ArtikelTanya Jawab

Melarang Anak Nonton Televisi Dari Dekat

watch tv.jpg Selamat pagi Bpk Ariesandi & Sukarto,

Dalam CD 15 kebiasaan orangtua yang salah, salah satu contohnya adalah melarang anak nonton dekat televisi.

Saya sudah mencoba mengatakan supaya anak duduk di sofa (yg jauh dari tv) tapi anak hanya menoleh sebentar saat saya berbicara namun tetap di depan tv. Baru setelah saya berjalan mendekati tv untuk mematikan tv / menghalau anak. maka anak berlari lari kecil menjauhi tv dan akan kembali lagi saat saya menjauhi tv.

Menurut Bapak apa kekurangan dari perkataan saya sehingga reaksi masih belum seperti yg diharapkan.

Terima kasih

Salam hangat

A.P di Surabaya

Related Articles

5 Comments

  1. Tidak ada yang salah dengan perkataan Bapak. Yang terjadi adalah anak yang sudah terprogram untuk mengabaikan orangtuanya. Karena selama ini kemungkinan orangtua belum bisa menjaga konsisten antara perkataan dan tindakan. Yang perlu dilakukan sekarang adalah menegakkan kembali otoritas orangtua di mata anak. Bukan dengan perintah kasar atau dengan bentakan tapi dengan penuh kasih saya. Inilah yang kami istilahkan dengan ‘cinta-tegas’.
    Pada kesempatan berikutnya katakan “Aris nonton tv nya makin hari makin jauh ya. Sekarang coba mundur ke sofa sini” Jika dia masih tetap di tempat maka dekati anak dan katakan secara tegas tapi jangan sambil melotot atau berteriak. Cukup katakan dengan intonasi biasa saja “Aris mulai sekarang sampai kapanpun kalau kamu mau tetap diijinkan nonton tv maka nontonnya duduk di sofa. Oke. Papa bisa percaya kamu. Kamu pasti bisa lakukan hal itu.’
    Katakan hal itu sambil menatap lembut matanya dengan memegang bahunya. Dan katakan “kamu ngerti jika Papa seperti ini berarti Papa serius. Jika kamu masih langgar maka besok kamu tidak boleh nonton tv seharian oke?”
    Jika besoknya dia langgar maka katakan dgn penuh kasih sayang bahwa anda menyesal dan bisa memahami perasaannya tetapi kemarin janji sudah dibuat dan harus ditegakkan. Oleh karena itu Aris tidak boleh menonton tv. Tetapi carikan kegiatan lain untuk mengisi waktunya. Jika dia menurut maka pujilah dan berilah penghargaan atas upayanya. Dan perkuat dengan ucapan ‘bagus makin hari kontrol dirimu makin baik dan kamu tetap bisa menonton tv di sofa dengan sangat menyenangkan. sini papa peluk”
    Jadi yang diperlukan di sini adalah re-edukasi pikiran bawah sadar si anak yang sudah terkontimansi dengan program lama. Diperlukan waktu untuk hal ini tetapi akan sangat bernilai jika anda mulai melakukannya mulai sekarang demi masa depan anak. Cara komunikasi yang pas dibarengi pengetahuan untuk tetap mengisi tangki cinta anak adalah kunci menanamkan harga diri sehat pada anak.

  2. Selamat Kenal Bpk Ariesandi & Sukarto,

    Anak saya sekolah klas 2 di SMU Unggulan dengan pola diasramakan, kemampuan belajarnya tergolong cukup baik, dan sekarang dia tergabung dalam kelompok Band Sekolahan.

    Disayangkan, anak tersebut sifat pemalu dan rasa tidak percaya dirinnya cukup tinggi serta kurang bisa bergaul terutama dengan para seniornya.
    Pada saat hari libur waktunya dihabiskan dalam rumah untuk bermain musik dan kegiatan bermain lainnya.

