Jam menunjukkan pukul 19.00 ketika seorang klien yang sebelumnya telah mengadakan janji temu masuk ke ruang terapi saya. “Selamat malam Pak…., apa kabar, apa yang dapat saya bantu untuk Bapak” sapa saya mengawali pembicaraan. Dengan suasana santai dan nyaman, klien tersebut kemudian menceritakan permasalahan yang tengah dialami seputar usaha pribadi yang dimilikinya.
“Saya bukan berasal dari keluarga kaya Pak” lanjutnya dalam pembicaraan kami. “Semuanya saya awali dari nol dengan modal usaha yang sangat minim”. “Hingga akhirnya saya dapat terus berkembang membangun usaha sendiri yang saat ini memiliki banyak cabang di Jogjakarta”.
Dari cerita klien tersebut saya kemudian justru mendapatkan satu inspirasi yang sangat luar biasa. Berawal dari statusnya yang hanya sebagai pegawai biasa di sebuah counter handphone dengan gaji pas-pas an hingga akhirnya memiliki usaha sendiri dengan banyak cabang, ditambah beberapa mobil dan rumah mewah, dengan usia yang relatif masih muda, jauh dibawah saya. Wow menarik bukan?
“Beberapa waktu ini usaha yang saya jalankan sedikit mengalami hambatan, Pak” ujarnya. “Saya merasa bahwa harusnya saya bisa lebih maju dan berkembang. Namun sekarang ini rasanya kok mandek ya, stuck nggak bergerak. Masa dalam dua tahun terakhir ini tidak ada perkembangan sama sekali?”….. “Memang sih hasilnya masih cukup baik, namun dengan kapasitas modal dan karyawan yang ada, harusnya terjadi peningkatan juga dalam usaha saya ini. Kalau tidak nanti ke depannya akan semakin berat dalam persaingan”
Pembicaraan terus berlanjut dan saya mencoba menggali informasi lebih banyak lagi. Pada akhirnya saya menemukan suatu penjelasan yang cukup unik yang saya rasakan sebagai sumber penyebab dari tidak berkembangnya usaha yang dijalankan tersebut.
Begini ceritanya, setelah menempati kantor baru sebagai pusat kegiatan usahanya tiga tahun lalu, banyak rekan dan sahabat yang datang berkunjung hampir setiap hari. Wajar saja bila pada akhirnya mereka sangat kagum dengan perkembangan dan hasil yang telah dicapai oleh klien saya ini. Mengingat bagaimana kondisinya sejak awal merintis usaha, mungkin tidak salah bila saya istilahkan “from zero to hero” he he he… Mau tak mau pujianpun mengalir dari masing-masing teman dan sahabatnya. “Wah anda memang hebat ya Pak”, “Sukses yang luar biasa Pak”, “Bisnis anda sangat besar sekali” adalah beberapa komentar dan pujian yang sering disampaikan padanya.
Namun bagaimana cara klien saya menanggapinya ternyata justru menjadi bumerang di kemudian hari yang tidak pernah disadarinya. “Ah enggak kok” jawabnya. Atau “Biasa aja lah”, “Jangan terlalu memuji”, “Saya masih belum apa-apa”, “Ah saya nggak ada apa-apanya”, jawaban-jawaban inilah yang sering dan berkali-kali klien saya ucapkan menanggapi pujian-pujian tersebut. Dan itu terus berlanjut hingga saat sebelum bertemu saya.
Yang menarik adalah mengapa klien mengucapkan itu berkali-kali? Bukankah ini memperkuat atau bahkan bisa menyebabkan mental blok baru? Sebab dengan mengacu pada prinsip kerja pikiran, sesuatu yang dilakukan berulang kali (repetisi) secara konsisten, maka hal tersebut dapat menjadi suatu hal yang diyakini (belief). Dalam konteks bila keyakinan itu bersifat negatif, secara otomatis akan menjadi mental block yang menghambat kemajuan diri kita dan apa yang kita lakukan.
Nah saya mulai menggali lebih dalam mengapa klien mengucapkan itu berkali-kali. Saya menanyakan beberapa pertanyaan untuk mempertajam analisa dan dugaan saya tentang proses terbentuknya mental blok itu. Saya tanya lebih detail apa perasaannya saat mengucapkan kalimat tersebut sebab bila kita perhatikan jawaban-jawaban yang diberikan klien saya ini dalam menanggapi pujian yang ditujukan kepadanya, semuanya berkonotasi negatif bukan?
