ArtikelParenting

Orangtua Batu vs Orangtua Air

stonewater.jpgPernahkah anda melihat batu? Bagaimanakah bentuknya? Bagaimanakah permukaannya? Bagaimanakah kekerasannya? Bagaimanakah ketahanannya terhadap erosi? Ya batu mempunyai banyak bentuk. Dan rata-rata permukaannya keras kecuali batu apung. Tetapi sekeras-kerasnya jika batu tersebut terjatuh dan terbentur benda keras lainnya maka batu itu akan terkikis dan jika sering terjatuh atau terbentur maka ia akan mengecil juga. Demikian juga jika batu tersebut ditetesi air terus menerus maka lambat laun batu tersebut akan lubang juga. Walaupun permukaannya sangat keras namun batu tidak memiliki kelenturan dan sangat mudah tergores ataupun terkikis jika terbentur benda keras lainnya. Batu juga sulit memindahkan dirinya sendiri kecuali ada energi sangat besar mendorongnya. Batu akan berpindah jika disapu angin ribut ataupun air bah. Perpindahannya akan menimbulkan kesakitan karena batu tersebut akan tercabut dari tempatnya semula dan jatuh terbanting ke tempatnya yang baru. Ia akan terbentur-bentur dan terkikis melewati proses perpindahannya. Bagaimana dengan air? Air sangatlah luwes dan lembut. Ia bisa menyesuaikan diri dengan berbagai situasi. Tetapi di balik kelembutannya ia menyimpan tenaga yang sangat besar. Ia bisa mengikis batu yang sangat keras dengan penuh kesabaran. Ia bisa memindahkan batu sebesar apapun. Ia juga bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan sangat mudahnya. Ia bisa menyerap panas ataupun dingin dengan sangat cepat. Ia mengalir kemanapun dengan tanpa beban dengan sangat mudahnya. Sebagai orangtua yang mendidik anak dan diri sendiri, sifat manakah yang kita miliki? Apakah kita memiliki sifat-sifat batu yang sangat keras dan sulit berubah menyikapi kondisi sekitar? Ataukah kita memiliki sifat-sifat air yang lemah lembut dan luwes namun mempunyai kekuatan yang sangat besar jika diperlukan? Orangtua yang memiliki sifat-sifat seperti batu, kita sebut orangtua batu sangatlah keras dalam mendidik dan menyikapi berbagai perilaku anaknya. Mereka berpikir dan melihat tingkah laku anak dari kacamatanya sendiri. Akibatnya mereka mengalami kesulitan dan tidak bisa menerima perbuatan anak-anaknya. Orangtua batu menjalani hidup dengan penuh ketegangan sehingga memiliki tingkat stress yang tinggi. Mereka seringkali menyalahkan tindakan anaknya. Mereka selalu meminta anaknya bersikap seperti apa yang diinginkannya. Mereka selalu menuntut anaknya untuk berbuat sesuatu. Jika tidak mereka akan marah dan menganggap anak-anaknya selalu tidak becus dan tidak menurutinya. Orangtua batu sering menyulitkan dirinya sendiri dan anaknya. Jika ia diminta harus mengubah pendekatannya maka ia akan menderita dan mengalami kesakitan. Perubahan adalah sesuatu yang membuat orangtua batu mengerang dan menjerit. Secara mental ia sendiri akan mengalami kesakitan luar biasa. Baginya perubahan adalah