonesia ke arah yang benar akan lebih terjamin dari pada hanya menyalahkan satu sama lain. Note: Jangan pikir pendidikan hanya tergantung sepenuhnya pada guru! Tapi pada kita semua!
memang benar di finlandia pendidikannya bagus dan gratis .Anak saya baru umur 4 tahun sdh di ajarkan berhitung ,menulis dan membaca. mereka diajarkan matematika dgn sistem yg berbeda agar pelajar matematika menjadi begitu menarik dan di senagin..:-)
menurut pengalaman dn pengamatan sya… Guru jaman skrang tuch jd guru bkan krn mereka peduli tpi SEPERTI nya lebih ke ekonomi… Gaji teratur… Gk kpanasan… Dn mreka tuh sring bgt blng… ”yg mw pinter tuh kalian kenapa sya yg harus repot’ pdhal mereka jd guru kn d’gji bkn suka rela… Itu memang tanggung jawab mereka… Memang antra guru dn siswa hrus ada krja sma. _knp sya hanya mengkritik guruny krn sya lihat kritik ttg siswa udh banyak_
ya otak w mah…pas_pasan bisa_iya bisa ga…..
kadang kalo belajar harus santai buru bisa masuk nilai kecil sesalu remet semoga guru w ga bilang w ‘kamu gagal’ tapi ada yang bilang “ajari yang tidak bisa’ (hancur banget soal nujuk ke_w ) haaaaaaaaaaaaaa
itu guru akan w sikut biar tau rasa …….
w inikan anak yang sedang berkembang walu selalu remet……
iya waktu w smp ga belajr gurunya ga masuk terus
tapi w masuk sma bagus w mati terkapar________ hehehe……
🙂
Yups betul banget ……………saya IQ saya masih jauh sama orng sana
orang pagi makan nasi uduk sm tempe ……….
klw disana minumnya SUSU……..AND ROTI proteinnya Tinggi
menurut saya indonesia lh yg pendidikannya terbaik,sebab memeliki guru2 yg jenius
Karena menyangkut negara, maka Indonesia pasti akan kesulitan menjadi yang terbaik. Ini persoalan sistem pendidikan. Jadi, tidak semua, tapi ada beberapa hal yang bisa diadopsi di negara kita. Kiranya inilah yang coba diusahakan oleh para orang tua yang mendidik sendiri anak-anak mereka di rumah (homeschooling)…… tapi berapa orangtua sih yang sanggup dan punya waktu untuk itu ? Akhirnya, pemerintah perlu menggalakkan metode pendidikan yang berorientasi pada pendidikan manusia, di mana tiap pribada adalah subyek pendidikan, bukan sebaliknya sebagai obyek bisnis pendidikan. Change we can !!!
Mohon maaf sebelumnya, artikel ini kami tertarik sehingga saya mengcopy paste isi seluruhnya pada blog kami http://ipmado-joglo.blogspot.com dengan menyebutkan sumber berita pada bagian bawah postingan……
terima kasih……
angsa kita bangsa yang besar…
Seyogyanya, para pendidik memahami benar panggilannya sebagai teladan hidup bagi murid-muridnya.
Saran Saya, perlu diselenggarakan pertemuan komunitas guru yang benar-bear memiliki kesamaan visi yaitu “Untuk dapat membalikkan keadaan Bangsa Indonesia yang kita cintai ini…
Dari keterpurukan menuju kejayaan di dalam takut akan Allah sang pemiliki otoritas mutlak…
kita sebagai generasi muda yg harus mewujudkan Indonesia menjadi seperti itu, jangan hanya berkomentar tanpa melakukan apapun!
sebaiknya kita meniru cara pendidikan finlandia tapi kita juga prlu memperhatikan nilai nilai moral di daerah kita. pemerintah juga harus membantu perkembangan para pelajar agar mendapatkan nilai yang bagus.
semoga negara kita ini bisa menjadi negara yang lebih baik lagi.
siiip ……!!!
kapan yaa ? pendidikan Indonesia tercinta kayak gitu ?
Semoga Petinggi Pendidikan di Indonesia juga memiliki konsep serupa…
Kerennn…lulusan terbaik hanyalah untuk menjadi para pendidik… mari daftarakan putra-putri terbaik kita untuk menjadi guru yang berkuallitas..
mmg qt msti konsisten dengan sistem, biar nda ktinggalan terus dg yang laen, yang dipentingkan pembenahan2 trus menrus dan obyektif serta nda sah gampang terpengaruh dg komentar subyektif. kmbali ke istiqomah qt pada aturan yang konstruktif.
ucxdwtflpmbipsbohuvb, 888 casino bonus, MjqzPVY, [url=http://www.casino888bonuscode.com/]888casino bonus[/url], RxjKhHl, http://www.casino888bonuscode.com/ 888 casino bonus, wpzkMfS.
Artikel yang sangat bagus, inspiraif sekali, ijin copas pap termksh
Patut Di contoh oleh pelajar Indonesia 🙂
Aku setuju dengan konsep mengajar yang diterapkan di firlandia , negara patut kita contoh ..
Saya berpendapat kalau ulangan tertulis hanya buang buang waktu saja bagi siswa dan guru , karena percuma saja , jika siswa di beri ulangan tertulis , mereka pasti hanya menyontek saja , para siswa menyontek juga karena gurunya yang tidak menjaga berlangsungnya ulangan dengan baik ..
Tohh , kegiatan ulangan tertulis itu hanya buang buang waktu dan tenaga , lebih baik melaksanakan ulangan lisan , agar siswa tidak bergantung kepada orang lain untuk menyontek , dan saya rasa ulangan lisan itu dapat lebih meningkatkan semangat belajar para siswa .. 🙂
kita harus mencontohi, gimana orang bisa lebih maju
Penerapan yang bagus untuk kemajuan pendidikan
menurut saya Indonesia perlu mencontoh penddikan di Finlandia