Saya paham bahwa sebagai orang timur dan khususnya karena klien saya ini berasal dari Jogjakarta, mungkin maksud dari jawaban tersebut adalah untuk menunjukkan kerendahan hati dan menghindari kesan sombong atau tinggi hati. Namun intuisi saya sebagai terapis menangkap sesuatu yang sepertinya menjadi petunjuk penting untuk menyelesaikan kasus ini. Lagi pula suatu kalimat yang diulang berkali-kali dapat berubah menjadi belief dan mental blok yang benar-benar diwujudkan secara tidak sadar. Bahwa usahanya itu masih biasa saja, masih belum apa-apa dan tidak ada apa-apanya. Disinilah terjadi proses sabotase diri yang tidak pernah disadari klien sama sekali.
Singkat cerita saya kemudian melakukan terapi pada klien saya tersebut untuk menghilangkan belief dan mental blok yang menjadi penghambat kemajuan usahanya.
Dengan salah satu tehnik terapi yang saya pelajari di kelas Akademi Hipnoterapi Indonesia, saya menemukan root cause atau akar permasalahan yang menyebabkan atau melatar belakangi ucapan-ucapan tersebut.
Ternyata kejadian yang memicu semua ini dialami oleh klien saya pada saat dia berusia delapan tahun. Klien melihat pertengkaran kedua orangtuanya untuk yang kesekian kalinya. Namun yang online casino kali ini dilihatnya adalah yang paling heboh dan seru hingga akhirnya kedua orangtuanya bercerai dan usaha mereka mengalami kebangkrutan.
Kejadian ini begitu membekas, memunculkan perasaan tidak berdaya, tidak mampu, tidak percaya diri, tidak dapat berbuat apa-apa atas peristiwa yang terjadi. Sebagai seorang anak ia tentu mengharapkan kedua orangtuanya rukun. Namun apa daya ia tak sanggup membuat itu terjadi. Dan …… bennnnngggggg! Sebuah perasaan tak mampu terbentuk melalui serangkaian self talk pada anak tak berdaya ini. Ditambah dengan emosi negatif yang dirasakan saat itu maka lengkaplah sudah proses terbentuknya citra diri pada si anak. Citra diri – saya tak mampu, saya biasa saja – ini tertanam kuat dalam memori pikiran dan berguna sebagai landasan berpikir dan bertindak saat anak kecil 8 tahun ini beranjak dewasa.
Citra diri inilah yang kelak akan terwujud dalam kehidupan seseorang. Ini seperti sebuah ramalah yang menjadi kenyataan.
Akhirnya saya membantu klien melihat kejadian itu dengan sudut pandang berbeda dan kemudian memaknai ulang peristiwa tersebut dengan kesadaran dewasanya. Lalu setelah itu saya minta klien membantuk gambaran mental baru yang ia inginkan dengan teknik tertentu juga yang terlalu teknik diceritakan di sini. Singkat cerita terapi berakhir dan klien merasa plong. Seakan sebuah batu besar yang selama ini digendong kemana-mana telah diletakkan dan tak perlu dibawa lagi.
Dua bulan setelah sesi terapi berakhir, di awal Juni 2010 saya mendapatkan kabar bahwa usaha yang dijalankan oleh klien saya mulai ada peningkatan dan berjalan sesuai yang diharapkan. Pesanan tiba-tiba saja datang dari pihak-pihak yang tidak pernah berhubungan sama sekali. Bahkan kinerja karyawan pun membaik. Malah pada akhirnya klien saya ini menyampaikan bahwa dia sedang mengatur waktu dan meminta saya untuk memberikan training beserta sesi terapi untuk keseluruhan karyawannya.
Kasus klien saya ini mengingatkan saya pada cerita Aladin dan lampu wasiat. Dimana Sang Jin akan mewujudkan dan mengabulkan permintaan yang disampaikan. “Your wish is my command”.
Demikian juga dengan hukum yang ada di alam semesta ini. Bukankah apa yang kita pikirkan dan ucapkan adalah apa yang akan kita dapatkan dan diwujudkan dalam hidup kita? Oleh karenanya berhati-hatilah dengan apa yang Anda pikirkan dan ucapkan, karena semuanya dapat menjadi suatu keyakinan yang akan diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Dan setelah menyadari dampak dari ucapan dan pikiran yang muncul maka carilah dengan kesadaran diri awal mula mengapa itu terjadi. Tak ada sebuah akibat terjadi tanpa sebab, betul?