ketidaknyamanan. Akibat dari sikapnya yang keras seperti batu ini maka tingkat stressnya sangat tinggi. Dan ini menyulitkan dirinya sendiri dan anak-anaknya. Ketika anaknya berubah ke arah yang lebih baik ia sendiri gagal mengubah dirinya untuk merespon perubahan anaknya. Dan akhirnya anaknya yang tidak melihat perubahan dari respon orangtuanya merasa frustrasi. Ujung-ujungnya si anak kembali ke sikap semula dan bahkan tidak bisa respek pada orangtuanya. Dan ini memicu perselisihan baru yang tidak akan ada penyelesaiannya. Orangtua mengatakan anak tidak mau berubah tetapi si anak, yang telah berubah namun tidak mendapat respon, mengatakan orangtua yang tidak mau berubah. Orangtua batu menjalani kehidupan rumah tangga dengan penuh kemarahan dan tuntutan. Mereka tidak tahu kapan harus menggunakan kekuatannya. Jika ia dipaksa berubah maka ia akan merasa hancur lebur. Orangtua batu memiliki ego yang sangat besar tetapi negatif. Ego inilah yang akan menghancurkan dirinya sendiri dan akhirnya anaknya. Bagaimana dengan orangtua air? Orangtua air memiliki keluwesan yang luar biasa tetapi bukan berarti mudah dipermainkan. Orangtua air tahu kapan harus menggunakan kekuatannya untuk mendisiplinkan anaknya. Mereka juga tahu kapan harus mengubah diri menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi dalam diri anaknya. Mereka cepat sekali merespon tindakan anak dan menghargainya. Memuji dengan tulus perbuatan baik anak dan meminta maaf ketika dirinya berbuat salah pada anak adalah hal yang mudah dan tidak akan menghacurkan ego orangtua air. Orangtua air adalah orangtua yang mengerti dan menerima dirinya sendiri dengan baik. Mereka memiliki harga diri yang sehat sehingga mampu memperlakukan anak-anaknya dengan penuh respek. Akibatnya mereka juga menerima respek dari anak-anaknya. Ketika anaknya berbuat di luar pengharapannya mereka tetap respek pada pilihan anaknya. Kemudian akan mencari tahu dulu masalahnya dan membantu anak untuk berubah. Orangtua air mencintai dirinya sendiri sehingga ia mampu memberikan cinta pada anak-anaknya. Akibatnya anak-anaknya tumbuh dengan penuh kasih sayang dan merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Anak-anaknya tumbuh dengan percaya diri dan harga diri yang sehat. Orangtua air menjalani kehidupan bersama anak-anaknya dengan penuh kegembiraan dalam suasana yang saling menghargai. Mereka saling mendukung perubahan diri masing-masing. Mereka sangat toleran dan sabar dalam menyikapi berbagai hal. Orangtua air dan anaknya adalah pelaku tata tertib yang patuh namun fleksibel. Bagaimana dengan kita sendiri? Termasuk dalam kategori manakah kita dalam mendidik anak? Orangtua batu atau Orangtua air? Andalah yang bisa secara jujur menjawabnya sendiri. Semoga bermanfaat. Komentar dan masukan tentang artikel ini akan sangat bermanfaat bagi semua orang. Silakan isi form komentar di bawah ini. Terimakasih sebelumnya !

