Suatu saat selepas sebuah seminar yang baru saja selesai saya bawakan seorang ayah datang dan menceritakan keluh kesahnya. Apalagi kalau bukan tentang anaknya.
Ia memiliki 2 orang anak yang sudah remaja dan satu sama lain saling mengiri. Yang satu mengatakan ,”Ayah selalu sayang adik! Tidak pernah memenangkan aku!” dan yang satu lagi mengatakan, “Ayah selalu saja memerhatikan kakak! Aku tidak pernah diperhatikan dan harus selalu menurut sama kakak!”
Sang ayah kebingungan karena selama ini, menurutnya, ia dan istri telah memperlakukan kedua anak mereka dengan adil. Bahkan mereka sering keluar bersama-sama sebagai sebuah keluarga.
Selain itu kedua orang kakak beradik tersebut sering bertengkar dan saling berusaha menonjolkan diri. “Saya harus bertindak bagaimana?” keluh sang ayah dengan wajah kebingungan.
Masalah seperti ini sering dialami oleh banyak orangtua. Jika tidak ditangani dengan segera maka masalah ini bisa melebar ke berbagai hal. Bisa mempengaruhi motivasi dan semangat hidup seorang anak. Dan selanjutnya hal ini bisa mempengaruhi masalah akademik.
Apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana mengatasinya? Marilah kita tinjau apa yang diperlukan seorang anak. Setiap anak, maupun orang dewasa, memerlukan pengakuan. Ketika seorang anak berkembang remaja maka kebutuhannya untuk diakui sebagai individu yang spesial makin membesar. Usia remaja adalah usia dimana seorang anak mencari identitas diri.
Fase pencarian identitas ini akan berlangsung mulus jika fase sebelumnya berjalan dengan baik. Apa yang diperlukan id fase sebelumnya adalah pengakuan dan penerimaan dari figur yang dipandang memiliki otoritas. Dalam hal ini figur tersebut adalah kedua orangtua.
Bagaimana kita bisa memenuhi kebutuhan tersebut? Sederhana luangkan waktu secara pribadi untuk masing-masing anak. Ajaklah seorang anak keluar atau melakukan suatu aktivitas secara pribadi. Setelah itu selang beberapa hari kemudian ajaklah anak yang lain untuk melakukan suatu aktivitas secara pribadi juga. Jadi secara bergantian pada waktu yang berbeda ajaklah anak Anda satu persatu melakukan sesuatu atau pergi ke tempat kesukaannya.
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan secara pribadi dengan masing-masing anak. Makan es krim favorit bersama sang anak, makan di restoran favorit sang anak, jalan-jalan ke taman kota dan bermain sejenak di sana, menonton film kesukaan sang anak berduaan, main game komputer berduaan, putar-putar kota melihat berbagai tempat, membacakan dongeng favorit sang anak, bermain layang-layang berduaan saja dan lain-lain.
Yang paling penting diperhatikan saat melakukan aktivitas pribadi dengan seorang anak adalah kualitas perhatian yang kita berikan pada sang anak. Jika kita hanya mengajak dia melakukan sesuatu maka yang terjadi hanyalah kedekatan fisik saja. Oleh karena itu libatkan dia dan tanyai perasaannya serta ingat selalu untuk menjaga kontak mata dan sentuhan fisik dengannya.
Saat kita melakukan hal ini maka seorang anak akan merasa senang dan diperhatikan. Ia menjadi seorang yang spesial karena tak ada kakak atau adiknya. Ia hanya berduaan dengan sang ayah atau suatu saat dengan sang ibu saja.
Inilah yang akan membuatnya berani untuk menentukan jati dirinya kelak ketika ia remaja. Ia akan berani menentukan identitas karena secara emosional ia mendapatkan apa yang butuhkan.
Bagaimana jika anak kita telah remaja dan kita baru menyadarinya sekarang? Tidak ada kata terlambat untuk melakukannya. Luangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama dengan anak Anda. Pilihlah kegiatan yang mereka suka dan lakukan bersama mereka. Hal ini akan mengembalikan kepercayaan diri mereka.
Jadi kita sekarang telah sama-sama menyadari bahwa kebersamaan keluarga itu penting namun kita tidak boleh mengabaikan kepentingan personal setiap anak untuk membangun identitasnya secara pribadi. Oleh karena itu sebagai orangtua kita tetap perlu meluangkan waktu secara pribadi dengan setiap anak.