Bagaimana jika kesadaran diri kita tak sanggup menjangkau area dimana penyebab itu terjadi? Nah itulah saatnya kita membutuhkan pihak profesional untuk mencari dan melepaskan beban emosional tersebut.
Salam hangat penuh cinta untuk para orangtua Indonesia
Andreas S.(Certified Trainer Sekolah Orangtua Jogjakarta dan Champion Mindset Coach)
Saya krg yakin dengan peryataan : “Apa yang anda pikirkan dan ucapakan itulah yg akan terjadi nantinya”…. Sebab apa yg terjadi dalam hidup saya skrg tak pernah terlintas dlm pikiran saya dulu..
mental adalah akumulasi kejadian-kejadian yang sering kita alami dimulai dari masa kecil.
setuju dengan Sdr / Sdri Elmizar. Apa yang terjadi dalam hidup saya saat ini tidak pernah terlintas sedikitpun dalam pikiran saya, namun malah terjadi dan membuat saya shock berat.
Terima kasih atas tanggapan yang telah diberikan oleh Bapak/Ibu sekalian. Berbicara mengenai hal-hal yang terjadi dalam kehidupan kita yang nampaknya tidak pernah kita pikirkan sama sekali sangat terkait erat dengan Cara Kerja Pikiran dan Mekanisme-nya.
Sebagian ada yang menyebutnya dengan “kebetulan” atau “keberuntungan” untuk hal-hal positif yang terjadi dan “musibah” untuk hal-hal negatif yang terjadi. Semua itu hanyalah suatu istilah saja dalam menggambarkan fenomena kejadian itu. Namun sebenarnya ada hal-hal prinsip yang mendasari terjadinya peristiwa tersebut. Dan ini merupakan satu topik yang akan menjadi sangat panjang untuk saya bahas disini.
Oleh karenanya perkenankan saya untuk merekomendasikan sebuah buku yang sangat dasyat berjudul Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses Dan Bahagia yang ditulis Bapak Ariesandi Setyono, yang sekaligus adalah Pendiri Sekolah Orang Tua.
Disana akan dibahas dengan sangat lengkap, terutama Bab 3-5 yang membahas mengenai mekanisme pikiran yang dapat mempengaruhi pola perilaku dan peristiwa atau kejadian dalam hidup kita.
Semoga bermanfaat.
Salam Hangat dari saya dan Sekolah Orang Tua,
Andreas Susetya
saya kagum dan terharu denga cerita dalam artikle anda. dan sayapun sangat menyadari sangat mungkin saya sendiripun mempunyai hambatan serupa.namun yang saya bingungkan adalah Hambatan hambatan pemikiran yg buruk itu selalu ada dalam kehidupan kita semua. bisa datang dari lingkungan keluarga,ataupun dari lingkungan dimana kita tinggal. jadi tidak mudah memang memelihara pemikiran kita dari hal hal yg justru bisa meng hancurkan sisi positif diri kita dan melahirkan atau menimbulkan citra diri yg buruk dan merugikan. apakah cara pemecahan masalah seperti yg di contohkan bisa bertahan lama? terutama apabila sumber pemicunya selalu ada di keseharian kita. tolong beri saya penjelasan lebih lanjut menyangkut solusi yg di jelaskan dalam artikle ini. saya yg menunggu penjelasan kawan kawan semua,yudi.
MASA LALU SY BERPENGARUH DLM PERJALANAN HDUP SY SLNJUTNYA.PERLAKUAN ORTU YG MENYAKITKAN MEMBAYANGI DN MENCIPTAKAN RASA BENCI DN DENDAM.SY BERPENDAPAT,SEANDAINYA ORTU SY TDK BEGITU PD SY,TENTUNYA SY BS HDUP BHGIA. HDUP DLM DENDAM SGAT TDK NYAMAN,TP SY TDK TAHU GMN MENGHILANGKANNYA. SAMPAI PADA AKHRNYA DARI BUKU2 NYA PAK ADI W GUNAWAN DN PAK ARISANDI,SDKIT DMI SDKIT MENEMUKAN JWBAN DN PENCERAHAN.TETAPI MSH ADA BAGIAN2 DIRI YG KAYAKNYA BERUSAHA MENSABOTASE DIRI SY.APA YANG HARUS SY LAKUKAN DEMI KEBAIKAN DN KEMAJUAN SY DAN ANAK SAYA.THANK’S
Halo Bapak Yudi,
Jika masih ada pemicu yang menyebabkan kita kembali ke perilaku lama kita menandakan bahwa akar masalah dari permasalahan kita masih belum terselesaikan dengan tuntas. Stimulus maupun pemicu akan menjadi netral dengan sendirinya ketika akar masalah sudah selesai diselesaikan.