Related Articles

27 Comments

  1. Orangtua Batu vs Orangtua Air

    Orang yang beragama tentu sadar betul akan asal usulnya dirinya, dari mana dia ada dan akan kemana dia pergi untuk kemabali.

    Alam seutuhnya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa saling dipisahkan dengan diri mnusia. Sifat angin, air, api dan batu itulah sifat alam yang ada pada diri manusia, sedangkan akal sebagai pengelola dan hati sebagai Tuan ya.

    Akal bijak dalam hati yang penuh dengan cinta kasih sayang, hanya dialah yang bisa tahu dan dapat mengelola dengan baik sifat alam pada dirinya. Namun kadang kala alam bergejolak dibawah kemapuan diri manusia.

    Tentunya sebagai orang tua yang bijak tehadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak, sadar dan menyadari hal diatas, bahwa disamping kemampuan dirinya masih ada yang lebih mampu dari pada dirinya yaitu Tuhan YME. Pemahaman dan pengamalan agama secara konsisten dan benar mungkin itulah kuncinya.

    Sekian, secara ringkas komentar saya tentang Orangtua Batu vs Orangtua Air, terima kasih

  2. Sangat bagus sekali artikel anda, sekarang yang saya inginkan adalah artikel mengenai bagaimana cara meningkatkan PD anak

  3. Saya sangat terkesan dengan artikel orang tua batu vs orang tua air. Hal ini memberikan pelajaran tersendiri khususnya bagi saya untuk terus meng-upgrade diri sehingga saya bisa mendidik anak saya dengan cara yang jauh lebih baik.

  4. terimakasih untuk bahan pembelajaran dengan judul orangtua batu vs orangtuan air. sedikit komentar, mengapa dikotomis, lalu apa jalan tengahnya. kami sendiri menemukan jalan tengah yaitu orangtua yang asertif, tegas tapi lembut dan tidak menyakitkan. orangtua batu tentu tidak bijaksana, orangtua air bisa jadi permisif. maka berdasarkan pengalaman kami perlu menjadi orangtua yang asertif. jelas apa yang baik atau buruk, apa yang benar atau salah, namun tidak menyakitkan. terimakasih

  5. Orang tua batu vs orang tua air, adalah artikel yang sangat bagus untuk dipahami para orang tua dalam mendidik anak. Makanya kita harus menjadi orang tua air, karena air adalah sumber kehidupan. Terimakasih.

  6. Saya benar-benar terkesan dengan artikel ortu batu vs ortu air. Sepertinya sangat mengena sekali dikehidupan saya, yang saya tidak pernah bisa merubahnya padahl saya sudah sering sekali mencobanya. Terkadang saya putus asa ingin sekali meninggalkan keluarga saya agar mereka terbebas dari prilaku saya yang seperti ortu batu.

  7. Dear Pak Ariesandi,

    Saya mendapatkan pelajaran baik hari ini, karena cerita diatas adalah potret dari kehidupan Rumah Tangga saya, kalau saya boleh jujur saya berada di Orangtua Batu saat ini.
    Terkadang saya sudah berubah dan berjanji pada diri sendiri untuk tidak berlaku kasar terhadap anak2 saya, tapi disisi lain suami saya (ayah tiri) kadang sering mengadukan sikap anak saya (6.5 Thn) pada saat saya baru pulang kerja itu yang kadang membuat saya emosi. Hari ini anak saya diperlakukan tidak baik oleh ayah, mandi langsung diguyur dengan baju2nya, saya sangat sedih, tapi saya tidak bisa berbuat apa2. Kepada Bpk Arie, tolong berikan saya solusi yang terbaik buat kehidupan saya ke depan, apa yang harus saya perbuat?

    Salam,
    Yuli

  8. Wah saya sangat bersyukur sekali dapat pengetahuan baru dengan membaca artikel ini. Untuk saat ini saya Alhamdulillah masih menjadi orang tua air dan mudah2an seterusnya karena anak2 saya masih relatif kecil jadi belum ada gejolak. Saya pribadi mengenalkan kepada anak2 itu agama terlebih dahulu jadi mereka tau untuk menghormati orang tuanya.

  9. saya selalu setia membaca artikel2 dari sekolah orang tua
    Alhamdulillah semua bermanfaat bagi saya dan keluarga saya
    banyak ilmu yang kami peroleh dari artikel2 tersebut
    semoga sekolah orang tua tidak bosan-bosannya membagikan ilmunya
    kepada kami.
    Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tak terhingga kami sampaikan pada semua Bapak/Ibu pengasuh Sekolah orangtua

    salam manis dari
    Ridayani dan keluarga

  10. saya ingin sekali menjadi orang tua air…(sedihnya…kayanya saya kayanya trmsk orang tua batu..)bagaimana caranya?

  11. Dear Seira,
    Silakan baca buku “Rahasia Mendidik Anak agar Sukses dan Bahagia” yang mengupas berbagai hal tentang tips-tips praktis dan teruji u membantu anak melejitkan potensinya sekaligus membantu orangtua memiliki pandangan yang lebih terbuka tentang dirinya sendiri.
    Salam hangat

  12. kalau sebagaimana artikel tersebut pastilah semua orang sepakat bahwa pilihan sikap dan cara serta pola pengasuhan adalah sebagai orang tua air.
    tapi kalau sedikit bercanda dan mengeles….. tapi seharusnya kita juga sekali waktu harus menjadi orang tua batu ketika kita akan membangun suatu karakter anak yang kuat. karakter batu adalah kuat sehingga batu adalah unsur penguat dalam suatu bangunan. suatu tembok akan lebih banyak unsur batu di banding airnya…. tapi itu tergantung bagaimana kita memilih pemihakan pada batu atau air.
    terima kasih artikelnya…. sangat bermanfaat !!!!!

