Oh Mama………oh Papa
Engkaulah idolaku, tempatku berlindung Di pelukanmu aku merasa aman dan terlindung Engkau rawat diriku, engkau berikan aku contoh dengan semua perkataan dan tindakanmu
Walaupun terkadang ada yang aneh, ku tak berani mempertanyakannya Di luaran engkau begitu manis pada setiap orang, walaupun orang itu berbuat salah, engkau tersenyum memberikan maaf ”Oh … tak apa, saya bisa mengerti” katamu
Di dalam engkau begitu sadis kepadaku, ”Kenapa kau gambari seprei Mama ?” ”Kenapa kau coret mobil Papa, hah ?” demikian engkau menghardikku, mengagetkanku Remuk redam hatiku, mendengarkan suara yang kuharap manis memberikan pujian atas gambarku
”Ini baru peringatan”, katamu, dan tangan kuatmu melayang Apa daya tubuh mungilku, menahan tamparan dan pukulan, dari orang yang kuharap dengan sepenuh hati memberi perlindungan dan kasih sayang
Oh Mama…… oh Papa…… kepada siapa lagi kuberlindung dan kubanggakan diriku
Seandainya aku mengerti semua peraturan orang dewasa Seandainya aku bisa membaca pikiran orang dewasa Takkan kuterima rasa sakit di tubuh mungilku
Oh Mama ……oh Papa, Engkau boleh melarangku menggambar, Tapi jangan buat hati kecilku berpaling darimu Jangan buat tanganku cacat menerima pukulanmu Apakah itu harga yang harus kubayar ? Atas sebuah label “NAKAL” yang kau berikan padaku
Jika memang begitu, bukankah lebih baik kau kurung diriku dalam sebuah sangkar emas kedap suara Sehingga aku takkan merepotkanmu dengan kenakalan dan raungan tangisku
Dan kapanpun kau mau, aku siap jadi sasaran ambisi dan amarahmu Yang tak mungkin kau lepaskan, di luar sana
Oh Mama …… oh Papa ……. Walaupun itu terjadi, Aku tetap sayang padamu Karena tak ada yang bisa menggantikanmu di hati mungilku
Aku tetap akan merindukan peluk cium dari mu belaian hangat di punggungku usapan tanganmu di kepalaku dan tatapan sayang nan lembut yang akan menggelorakan hatiku
Berilah aku sekali saja, sekali saja semua itu Hanya itulah yang kuharap dari Mama dan Papaku
Hi, ngeri amat.
moga2 hati dan fikiran saya dijaga sama yang di atas supaya berfikir 1000 kali dulu untuk bertindak yang menyakitkan hati, jiwa, dan fikiran anak… amin..
Kalau aku melihatnya dari 2 sisi. Memang sebetulnya itu adalah kesalahan orang tua. Karena di jaman yang serba sulit ini membuat orangtua harus berjuang mencari nafkah. Kadang tuntutan pekerjaaan membuat mereka tak kenal waktu. Sehingga mereka harus pulang sampai larut malam. Dan dirumah anak-anak sepulang sekolah tidak ada yang mengawasi, selain pembantu. Mereka sudah terbiasa hidup “semaunya”, tidak ada yang mengawasi kecuali pembantu, yang tidak berani menghadapi mereka. Maka pada saat ortu dirumah, mgkin ortu merasa kaget melihat tingkahlaku mereka yang tidak/kurang baik tsb, sehingga ortu merasa malu, ortu sebenarnya ingin mendidik anak juga menjadi baik… Dan kadang karena merekapun sudah lelah bekerja di kantor, di rumah menghadapi anak yang “dianggap nakal”, maka ortupun menjadi kehilangan kontrol…. mudah emosi, maka kejadian-kejadian yang tak diharapkanlah yang muncul….
Di rumah saya sudah berusaha untuk tidak berkomentar ” anak nakal ” ke anak saya , tetapi lingkungan disekolahnya yang lama, kalo ada anak yang tidak bisa diam dan selalu banyak bertanya ke guru di bilang ” anak nakal “, sehingga saya di panggil oleh guru anak saya yang membuat saya sangat terkejut, guru tersebut bilang bahwa disekolah ini tidak ada fasilitas penunjang seperti yang ditanyakan oleh anak saya, misalnya buku2, karena anak saya kalo bertanya selalu jauh melenceng dari pelajaran sekolahnya, cthnya : bagaimana proses jahe bisa menjadi obat, sehingga guru tsb merasa repot karena dia harus banyak membaca gara2 pertanyaan anak saya, sehingga oleh gurunya dia di cap sebagai anak nakal, karena kalo gurunya tidak menjawab pertanyaan anak saya, dia suka protes dengan cara tidak mengerjakan semua tugasnya di sekolah, tapi kalo di rumah anak saya selalu dengan senang hati mengerjakan PR nya kalo saya minta, jadi perbedaan sifatnya antara di sekolah dan dirumah bagaikan bumi dan langit, akhirnya sekarang saya memindahkan sekolah anak saya ke sekolah yang mau memberi fasilitas berupa jawaban terhadap pertanyaan2 anak dan yang tidak mau mencap murid2nya sebagai anak nakal.
merinding ya bacanya..kadang2 ortu memang gak ‘sadar’ sdh menghancurkan hati anak2nya dengan kata2 dan sikap yg mungkin dianggap wajar oleh ortu..tapi dianggap menghancurkan hati si anak..! Semoga tdk ada lagi kekerasan pada anak baik itu kata2 atau tindakan..!