Semuanya ada dalam kendali kita. Jadi tidak ada satupun pemicu maupun stimulus yang dapat mempengaruhi kita asalkan semua akar masalah telah selesai didamaikan.
Penyelesaian yang disampaikan oleh Bapak Andreas dapat bertahan lama karena telah menyelesaikan akar masalah yang sesungguhnya.
Selamat mencoba bapak.
Halo ibu Anna,
Perasaan dendam yang kita bawa memang akan menjadi beban yang berat dalam hidup kita. Kebanyakan permasalahan yang dihadapi orang dewasa memang berasal dari pengalaman pengasuhan yang pernah dilewatinya.
Tapi syukurlah melalui terapi, perasaan dendam bisa dinetralkan lho. Perasaan dendam ini, tentu saja menyebabkan sering terjadi sabotase diri dan emosi yang tidak stabil dalam hidup kita. Jadi, dengan terapi akan sangat memudahkan jalan kita menuju masa depan.
Jika memungkinkan, ibu bisa menghubungi terapis yang dekat dengan tempat tinggal ibu. Semakin ibu cepat menyelesaikan akar masalah masa lalu maka akan semakin mudah bagi ibu menjalani peran sebagai istri, ibu bagi keluarga ibu.
Salam cinta untuk ibu Anna
dan itu jua yng saya pernah rasakan,,,,
terimaksaih atas informasi2nya,,,
akan sangat berguna bagi saya….
ini bisa jadi bahan pelajaran bagi saya agar dpat membantu klien memahami permaslahan yang seringkali tak terlihat dari luar
tergambar dari hal-hal sepele yang tak pernah dihiraukan
” semua bagi orang2 yang berfikir”
mohon bimbingannya 🙂
salam
saya adalah single parent dari 2 anak,punya masalah anak pertama saya yg klas 6 SD,cenderung jadi anak yg pemurung,pediam, menarik diri dari pergaulan disekitar, dan tidak ada semangat bwt blajar..,padahal sebentar lagi mau ulangan akhir..tentu saja sbagai orang tua saya sedih sekali, saya ingin anak saya menemukan keceriaan &semangatnya lagi.rasanya ingin sekali saya bisa ada slalu bwt mereka, tapi apa dikata.., disini saya adalah seorang ibu yg pnya tugas mencari nafkah bwt khdpn kami. sungguh.. saya ingin memberikan yg terbaik bwt anak” saya.tapi mungkin dengan keterbatasan saya.sbagai orangtua mungkin saya msh perlu banyak sekali blajar tentang cara pendekatan pada anak korban brokenhome seperti anak saya.Tolong kasih saya solusi yg tepat Bu..,
dear bu sandra,
saya punya masalah berkomunikasi dengan mertua saya, sebenarnya mereka adalah orang2 yang sangat terbuka dan menyenangkan, tapi entah kenapa saya selalu sulit untuk membangun sebuah obrolan yang hangat dengan mereka, saya selalu merasa segan dan merasa takut, apakah saya pantas berkata begini atau begitu dengan mereka, saya dan suami saya sudah menikah selama 6 tahun, tapi saya masih merasa malu dan salah tingkah bila berhadapan dengan mertua saya. situasi nya selalu menjadi canggung diantara kami.
masa lalu saya cukup mengesalkan bu, ayah saya senang berselingkuh, sudah dua kali ia menikahi perempuan selain ibu saya, bahkan saya punya saudara beda ibu, belum lagi beberapa perempuan yang ayah saya pacari, saat ini pun ia punya istri muda yang tinggal serumah dengan ibu saya, mereka bertiga tidur satu kamar tanpa merasa malu trhdp anak2 bahkan cucu2 mereka ( saat kami datang berkunjung dan menginap dirumah mereka). ayah saya orang nya pendiam dan jarang bercengkrama dengan anak2nya, saya merasa bahwa ia sama sekali tidak mau memikirkan bagaimana perasaan anak2 nya (kami 3 bersaudara perempuan semua). berbagai protes pernah kami lontarkan kepada ayah saya, tapi ia cuek saja bu..
bu, apakah keadaan di keluarga saya yg mempengaruhi sehingga saya sulit berkomunikasi dengan mertua saya? saya ingin sekali bisa nyaman dan membuat mereka nyaman di dekat saya, saya sangat menyayangi mereka bu, terutama ayah mertua saya, karena beliau lah yang pertama kalinya membuat saya merasa penting dan diperhatikan sebagai seorang anak.