Ketika kita melakukan aktivitas pribadi dengan seorang anak maka secara tanpa disadari kita telah mengisi tangki cintanya. Penjelasan detail tentang tangki cinta bisa Anda lihat di DVD Tangki Cinta yang bisa Anda dapatkan hanya di www.sekolahorangtua.com.
keluarga yang terjalin dalam komunikasi yang harmonis akan menumbuhkan sikap kebersaman yang saling mengisi antara satu dengan yang lainnya.
Oh ya, artikelnya bagus2 boleh dong saya tampilkan diblog saya.
Terima kasih
Dear Bapak Imron,
Kami memberikan ijin kepada Anda untuk menggunakan artikel tersebut. Hanya saja, artikel tersebut harus sesuai dengan aslinya tanpa ada perubahan apapun dan juga sumber Sekolah Orangtua juga harus tercantum.
Smg hal ini akan bermanfaat untuk Anda.
Terima kasih atas perhatiannya.
—
Salam Hangat,
Sheela
Customer Service
Sekolah Orangtua
saya mempunyai seorang anak putri (tunggal). sebelumnya saya tinggal di rumah dinas yang jauh dari tetangga. maka waktu saya dan istri habiskan untuk anak. kemudian ketika saya pindah ke rumah sendiri, anak saya menjadi tidak mau (sukar) untuk bergaul dengan teman sebaya. tapi kalau ada anak yang lebih kecil, dia enjoy aja. berbagai cara telah saya tempuh. tapi tetap belum membuahkan hasil. ada yang bisa bantu cara pemecahannya.
trims
saya mempunyai seorang putri berusia 17 th, saya bingung sejak usia 9 th s/d skrg, selalu saja terjadi perdebatan tentang hal apapun, saya coba dgn berbagai cara dan metode yg pernah saya dapat namun belum menghasilkan apa2 (maaf saya cerita tdk bisa detil karena terlalu panjang permasalahan yg ada), mhn saran n petunjuknya txs
Dear P. Aries…
Saya ingin menanyakan tentang kondisi anak yang tau bahwa Bapak ibunya yang tadinya akan pisah, tapi karena masih mementingkan anak akhirnya perpisahan itu tdk terjadi…. Perlu diketahui si anak (5 tahun) sangat dekat dengan neneknya, dan sekarang si anak tidak mau pulang kerumah ibu bapaknya (karena telah mengetahui kondisi yang terjadi dirumahnya)… Saya menyarankan kepada nenek dan ibunya agar sianak harus dekat kembali kepada Bapak dan ibunya… agar hubungan mereka kembali harmonis… Menurut Bapak bagaimana tentang kondisi ini…mohon sarannya…
bahayanya keluarga yang selalu bersama? menurut pengalaman kami tidak ada bahayanya, asalah kebutuhan personal setiap anggota keluarga tidak dilalaikan. saya tidak setuju bila pendekatan yang kita pakai adalah pendekatan dikotomis, pendekatan yang selama ini kami pakai adalah pendekatan keselarasan atau harmoni. dan selama ini kami tidak pernah mengalami kesulitan bila keselarasan selalu dinomorsatukan. justru pengalaman dengan pendekatan dikotomis yang membuat persoalan muncul. salam.
Dear Sekolah orang tua.
Tulisan diatas saat ini benar2 sedang kami alami, karena perbedaan umur kakak dan adik hanya 1 tahun, jika permintaan kakak dikabulkan adik cemburu, jika permintaan adik dikabulkan giliran kakaknya komentar bahwa yg diminta adik harganya mahal , sehingga selalu saja timbul perbedaan2. tetapi sejauh ini belum saling menyalahkan, justru yang saat ini sulit di kontrol adalah pemakaian hp yang kadang kala sudah mengganggu jam belajarnya. tolong saran2nya.
Catatan : putra I saya usia 13 tahun, dan ke 2 saya usia 12 thn.
Rgds
Isma
Menurut saya sangat bagus apa yang di jelaskan di atas namun tergantung masalahnya anak kita sudah paham dan sadar bahwa di antara mereka ada perbedaan bahwa sama2 anak dari orang tua mereka tapi mereka kakak dan adik beda pasti tuntutannya.