    Sebagai orang tua, ingin rasanya anak tersebut dapat mengembangkan kemampuan dirinya melalui lingkungan di luar rumah maupun sekolahnya.

    Menurut Bapak, anak saya tersebut termasuk kelompok mana dan apa yang harus saya lalukan
    Sekian terimakasih.

  3. Pak Taram,
    sifat pemalu itu banyak jenisnya. Ada yang memang kepribadiannya introvert jadi anak seperti ini memang banyak memerlukan waktu untuk menyendiri untuk berpikir. Ini wajar saja dan dapat kita terima.

    Anak yang tidak suka bergaul, tidak berarti percaya dirinya rendah. Tetapi bila pak Taram yakin bahwa anak Anda memiliki masalah di kepercayaan dirinya maka sebagai orangtua kita perlu membantu untuk mengembangkan kepercayaan dirinya. Di proses ini, komunikasi antara orangtua dan anak perlu bagus sehingga anak dapat bercerita permasalahannya dan orangtua bisa memberi masukan ke anak dengan menggunakan cerita, pengalaman pribadi orangtua atau cerita pihak ketiga. Jadi bukan nasehat langsung karena anak pada usia SMU cenderung tidak mau menerima nasehat.
    Contohnya : Pak Taram mungkin bisa cerita pengalaman pribadinya saat usia SMA atau kuliah dimana sulit punya teman karena mau ngobrol itu bingung mau ngomong apa, nanti khawatir salah omong malah ditertawain. Ternyata setelah belajar bahwa topik paling menarik bagi setiap orang adalah tentang dirinya sendiri, pak Taram bisa mulai bergaul dengan mudah karena tidak bingung memulai pembicaraan. Dari sana pak Taram jadi PD kalau bergaul dengan orang lain dan ternyata setelah dewasa, bisa bergaul itu benar-benar membuat usaha dijalankan dapat mudah berkembang karena teman-teman banyak yang membantu promosi.

    Ini cuma contoh cerita pak 😉 tapi intinya anak jadi belajar dengan mengambil kesiumpulan bukan dinasehati langsung. Dan jangan lupa beri sugesti dan kepercayaan. Bilang pada anak “Bapak percaya kamu itu makin hari makin bisa bergaul dengan baik. Makin hari makin percaya diri”.

    Semoga bisa membantu..

  4. Yth.Bpk Ariesandi & Sukarto,

    Ternyata mendidik atau mengasuh anak2 gampang-gampang susah, yang satu anak pendiam tidak suka bergaul sedangkan satunya tidak bisa diam, banyak omongnya bahkan kadang2 suka ganggu saudara lainnya dan spertinya cenderung nakal. Kedua-duanya tergolong cerdas kalau dilihat rapor sekolahnya, namun watak dan karakternya antara keduanya saling berbeda 180 derajad.

    Pada kondisi ini sebagai orang tua dihadapkan pada posisi yang serba salah. Bersikap keras dan tegas terhadap anak yang sedikit bandel seringkali berimbas kepada anak satunya, begitu sebaliknya.

    Misalnya, seringkali kita menegur dengan sedikit keras kepada anak yang bandel karena suka bikin kegaduhan dalam rumah, kadang2 anak satunya juga ikut-ikutan jengkel dan memarahinya bahkan melebihi tindakan orang tua karena dia merasa lebih tua.

    Bagaimana sikap orang tua yang bijak menghadapi kondisi diatas, terima kasih atas saran dan masukan sebelumnya.

    Taram

  5. Dear P Taram yang baik hati dan peduli sama anak,
    Untuk menegur anak sebaiknya Bapak melakukannya secara pribadi. Bila perlu secara tersendiri sehingga saudara yang lainnya tidak tahu. Ini untuk melindungi harga diri anak yang kita tegur. Bapak bisa mengatakan,”Toni ikut Ayah sebentar ke kamar, Ayah mau bicara sesuatu”. Setelah itu di kamar Bapak katakan apa yang Bapak mau sampaikan padanya.
    Salam hangat

Back to top button