I’M CRYING NOW
Artikel ini mengingatkan saya pada peristiwa perlakuan buruk yang dialami seorang anak (umur 4 – 5 th) yang ditayangkan televisi, anak tsb dengan luka2 yang belum mengering di sekujur tubuhnya sudah meminta untuk di gendong lagi oleh sang ibu yang menyakitinya. Sungguh miris rasanya. Membaca artikel ini kita jadi menyadari bhw anak sangat membutuhkan orang tua betapapun keburukan orang tua terhadapnya.
Hal terpenting yang harus dipelajari adalah bagaimana menjadi orangtua yang bijaksana, mampu memahami keinginan dan kebutuhan anak dan bisa memberinya dengan porsi yang cukup sesuai kebutuhan.
Tidak mudah mengalahkan ego pribadi dengan dalih demi memenuhi kebutuhan anak, yang justru akhirnya malah menghilangkan hak anak untuk mendapatkan waktu bertemu dan bercengkerama dengan orangtuanya dalam suasana penuh kasih dan canda.
Ini adalah media yang luar biasa bagus untuk berbagi pengalaman dalam menghantarkan putra-putri kita menuju kemandirian yang sukses tanpa mengabaikan hak mereka. Terima kasih kepada para penyelenggara
Ah…kadang 2x kita sebagai orang tua terlalu emosi yang dianadalkan bila anak kita tidak menuruti apa yang kita inginkan.
Kalau kita mau malihat ketidak berdayaan anak, pandanglah mereka pada waktu ia tidur, perhatikanlah dengan seksama.Ia akan pasrah dan tidak akan membalas walaupun anda tampar ,pukul, maki 2x .
Ingat2x lah kekerasan apa yang anda lakukan pada siang hari pada anak anda.
Saya yakin anda akan merasa bersalah dengan apa yang anda lakukan pada anak anda .
Kalau anda lakukan ini dengan sungguh 2x, anda pasti akan meneteskan air mata anda.
Sadarlah ia adalah anak anda darah daging anda
kadang 2x didlm hati kecil saya sbg orang tua sering merasa sakit jk telah secara sadar atau tdk sadar telah melakukan pemukulan kpd anak. karena hal tersebut terjadi dikarenakan pengalaman dimasa kecil
bukan dgn maksud utk menyalahkan org tua tp tetap hal tersebut tdk bs kt benarkan .terima kasih atas puisinya semakin menyadarkan saya bahwa hati nurani seorang anak akan membekas sampai mereka dewasa.
saat saya membaca puisi ini dada saya terasa sesak dan mata saya berkaca-kaca. saya berjanji pada diri saya sendiri mulai hari ini dan seterusnya saya tidak akan pernah lagi mencubit ataupun bersuara keras kepada anak saya. saya sadar bahwa sebetulnya anak saya adalah seorang anak yang pandai, lucu, nurut, mengerti apa yang dikatakan orang dewasa. hanya saja saya kurang sabar untuk menghadapinya. ” adek bunda benar-benar minta maaf atas segala perlakuan buruk bunda pada adek, bunda sayang sekali sama adek”. Untuk pak Aries saya ucapkan banyak terima kasih.
Iya ya, kenapa orang tua kita bermuka dua seperti itu ya?
Mereka kalau di luar baik dengan orang lain, tapi kalau di dalam kasar terhadap anak?
Jaim, biar kalau di luar namanya bagus & harum?
Kalau di dalam, anak kan tidak mungkin berbicara ke orang lain bahwa orang tuanya tidak baik?
Betul-betul membingungkan.
Kadang kita sebagai orang tua memang terlalu sibuk untuk berusaha mengerti dan memahami anak. Padahal sebenarnya yang diinginkan mereka juga sangat sederhana. Kita harus mulai berusaha membuka hati kita, melimpahi mereka dengan kasih sayang.
Yaaa kadang sulit juga menahan emosi, ketika baru pulang bekerja, melihat dan mendengar anak tidak bisa diam, bercanda dengan berisik, menjatuhkan barang2…walah kondisi seperti ini kadang memancing emosi juga..
Salut sekali!bisa menemukan puisi yg bisa memancing airmata saya.Sebagai orang tua,saya dan suami kadang juga melakukannya.Setelah membaca artikel ini saya jadi lebih menahan emosi.Sebenarnya saya sangant ingin mengikuti seminar anda,tapi kok mahal ya…..hi..hii…. saya berlangganan News letternya saja deh……Terimakasih Hypnoparenting
Tidak banyak yang dituntut anak dari orang tua. Hanya kasih dan cinta, sudah cukup bagi mereka. Justru kita yang terlalu banyak menuntut dari mereka. Dan jika mereka tidak dapat memenuhi tuntutan kita, mereka menjadi sasaran emosi orang tua yang tidak terkontrol. Sungguh tidak adil bagi anak. Setuju dengan Lily yang menyuarakan seminar hypnoparenting mahal. Apakah suatu saat bisa dibuat dengan harga yang lebih terjangkau ??? terimakasih hypnoparenting. I’m so proud of you.