  13. Saya baru sempat ngasih comment sekarang. Tapi yang jelas dari artikel-artikel yang ada amat sangat bermanfaat. Bisa dibilang saya bukan tipe orang tua batu, tapi juga bukan tipe air. Kadang2 saya masih berlaku keras terhadap anak2 saya, tapi terkadang saya juga lembut terhadap anak2. Dengan sering membaca artikel2 dari Sekolah Orangtua akan selalu mengingatkan saya dalam bersikap terhadap anak2. Yang tadinya sudah emosi yang tidak tertahankan setelah ingat dengan artikel tersebut saya jadi bisa menahan emosi saya. , Saya selalu mengharap dan menunggu artikel2 yang lain. Sekali lagi trimakasih banyak….

  14. sebelumnya saya mengucapkan terima kasih dengan newsletter yang selalu setia memberikan ilmu yang sangat berarti dalam kehidupan sehari-hari . begitu pula dengan saya akan selalu setia membacanya dan akan terus belajar sebagai ibu yang harus membesarkan 3 anak menjadi anak yang mandiri dan berhasil . salam dari kami sekeluarga

  15. Pak Ariesandi yang saya hormati

    Artikel-artikel Sekolah Orang tua sangat luar biasa. Memang artikel-artikel itu sudah terlambat bagi dua anak kami yang sudah dewasa, namun amat relevan bagi seorang anak angkat kami yang kini berusia 11 tahun. Akan tetapi amat sangat bermanfaat bagi tiga cucu kami dan para peserta pelatihan yang sering saya latih.
    Terima kasih

  16. artikelnya bagus sekali, saya jadi dapat berkaca pada diri sendiri…… tipe orangtua yang mana ya saya….???

  17. Terima kasih atas artikelnya.Mudah-mudahan saya yang menjadi orang tua batu saat ini dapat meng-upgrade diri saya menjadi orang tua air. Semoga !!!

  18. semua artikel nya super bagus…
    membuat inspirasi bagi saya dalam mendidik anak saya tapi ada kendala yang besar bagi saya…
    bagaimana kalo saya seorang singleparent… mohon sesekali membahas tetntang itu??? makasih…

  19. saya terkesan dg uraian kt demi kt pengasuh skol ortu, sbg ayah seklaigus teman bg anak dan istri ini mrpkn masuk yg sangat baik n bermanfaat, krn kdang kita lupa akan falsafah tersebut, meski sifat air tdk slamanya begitu.
    jd kesimpulannya bg kami sebagai orang tua kadang harus bertindak sbgmn batu bila dibutuhkan, terkadang jg tidak harus bersifat sebagaimana air.
    bagus lah atuh, so hatur nuhun

  20. Dear sekolah orangtua, saya selalu mengikuti dan menunggu news letter nya untuk dapat selalu belajar mengembangkan diri menjadi orangtua yang terbaik untuk anak saya. Untuk artikel kali ini, kalau ada semacam physicological questioner untuk membantu kami mendefinisikan lebih objective apakah kita tms orangtua batu atau air. Kalau by feeling kadang sudah merasa “air” tapi bisa saja ternyata secara objective ternyata prosentase nya masih “batu”, help us to become a better person for our beloved son :Airlangga.

  21. Halo ibu Widy,
    Sayang sekali untuk saat ini belum ada peneliti yang mengembangkan questionaire untuk topik ini. Sementara ini, topik ini hanya sebagai wacana yang bertujuan untuk instropeksi diri saja dulu.

