Mengatasi Anak yang Tertutup dengan Orangtua
Yth. Bapak-bapak Ariesandi dan Sukarto, Kami mendaftar sebagai anggota Parents Club pada tgl. 15 Agustus 2007. Harapan kami dapat menjadi orang tua yang baik dalam mendidik anak2. Ada masalah dengan seorang anak kami yang ingin dikonsultasikan dengan bapak2. Mohon maaf surat ini agak panjang. Anak kami yang kedua, seorang perempuan berumur 15 th baru masuk kelas I SMA Negeri di Jakarta. Anak ini sangat aktif dalam kegiatan fisik seperti olah raga dan menari. Tetapi sangat susah meluangkan waktu untuk pelajaran sekolah. Pada waktu masih sekolah di SMP, dia hanya belajar pada saat akan ujian. Prestasinya biasa2 saja. Sejak beberapa bulan lalu, dia membentuk suatu community dengan teman2 yang dikenalnya melalui internet. Mereka adalah anak2 remaja, semuanya lelaki kecuali anak saya yang perempuan. Setiap Sabtu sore mereka berkumpul di suatu mal di Jakarta Selatan untuk membicarakan rencana kegiatan. Katanya mereka bermaksud menyelenggarakan suatu event pertunjukan musik. Kami tidak mengenal teman2nya karena anak kami tidak mau kami langsung berkomunikasi dengan mereka. Acara pertemuan mereka berlangsung sampai malam sekitar jam 20.00 dan anak kami tidak mau dijemput pulang, diantar oleh temannya sampai ke rumah dengan kendaraan umum. Jarak dari mal tsb ke rumah ditempuh minimum 1 jam perjalanan. Dalam diskusi dengan anak, kami melihat ada manfaat untuk dia ikut kegiatan itu; hanya kuatir karena dia anak perempuan dan pulangnya malam. Sebelumnya, dia dibatasi hanya boleh ikut sampai jam 17.00, tetapi dia protes. Menurutnya pembicaraan mereka belum selesai dan masih banyak yang dibahas. Pada waktu mulai masuk sekolah pertengahan Juli lalu, anak kami menyatakan berhenti dari community nya. Kami sangat senang mendengar hal itu. Ternyata kemudian dia tidak jadi berhenti karena, katanya, semua teman2nya sangat mengharapkan dia ikut terus. Nampaknya dia bangga dengan peranannya dalam community itu dan tidak mau berhenti. Beberapa hari terakhir ini hubungan kami sebagai orang tua dengan dia semakin kurang baik. Pada hari Sabtu tgl. 18 Agustus lalu, sekitar jam 14.00 dia pamitan menuju ke mal dengan naik angkutan umum. Dia membawa dua orang teman perempuan dari sekolahnya dan berjanji akan pulang jam 18.00. Karena belum pulang, pada jam 20.00 kami telpon. Katanya sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Pada jam 21.30 dia mengirim sms dengan HP temannya mengatakan akan bermalam di rumah salah seorang teman sekolahnya dan akan pulang ke rumah esok pagi. Kami tidak bisa menghubungi dia karena HP nya tidak aktif. Sebenarnya kami tidak setuju dia menginap di rumah temannya, hanya tidak berdaya karena tidak dapat menghubungi. Pada hari Minggu tgl. 19 Agustus pagi kami datang ke rumah temannya, ternyata dia tidak ada di sana. Kata temannya, semalam dia pulang sendiri dan anak kami ke rumah teman perempuan yang baru dikenalnya di mal. Kami sangat bingung mencari anak yang tidak bisa dihubungi. Akhirnya pada siang hari, salah seorang temannya di community berhasil dihubungi. Anak kami mengirim sms kepadanya dan minta diantar ke rumah. Setelah sampai di rumah, anak kami tidak mau memberitahu dengan jelas apa yang telah terjadi. Teguran kami (tidak keras) membuatnya marah dan kemudian memutuskan menginap di rumah teman sekolahnya. Pada hari ini, Senin tgl. 20 Agustus dia masuk sekolah langsung dari rumah temannya. Kami berharap semoga sore ini setelah selesai sekolah dia langsung pulang ke rumah. Kami harus bersikap bagaimana kepadanya? Bagaimana saran bapak-bapak atas masalah kami ini? Mungkinkah anak kami dapat disadarkan dengan hypnotherapist? Kami sangat kuatir dengan pergaulannya dan minatnya yang kurang pada pelajaran sekolah. Sekali lagi kami mohon maaf atas surat yang panjang ini. Mudah2an dapat segera mendapat petunjuk dari bapak-bapak dan atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasi. Hormat kami, Bapak JLM dan Ibu SP Anggota Parents Club Jakarta
bapak Jaya dan Ibu Sri yang baik,
Permasalahan Bapak dan Ibu sebenarnya adalah permasalahan komunikasi dengan anak. Kemudian hal ini juga melebar ke masalah lainnya.
Anak seusia anak Bapak adalah anak yang sedang mencari jati diri. Mereka butuh pengakuan dan penerimaan dari orang sekitarnya. Dalam menjalin relasi dengan anak seusia ini kita tidak bisa seperti berhubungan dengan anak usia 7 tahun ke bawah.
Yang Bapak bisa lakukan adalah mencari waktu berdua dengan anak Bapak dan kemudian berbicara dari hati ke hati. Tanyakan apa yang ia rasakan sebagai anak menerima perlakuan dari anda sebagai orangtua. Setelah ia menceritakan perasaannya tolong anda jangan membela diri. Cukup katakan saja “terima kasih kamu mau berterus terang” Jika dirasa perlu, mungkin ia pernah tersinggung dengan sikap Anda sebagai orangtua, mintalah maaf padanya. Cukup minta maaf tanpa disertai nasihat.lainnya.
Setelah itu tanyakan apa yang ia harapkan dari Anda sebagai orangtuanya. Kemudian tanyakan apa yang Anda bisa lakukan untuk mendukung idenya.
Saya mengerti ini bukanlah hal yang mudah. Mengingat keterbatasan ruang komunikasi diantara kita.
Semoga saran sederhana ini bisa membantu Bapak dan Ibu. salam hangat dari team di SekolahOrangtua
Salam,
Salah satu kuncinya agar anak mau terbuka dengan kita sebagai orang tua adalah ,Status Aku orang tua harus diubah menjadi sama dengan sang anak.
Dengan kata lain kita sebagai orang tua harus bisa masuk kedunia anak ,jangan berpikir kita lebih tua dari dia.
Sejauh ini jurus ini 100 persen berhasil 😉
anak saya baru umur 7 tahun tapi sudah tertutup mengenai teman-teman mainnya dikelas. Bahkan kalau saya tanya “itu tadi yang naik sepeda namanya siapa?” dia jawab “mama ga boleh tau” bagaimana ya? masih kecil sudah tertutup saya kuatir sampai besar seperti itu. Ada yang punya masalah sama & tau cara mengatasinya?