Saya jadi teringat kata2 ibu saya, “anak kita bukan pegawai kita, yg klo ada kesalahan kita bisa kasih mereka marah, skorsing or sangsi”
Puisi diatas mengingatkan saya pada masa kecil saya, dimana hal tsb terjadi pada saya, dimana papa saya memukul saya sampai saya SMA, terakhir kelas 2 SMA. Tapi kata-kata kasar terus berlanjut sampai saya menikah & meninggalkan rumah. Papa saya menjelaskan bahwa saya tdk perlu marah karena yang dilakukannya jauh lebih ringan daripada yg opa saya lakukan terhadapnya, yang dulu suka menghukumnya dengan pecut kuda sampai berdarah darah. Saya hanya ditempeleng, jadi jauh lebih ringan.
Sekarang saya sudah menikah dan memiliki anak, sayangnya saya juga ikut-ikutan melakukan hal yang sama terhadap anak saya, walaupun sekali lagi intensitasnya jauh lebih ringan dari yang saya terima dari papa saya. Biasanya setelah memukul saya merasa sangat menyesal.
Saat ini saya sudah bisa mengendalikan diri untuk tidak memukul anak anak lagi – sudah sekitar 5 tahun berjalan (anak saya yang besar sudah 16 tahun. Tetapi masih sulit mengendalikan perkataan yang menyakitkan hati anak-anak (mereka protes ke istri saya). Saya ingin sekali bisa mengendalikan diri untuk bisa menjaga perkataan saya. Ada saran?
Salam,
Tragis memang seperti kejadian yang tidak pernah saya lupakan 2 minggu biasa saya mengajak anak perempuan saya 2,6 thn untuk jalan main bola lantai dasaaar plaza semanggi seperti beli tiket lalu tiket tersebut di buat gelang. anak saya masuk utk bermain bola2 dan menunggu sambil membaca koran tiba2 ada teriakan kecil lalu tambah keras dgn reflek saya mencari anak saya … ternyata anak saya dipukul oleh anak2 laki umur sekitar 4-5 tahun saya sempet bengong dan melihat mata anak tersebut kosong ..yg sepertinya memukul itu adalah hal lumrah dimatanya. lalu saya teriak untuk mengusir anak tersebut dan anak saya nangis dgn keras nya didalam lorong plastik.
saya ambil anak saya sambil mencari ibu anak tersebut krn anak saya tambah menangis saya berusaha menenangkan dulu.
tidak berapa lama anak tersebut lewat didepan saya dgn ibunya lsg saya bentak ibunya..
ibunya memang memarahi anaknya tp yang saya liat didiri anak tersbut biasa aja tanpa ada rasa bersalah..
Maaf kalo curhat nya kebanyakan, ini kali pertama anak saya dipukul anak lain..
Saya sampai berpikir bgmn orangtuanya mendidik anak tersebut ? sampe timbul ide kalo ketemu lagi saya saran anak tersebut dikirim ke psikolog anak? saya kasian dgn anak tersebut? anak tidak mungkin salah, karena mereka hanya bisa merekam apa yang mereka lihat dan rasakan.
Insya allah jgn sampai anak saya seperti itu.. amin
wasalam,
Membaca artikel ini, saya jadi ingat akan tindakan orang tua saya (alm) semasa saya masih kecil. Saya adalah anak terkecil dari 11 bersaudara. Alm. yang ex tentara selalu melakukan kekerasan thd kami anak-anaknya dan Ibu. Kebetulan, Istri saya juga punya Ayah yg pemukul, dan hal itu menurun ke kehidupan keluarga saya. Alhamdulillah, sejak 7 (tujuh) tahun lalu saya berhasil untuk tidak memukul anak dalam mendidiknya. Semua karena saya banyak belajar dlm mengendalikan diri. Meskipun, akhirnya yg terjadi adalah saya jadi banyak mengalah. Sayangnya, Istri saya saat ini kadang2 msh suka melakukan tindakan fisik, meskipun akhirnya dia menyesal ….
Rekan-Rekan, Tolong Do’akan kami bisa menjadi Orang Tua yang “Baik” ya …. Rgds.
Beberapa bulan yang lalu saya menemukan buku Hypnoparenting di sebuah Toko, saya merasa tertarik untuk membeli dan membacanya. Setelah itu saya mencoba untuk sedikit bereksperimen dengan anak saya yang orang bilang ‘ajaib’, ‘nakal’, ‘bandel’ dll.. And Voila.. segalanya memang jauh lebih mudah jika dilakukan dengan cara yang ‘bijak’. Saat ini hubungan kami dengan si kecil menjadi jauh lebih baik, begitupun dengan perkembangannya.
Terima kasih Hypnoparenting.
Banyak dari kita sebagai orang tua walau dewasa secara umur tetapi kurang dewasa dalam sikap, perasaan dan pikiran, and the most difficult one is, how we think like the children think! sehingga mudah dicerna anak.
Trima kasih pak info2nya yg tajam dan bijaksana!
Artikel ini mengingatkan diri saya untuk selalu melakukan instropeksi secara terus menerus.
Yah,…sering kita sebagai orang tua tidak menyadari bahwa tindakan,sikap dan perkataan kita bisa melukai perasaan buah hati kita,…semoga untuk kedepannya kita bisa lebih mengontrol emosi di saat mereka bikin ulah,karena bagaimanapun juga bukan anak2 namanya kalau tidak pernah bikin ulah.Trims pak Aries atas kiriman artikel yang sangat menyentuh ini.