    Salam hangat penuh cinta untuk Ibu Widy sekeluarga.

  22. salam hangat
    artikel Bapak sangat menyentuh saya. saat ini kami masih mencoba belajar menjadi orang tua air memang Banyak kendala and energi yang kami habiskan seperti meredam emosi . tapi kami akan terus berusaha.

    Terimakasih

  23. Setelah saya mengikuti kelas hipnoparenting 6 hari dan diterapi dengan ICT oleh pak Ariesandi saya banyak mengalami perubahan dalam hidup saya. Saya lebih bisa menjaga emosi dan perkataan saya didepan anak-anak dan menerapkan tangki cinta ke anak2 saya , terutama yang kelas 1 dan 2 SMP. Saya berusaha menerapkan menjadi orang tua air dan selalu mengisi tangki cinta anak-anak yang kosong. Saya semakin memahami bahasa cinta anak-anak saya. Pengalaman yang saya dapatkan, ternyata menjadi orang tua air itu butuh konsistensi yang sangat tinggi, pengorbanan yang tulus dan pantang menyerah. Anak-anak menjadi semakin dekat dan terbuka. Makasih pak Aries.

  24. Dear Pak Ariesandi..
    Amazing… itu pengalaman yang bisa saya bagikan pada ibu Irene. Saya Lisa dari kebumen Jawa Tengah. Saya punya 1 putra kelas 1 smp, dan 2 putri kelas 2 smp dan umur 3 tahun 3 bulan. Pengalaman yang saya dapatkan selama saya mempelajari tangki cinta dan menerapkan pada anak-anak saya, hasil yang saya lihat sangat luar biasa. Sebelumnya saya bingung menerapkan tangki cinta ke anak-anak saya. Makin hari saya makin paham dan lancar mempraktekkan pada 3 anak saya dengan membagi waktu untuk 3 anak secara adil dan bijaksana.Anak remaja saya dulu kalau saya beri nasihat mereka langsung marah dan teriak-teriak.
    Yang kelas 1 SMP suka main game on line & face book, dan pulang sekolah juga jarang langsung pulang rumah. prestasi sekolah hancur. Dirumah juga main game online sampai dengan jam 19.00, kalau ditegur dia teriak-teriak. Saya berusaha untuk merubah 1. cara bicara saya dengan anak-anak 2. Menahan amarah negatif 3. Memahami perasaan dia. 4. Memberikan sugesti setiap hari pada anak saya . Yang terpenting KITA sebagai orang tua yang harus berubah terlebih dahulu dan konsisten dengan perubahan tersebut. Anak saya tetap main game on line tapi saya memberikan sugesti makin lama makin dikurangi dan sugesti itu betul-betul mengena. Saya hampir tidak pernah marah dan suka mengatur. Kadang saya juga tidak tahan dan ingin marah dan bahkan pernah marah lagi, tetapi selalu saya katakan Mamah minta maaf dan bantu mamah untuk jadi mamah seperti apa yang kamu inginkan. Saya mencoba mempelajari apa yang dia inginkan dan mempelajari apa bahasa kasih anak saya. Dia sekarang dapat mengatur waktu bermain game on line, belajar, dan bersosialisasi. Dia sudah banyak berubah, meskipun belum 100 % seperti yang saya harapkan, karena saya yakin dia punya talenta sendiri dan punya masa depan sendiri yang berbeda dengan saya. Saya sudah mulai bisa mengatur dia untuk main game on line hanya pada hari minggu, meskipun masih dilanggar… saya tetap berusaha memahaminya, tapi dia lebih bisa menerima jika saya tegur dan dia mulai bisa belajar menghargai peraturan yang sudah saya buat.
    Saya dulu bingung setiap kali saya tanya ke Pak Ariesandi tentang permasalahan anak saya, eliau selalu menjawab dengarkan CD tangki cinta anak. Sekarang saya memahami apa arti kata-kata tersebut. Makasih pak Ariesandi. Saya menunggu seminar-seminar Bapak berikutnya.

Back to top button