Ya Allah, bimbinglah kami sebagai orang tua agar bisa mendidik anak dengan baik, Amiiiin.
Saya membaca artikel ini saya seolah merewind kembali tindakan saya terhadap anak saya selama ini. Banyak hal-hal yang dia lakukan salah dimata saya dan hingga membuat saya marah, sampai kadang kata kata negatif meskipun bukan makian, contohnya kalau kamu begini sulit untuk dibilangin lebih baik mami mati aja. Meskipun anak saya waktu itu tidak terlalu mengerti arti dari kata itu, tapi nada putus asa saya sudah terekam di benaknya, dia jadi cepat putus asa, pesimis bahwa untuk hal hal sulit dia bilang aku tidak bisa. Meskipun saya sudah kerap kali minta maaf, dan sudah memeluknya dan saya ajak dia bermain. Dalam beberapa hal dia sangat dekat dengan saya, misalnya kalau tidur selalu dia mau tidur sama saya, saya tau dia sangat suka saya peluk, dan saya doakan dengan tangan saya menempel di dadanya. Tetapi hingga saat ini saya masih terus belajar mengatasi emosi saya terhadapnya bila dia tidak mau menulis misalnya, atau mengarang. Saya kawatir dia tidak bisa mengikuti pelajarannya, karena yang saya lihat tulisannya jelek dan lama menulisnya serta pegang pensilnya belum benar (anak saya 8th laki-laki)saya merasa bersalah bahwa saya sebelumnya bekerja,sehingga saya tidak mempunyai waktu yang berkwalitas terhadap anak saya, saya seolah selalu dikejar waktu karena umurnya sudah 8th, Dari CD yang saya dengar mengenai menjadi orang tua yang profesional,yang bapak ceritakan, seolah masalah saya menjadi masalah yang sulit, karena anak saya sering saya lihat suka mengatakan saya tidak bisa. Terlebih bila dia melihat adiknya lebih bisa dia akan mengatakan ” Yah aku kalah lagi sama Evelyn” bagaimana kalau situasi sudah begini, tapi pikiran kita masih bisa positif menghadapinya. terima kasih
teruntuk semua orang yang dipercayakan oleh Tuhan untuk mendapatkan anak. bersyukurlah..
karena ngga’ semua orang bisa merasakan itu..
sesungguhnya anak – anak kita adalah anak yang tidak berdosa..
mereka juga tidak minta untuk dilahirkan..
bukankah mereka ada karena cinta kita..
tapi kenapa mereka disakiti.. dan diajarkan untuk membenci cinta..
pasti lambat laun jiwa mereka akan terganggu..
dan ga nutup kemungkinan bakalan ada dendam di hati mereka kelak setelah mereka merasakan jadi orang tua..
Pak Aries setelah buku hypnoparenting apakah sudah terbit lagi buku pak Aries yang lain,terutama tentang mendidik anak,saya tunggu ya.makasih
aduh kasian anak itu?
tapi gmana yaaa kalau ayah dan mama suka ringan tangan,terus karaternya keras,terus anak itu sekarang diasuh ayah tiri yang lemah lembut.anak tersebut ingat ayah kandungnya mencuri motor.mamanya juga keras cara mendidiknya.anak tersebut ayah kandungnya cerai.
gimana ya utk anak tersebut supaya menurut dan tidak nakal.
apakah ada tips,tolong dong bagi
prasetyoedi63@gmail.com
Saya menangis setelah membaca tulisan bapak.Saya ingat ketika anak-anak saya masih di usia 2-4 thn, saat kehilangan kendali menghadapi 2 anak yang sehat dan senang bereksplorasi, saya ringan tangan untuk mengistirahatkan mereka dari kegiatannya.saya menyesal, secepat mungkin saya putar haluan dengan “belajar”.Baik dari buku pengembangan kepribadian, seminar, dan banyak bertanya atau sharing dengan teman atau saudara.KIni saya mengenal hypnoparenting.Tambah satu lagi media saya untuk belajar.Ada satu masalah yang kini saya hadapi akibat dari tindakan saya yang salah itu.Dulu yang sering saya pukul, anak tertua.Tapi yang bermasalah anak ke dua.Minat belajar sangat rendah lebih suka main di komputer.Saat ini anak-anak saya di jenjang SMU.Adakah saran dan nasehat Bapak atau rekan-rekan? Terimakasih
dear Ibu Yohanna,
Untuk membetulkan kembali program yang masuk dalam pikiran anak Ibu sebaiknya Ibu perlu mengerti dulu dasar dari Komunikasi dan cara kerja pikiran secara umum. Masalah ini dibahas dengan detil di program Parents Club silakan klik https://www.sekolahorangtua.com/parents-club/ untuk info lebih lanjut.
Selain itu Ibu bisa tanyakan pada anak Ibu apa yang dia inginkan / impikan untuk hidupnya kelak. Lalu tanyakan apa yang bisa Ibu bantu untuk membantunya mewujudkan hal itu. Jangan tergoda untuk memberikan nasihat secara langsung. Biarkan apa yang Ibu harapkan itu keluar dari mulut si anak sendiri. Percayalah sebenarnya dia sudah tahu apa yang harusnya dilakukan.
Intinya adalah Ibu harus bisa menjalin komunikasi yang saling respek.
salam hangat
Setelah membaca puisi ini, tak tahan air mata sy menetes..hati sy hancur..menyesal krn spt itulah gaya sy mendidik anak-anak sy..kdng situasi tak terkendali, pulang kerja melihat rumah berantakan hasil dari ‘explorasi anak-anak’,blm lg hrs mendengar mrk berteriak2, berlari2 mengelilingi sy…Aduuh rsnya pengen teriaakk… STOP!
Tp dlm hitungan detik ank2 spt mendapat energi baru lg dan mrk mlakukan hal yg sm lg..dan akhirnya.. plak..plak! satu-satu dpt ‘hadiah’ cap tangan di kaki mrk…lalu sy? sedikit puas krn suasana jd hening tapi menyesal krn anak-anak pergi menjauh dari sy…
Sepertinya Puisi ini dikirimkan oleh anak-anak sy untuk saya!
Thanks pak, sdh mewakili mereka bicara dan menghantam sy dengan pelajaran berharga..sy sngat mencintai anak2 sy tp sptnya sy tdk bisa menahan emosi sy saat keadaan kacau..memang ada saat-saat trtntu sy dgn anak2 terasa hangat skali, berpelukan, brcanda, bermain…
Apa ada sdkit tips pak utk mengontrol emosi di saat2 sy menghadapi situasi ‘kacau’ dengan anak2? Krn Sy mau berubah untuk anak-anak sy..Trims sebelumnya..
Saat membaca puisi itu, air mata berlinangan jatuh ke pipi tanpa bisa saya tahan lagi. Begitu mengharukannya puisi itu, sekaligus begitu benarnya, seolah saya yang disentil oleh jeritan hati anak saya. Begitu banyak maaf dan pengertian yang saya berikan kepada keponakan, sepupu, ipar, bahkan anak orang lain; tetapi begitu banyak tuntutan dan begitu sedikit kesabaran untuk anak-anak sendiri. Rasa cinta ternyata tidak selalu berwujud cinta, seringkali bahkan datang dalam bentuk yang menakutkan karena diiringi suara keras, mimik marah atapun ancaman hukuman. Meskipun tindakan fisik selalu saya hindarkan, tak urung bentuk kemarahan yang lain kadang tak terelakkan.
Kini saat menatapi puisi itu, saya menyadari betapa banyak cinta saya yang mungkin tidak dirasakan cinta oleh anak saya, karena wujudnya memang bukan cinta. Begitu banyak kesalahan yang telah saya buat sehingga saya hanya bisa berdoa semoga itu belum merusakkan cinta mereka kepada saya.
Terima kasih sudah menampilkan puisi yang menyadarkan itu. Benar sekali bahwa kita harus belajar dari masa kanak2 kita dulu untuk mengerti apa yang harus kita lakukan terhadap anak2 kita sekarang.
Sy berlinang air mata stelah membaca puisi ini. Maknanya dalam & sangat menyentuh hati. Fortunately, buah hati sy msh blm merepotkan sy saat ini krna msh 10 bln. Trimakasih.. artikel ini sbagai cermin & bekal sy dlm mendidik anak sy.
Ko ada yaaa… orang tua seperti itu?
Apa dia ga sadar pada suatu saat nanti akan ada balasannya kan anak itu adalah amanah dari yang
Maha Kuasa kenapa harus diperlakukan seperti itu. Betapa teganya orang seperti itu (munafik) didepan orang lain bisa begitu manisnya, semoga saya diberi ke sabaran dalam menghadapi anak2 saya walaupun senakal apapun
duuuhhhhh……
dada jadi sesak…mata berkaca-kaca….sedih …kecewa….. utk semua “hukuman2 ” yg sdh pernah kita berikan kepada si kecil tersayang..
puisi ini mengingatkan kita, para orang tua untuk tidak lagi memakai alasan apapun : terlalu capek…stress…ini demi kebaikan anak…dll, jika kita tidak bisa berusaha untuk mendengarkan apa sebenarnya yg diinginkan oleh anak kita saat itu…saat dia (kita anggap) “nakal”.
kita yg seharusnya berusaha mengerti akan apa yg mereka harapkan.
Terima kasih HipnoParenting !!!!!!
Mudah2an dengan bekal pengetahuan ini saya bisa menjadi orang tua yang lebih bijaksana, lebih bisa mengontrol emosi dan bisa mejadi orang tua yang akan di segani dan di banggakan oleh anak2 saya….
Thanks to pak Aries…
Kalo saya melihatnya dari 2 sisi yang berbeda, dari saya sebagai anak dan saya sebagai orangtua. Orangtua saya juga pernah menjewer, mencubit, dan memukul saya. Dan saya juga pernah berpikiran yang sama dengan puisi diatas bahwa orangtua saya tidak sayang dengan saya. Dan ketika saya dewasa baru saya menyadari bahwa jeweran, cubitan dan pukulan yang saya terima saat dulu adalah jeweran, cubitan dan pukulan tanda sayang orangtua kepada saya. Tanpa itu semuanya saya rasa saya tidak bisa seperti sekarang ini, yang bisa hidup di tengah-tengah dunia yang ramai dengan orang-orang bermuka dua dan berhati culas.
Ketika saya menjadi orang tua, saya juga pernah merasa kesal ketika anak saya “bertingkah”. Di saat saya pulang kantor malam, saya harus menghadapi anak saya dengan “tingkahnya” yang aneh-aneh.
Saya juga pernah mencubit anak saya tapi alasan saya mencubit anak saya adalah supaya anak saya bisa menjadi lebih baik, karena saya sangat menyayanginya, walaupun saya tidak bisa memiliki anak saya dengan sepenuhnya. Karena anak kita bukanlah milik kita yang harus kita kuasai dengan sekuat dan sepenuhnya.
Terus terang, aku sangat tersentuh dengan tulisan ini, aku merasa apa yang selama ini saya lakukan adalah salah, walaupun aku tidak pernah memukul anakku, tapi hanya membentak mereka, dan itu pun sangat jarang terjadi ( 3 kali sampai anak yang pertama berusia 8 tahun ). Memang dalam hati kecilku aku mengakui itu adalah salah, makanya aku selalu ingat atas kesalahan – kesalahanku terhadap anak – anakku.
Memang kalau kita mendidik anak dengan pikiran dan aturan kita, pasti banyak yang tidak sesuai dengan pikiran anak – anak kita. Kita harus didik mereka dengan aturan dan jalan pikiran mereka, dan itulah yang biasanya sulit.
Semoga artikel ini banyak dibacaoleh orang tua, sehingga mereka bisa menyadari kesalahan – kesalahan dalam mendidik anak – anak mereka.
yach… ungkapan itu begitu menyentuh semoga dia diberi kekuatan dan ketabahan untuk menjadi anak yang kuat, dan saya akan mendiskusikan puisi ini bersama anak anak saya terimakasih untuk artikel yang sangat baik ini.
Ngeri juga sih membacanya tapi terkadang kalau lagi capek dan melihat anak-anak berulah (yang sebenarnya mungkin mencari perhatian kita) emosi kita sering tidak terkendali. entahlah, meski aku tidak pernah main tangan, tapi nada tinggi sering meluncur dengan mudahnya. Semoga kita (aku khususnya) mau dan mampu belajar dan terus belajar dari anak-anak supaya kita dapat memaksimalkan masa kecil anak-anak kita sehingga mereka akan menjadi manusia yang kuat, cinta kepada orangtuanya. Amiin.
puisinya menyentuh sekali & ada perasaan sedih, sampai saya menitikkan air mata menyesal dengan apa yang pernah saya lakukan terhadap anak-anakku yang kadang tidak sabar mendidik anak. maafkan ibu ya nak, terimakasih untuk puisi ini
Dear Novita,
Tidak ada orangtua sempurna di dunia ini! Yang ada hanyalah orangtua yang mau belajar atau orangtua yang tidak mau belajar.
Dan saya yakin Anda memilih menjadi orangtua yang mau belajar!
Selamat bergabung dan selamat belajar, jadilah orangtua terbaik bagi anak-anak Anda
Ikuti terus sekolahorangtua.com dan pelajari apa yang kami sampaikan di sini.
Salam hangat penuh cinta untuk Anda sekeluarga
Puisi ini menyadarkan kita akan arti kasih sayang dan cinta kepada anak dalam arti yang sesungguhnya. Diluar kita dapat memahami dan maklum atas tindakan orang lain meskipun itu menyakitkan kita. Sedangkan kepada anak walau hanya membelai atau mencium pipinya sewaktu tidur kita terkadang lupa. Tragis memang…semoga kita bukanlah termasuk orang yang lupa akan hak anak terutama cinta dan kasih sayang!
membaca puisi ini, aku teringat akan papaku yang telah memberikan contoh yang sangat baik dalam hal kesabaran dan pengendalian diri ( emosi ). papa tidak sekalipun melampiaskan amarah yang berlebihan apalagai memukul kami, meski kami sering menjengkelkan mereka sebagai orang tua. sebuah contoh yang patut di teladani. ma kasih papa..akan kupraktekkan nanti dalam membesarkan anakku.. ma kasih juga buat sekola orang tua..
tiba-tiba dada ini terasa ada yang menekan, sakit. Beruntung anakku .akan saya jaga aset yang paling berharga.terima kasih informasinya.Berisaya imformasi yang lebih bermakna.
Syukur alhamdulillah, orang tua saya tidak mengajarkan hal seperti itu. Mendidik anak dengan gaya preman itu. Malah saya dibesarkan dengan “kekerasan” yang positif.
Contohnya, saat usiaku menginjak lulus SD, dan saya malas berolah raga, orang tua suka mengajakku berjalan kiloan meter untuk mencari kayu bakar. Mungkin ini berat buat anak seusia SD, tapi setelah saya renungi, ternyata banyak pelajaran berharga yang bisa saya petik. Mengapa? Karena di sepanjang perjalanan pulang dan pergi, saya dan orang tua tidak sekadar menggerakkan kaki, tapi juga mengajari saya segala apa yang ditemukan di jalan.
Melewati rel kereta, saya diajari tentang apa itu stasiun, mengapa jalannya dibuat dari besi keras, apa pula yang diangkut oelh seorang masinis.
Melewati sungai, saya diajari bagaimana sifat-sifat air. Mengapa air sungai tidak asin seperti air laut dst. dst …
Semoga saya terus dibukakan kepada hal yang positif di setiap zaman di setiap waktu …
Siapa yang tulis puisi itu? Benar, itu menggambarkan apa yang dirasakan anak. Sedih membacanya. Menggugah kesadaran yang dalam tentang arti cinta dalam keluarga. Lengahnya kita terhadap perasaan si buah hati.
saat aku membaca rasanya pengen keluar air mata, memang ada orang tua yang pernah saya liat di jalanan memukuli anaknya krn si anak g bisa diam n ibunya tkt kalo ada kendaraan, memang ngeri ya…… seolah aku tak kuasa menahan air mata, kasihan si anak ya…. n bgm jdnya pertumbuhan anak jika terus di kasarin.
tks atas dukungan untuk mengingatkan para orang tua agar lebih memperhatikan mental anaknya.
Para orang tua perlu juga tuh baca puisi Khalil Gibran , biar ndak diprotes anakanya kayak yang dipuisi di atas:
Anakmu bukanlah milikmu
Mereka adalah putra-putri sang hidup
yang rindu akan dirinya sendiri
mereka lahir lewat engkau tetapi bukan dari engkau
mereka ada padamu tetapi bukan milikmu
berilah mereka kasih sayang
namun jangan berikan pemikiranmu
karena pada mereka ada alam pikirannya sendiri
patut kau berikan rumah bagi raganya
namun tidak bagi jiwanya
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan
yang tiada dapat engkau kunjungi
sekalipun dalam mimpimu
engkau boleh berusaha menyerupai mereka
namun tidak boleh membuat mereka menyerupai engkau
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur
ataupun tenggelam ke masa lampau
enkaulah busur tempat anakmu
anak panah hidup melesat pergi……
ya Allah saya benar-benar nangis sekarang, ternyata saya salah besar dalam mendidik anak.mudah-mudahan titel preman tidak terus menerus melekat pada diri saya.
Puisi tadi sangat menyentuh dan mengingatkan saya pengalaman masa kecil, remaja dan dewasa saya masih sering dipukul orang tua. Pukulnya gak tanggung-tanggung nich. Tangisan sayapun tidak menghentikan pukulan mereka. Ortu gak pernah memberi tahu peraturan apa yang boleh atau tidak boleh ke anak, eh… main pukul aja.
Saya sejak kecil suka melakukan eksperiment, tapi karena sering dipukul, dan kulit saya jadi biru ungu, berdarah dan mengelupas, maka tiada jalan lain, terpaksa berhenti melakukan eksperiment, dan nurut ama ortu karena takut. Begitu juga dg jurusan kuliah, univ mana, semua ditentukan orang tua. Padahal saya tidak suka dg jurusan itu. Tapi tiada jalan lain selain nurut. Tidak boleh diskusi ataupun berkomunikasi. Nanya sepatah katapun sudah membangkitkan amarah orang tua saya. Waduh… padahal cuma nanya lho? Bahkan sampai menjelang kawinpun, saya masih dipukul. Walau sampai sekarang, saya tidak memetik manfaat dgn menurut ama orang tua. Bahkan Saat inipun, setelah kawinpun ortu masih memperlakukan saya sbg anak yang bandel, nakal, sial, yang selalu menyulitkan orang tua, dlsb. Ya sudahlah…. terserahlah… apa pendapat ortu tentang saya. Yang penting, anak saya menganggap saya sbg ortu yang baik, bukan krn takut dg saya, tp krn respect dg saya. Hehehe…. Boleh dong berbangga hati….. Yach, itu semua berkat buanyakkkknya seminar, lokakarya, workshop dan ratusan ceramah lainnya yang rajin saya ikutin, agar dpt menjadi ortu yang baik. Coba kalau dari dulu ada sekolah orang tua, hehehe…. Salut dg ide yang hebat dari p. Ariesandi dan p. Sukarto, yg berani memulai sekolah orang tua. Sukses yach dg sekolah orang tua. Kapan nich dibuka cabang di Jakarta?
NB : Mestinya judul puisi itu ortuku msh preman sejati.
(khusus bagi orangtua yg belum bisa mengubah kebiasaan
memukul dan menyayangi anak dgn segenap hati)
Krn puisi tadi belum menggambarkan pertobatan dan penyesalan dari orang tua dari anak yang nulis puisi tsb, maka judul yg tepat untuk puisi di atas
MAMA PAPAKU PREMAN SEJATI.
Ibu Etha yang tegar,
Pengalaman yang pernah ibu lalui tentunya telah membentuk pribadi dan visi ibu tentang kehidupan sekarang ini. Keputusan kita untuk mengambil perubahan dan menjadi lebih baik dari masa lalu membuat saya salut terhadap ibu. Jarang ada orang yang mampu menyadari kesalahan pendidikan dari orangtua di masa lalu dan membawanya hingga masa kini, celakanya diterapkan pada anak mereka pula. Akibatnya, tentu saja menjadi lingkaran setan.
Untuk di Jakarta sedang kami proses, namun memang membutuhkan waktu dan tenaga. Sabar ya bu…
Salam hangat penuh cinta untuk Anda sekeluarga.
Sandra
TQ bu Sandra atas tanggapannya.
Walau saya tdk bs menjadi scientist, tp paling gak saat ini,
anak saya mewarisi gen scientist dari saya.
Saya tdk pernah menyuruh atau memaksakan anak2 saya utk
menyukai bidang saya, atau kuliah menurut kemauan saya.
Tp paling gak, kalau anak saya bisa kuliah di USA, itu bentuk
ganjaran yg telah Tuhan berikan ke saya.
Sekian sharing dari saya, smg sekelumit kisah hidup saya bisa menjadi kekuatan bg teman2 yg mau menjadi ortu yg baik bagi anak-anaknya. Amin.
Kedewasaan orang sering sekali dibentuk oleh berbagai rasa yang dialami.seorang anak yang inggin merasakan kasih sayang yang tulus dari orang tua ,apabila tdk mendapatkan terjadi rasa dalam diri anak rasa hampa dan merasa diabaikan.rasa ini kalau tdk bisa dikelola dengan baik akan menjadi anak yang juga tidak punya rasa pada orang lain
terima kasih puisi yang sangat bagus..saya hanya bisa menitikan air mata ketika membacanya teringat masa kecil tapi saya tidak bisa menyalahakn mereka.karena mereka juga belajar dari pendahulunya.nah sekarang apakah kita masih mau mewarisinya kemudian kita berikan terhadap anak kita?
mbak etha saya salut, mbak etha bisa keluar dari lingkaran setan tersebut , saya dibesarkan oleh seorang ayah yang merasa kebencian yang luar biasa terhadap ibu saya, sehingga karena ibu saya jauh maka dia melampiaskan kebenciannya pada saya dengan memukuli, menghina selalu, menyindir, mengusir saya dari rumahnya, mengungkit – ungkit semua biaya dan pengorbanan yang sudah dikeluarkan untuk saya, menuduh saya telah melakukan hal hal yang asusila saat saya berumur 13 th, dll. saya terbiasa untuk memendam semua perasaan sakit hati saya karena sudah 2 kali saya berusaha bunuh diri tapi tak berhasil, beberapa kali pergi dari rumah dan luntang lantung di jalan dan setelah malam aku harus mengakui bahwa saya tak punya tempat lain selain rumah ayah saya dan saya pulang lagi, saya berusaha melawan saat ayah saya memukuli saya pun saya tidak bisa karena tenaga saya jauh lebih lemah dari ayah saya, satu kali saya pernah memergoki ayah saya sedang berpelukan dengan pembantu saya di kamarnya , itupun saya hanya bisa memendam perasaan saya sehingga lama kelamaan terbentuklah benteng tebal disekitar saya dan hati saya menjadi batu bila keadaan tak sesuai dengan keinginan saya. saat ini saya mempunyai 2 orang anak berumur 5 dan 2 tahun. saya sudah berusaha membaca artikel artikel, ikut seminar tentang parenting karena saya ingin sekali bisa keluar dari lingkaran setan ini, tapi kenyataannya sangaaaaaat sulit…untuk anak saya yang kecil mungkin saya tak jahat, tapi saya merasa kasihan dengan anak saya yang besar….dia pernah bertanya pada saya, mamah sayang saya? kalau sayang kenapa mamah suka marah -marah? dan jujur beberapa kali saya memang kelepasan memukuli dia. saya sangat terbantu dengan sekolah orangtua ini…terimakasih.
@etha: Sharing Anda dan manfaat yang Anda dapat dari Sekolah Orangtua sungguh-sungguh menyentuh. Membuat kami semakin bersemangat untuk mendidik lebih banyak orangtua agar satu generasi bisa dibuat menjadi lebih baik. Salut buat kesadaran dan semangat ibu untuk melakukan perubahan untuk anak-anak ibu.
@lucia: Saya bisa merasakan betapa besar beban perasaan dan emosi negatif yg selama ini dibawa karena apa yg Anda alami sejak kecil. Perubahan memang sangat sulit terutama karena perasaan dan emosi negatif itu masuk di level bawah sadar. Bu Lucia jika ingin lepas dari memory masa lalu dan berubah, carilah solusi-solusi yg bekerja di level bawah sadar seperti menemui hypnotherapist, teknik cleasing emosi yg ada bbrp macam dan ada beberapa produk kami yg bertujuan untuk itu. Semoga apa yg kami lakukan bermanfaat bagi ibu dan keluarga.
Artikel ini menyentuh saya. Suami saya adalah juga korban dari seorang ayah yang mengajar anak dengan pukulan dan omelan . Istri telah meninggal ketika anak2 masih belum dewasa . Anaknya ada 6 orang. Suami saya anak ke 4. Ketika ayahnya menikah lagi tanpa mengingat bahwa anaknya masih membutuhkan kasih sayang. Yang terjadi adalah anak2 tidak diperhatikan lagi. Suami saya melihat keluarga seperti perang dunia (tidak ada damai antara ayah dan anak). Jadi dia kabur ke Jawa dengan berusaha sendiri untuk sekolah . Sulit baginya untuk menerima kuliah karena jiwa dan pikirannya masih tercabik-cabik. Saat inipun ketika dia sudah menikah, dia seringkali menyalahkan perbuataan ayahnya (masih hidup) dan belum dapat mengampuninya. Beruntung dia tidak melakukan hal yang sama terhadap putri satu-satunya.
Saya adalah salah seorang siswa Sekolah Orang Tua on line. Motivasinya ingin belajar untuk membantu orang lain yang mempunyai kesulitan dalam hal parenting. Saya tinggal di Jakarta dan sudah pensiun. Jika diperkenankan ingin membantu tenaga apabila Sekolah Orang Tua mempunyai cabang di Jakarta . Terima kasih.