Saya menemukan website ini saat saya sedang mencari tahu tentang harga diri. Saya merasakan kurang lebih hal yang sama dengan artikel di atas. Rasanya stuck, tidak percaya diri, malu dan tidak punya motivasi sejak kuliah hingga sekarang. Walaupun begitu saya masih bisa lulus kuliah dengan nilai memuaskan dari perguruan tinggi ternama dan mendapatkan pekerjaan yang bergengsi. Tapi saya tidak dapat menikmati pekerjaan maupun hidup saya. Kini di Australia ikut suami, saya beruntung beliau selalu mendukung saya dan menerima saya apa adanya. Kami belum memiliki anak dan mengingat masa lalu saya kami belum memutuskan untuk memiliki anak. Kami memutuskan bahwa untuk membantu saya mengatasi masalah saya (harga diri rendah, tidak pernah merasa cukup baik, malu, tidak percaya diri, tidak punya motivasi) kami akan meminta bantuan dari terapis. Walaupun begitu saya masih merasa malu dan takut mencoba untuk pergi ke terapis, sungkan pada suami karena karena terapis swasta biayanya sangat mahal (saat ini saya belum bekerja full time-dan bagaimana bisa mendapatkan pekerjaan yg lebih baik kalau saya terus menerus didera penyakit tidak PD), ada program yang murah dengan dana dari pemerintah di klinik milik pemerintah tapi saya malu apa nanti kata orang mengingat profesi saya adalah dokter. Dilihat dari surat saya saja sudah terlihat saya orangnya serba canggung ya pak, bu…
Yang ingin saya tanyakan :
1. Apakah sekolah orang tua : dengan permasalahan seperti saya (usia 31 thn) punya cara untuk membantu mengatasi masalah saya? karena saya tinggal di luar negeri sulit untuk mendapatkan buku dan CD dari sekolah orang tua. Apakah ada program konsultasi pribadi jarak jauh dan apakah itu memungkinkan?
2. Awal september 2011 saya akan ke bali untuk suatu acara. Apakah sekolah orang tua ada rencana ke bali juga di waktu yg sama?
Saya sangat mengharapkan jawaban. Semoga Bpk Andreas atau ibu sandra berkenan menjawabnya.
Ibu Dea yang sedang bingung.
Masa ini memang masa bagi anak sedang mengalami perubahan. Mulai perubahan fisik yang akhirnya mempengaruhi psikisnya juga.
Jadi yang perlu ibu perhatikan, apakah anak ibu sudah mengalami tanda-tanda pubertas. Jika iya, menarik dirinya bisa disebabkan dia merasa ada sesuatu yang aneh dengan dirinya tapi malu untuk cerita.
Pendekatan emosi yang bisa ibu lakukan adalah mencari bahasa cinta si anak. Silahkan membaca buku 5 Bahasa Kasih karangan Gary Chapman.
Jika kita memahami bahasa kasih anak, kita akan lebih mudah untuk mendekati anak. Sama seperti jika kita memahami bahasa Madura maka kita pun akan lebih mudah untuk menjalin hubungan dengan orang Madura bukan ?
Single parent ataupun double parent, bukanlah penyebab dari kesulitan kita untuk dekat dengan anak. tapi kedekatan disebabkan perasaan dipahami, dan didengar yang ada didalam diri anak sehingga ia tidak sungkan atau takut dihakimi/dinilai ketika ia mengemukakan pendapat / perasaan.
Selamat PDKT ibu
Ibu Rickha yang baik,
Tentu saja, keadaan keluarga ibu mempengaruhi diri ibu. Apa yang ibu alami dan ibu rasakan mengenai sikap ibu dan ayah Anda akan mempengaruhi cara ibu berpikir dan merasa.
Bersyukurlah bahwa ibu memiliki mertua yang memiliki sikap dan pemikiran yang 180 derajat berbeda sekali dengan ayah ibu asli.
Jarang sekali ada mertua yang berusaha untuk mendekatkan diri dengan menantunya.
Ibu, untuk mengurangi rasa canggun ibu, mulailah dari perdamaian dengan diri sendiri, memaafkan diri sendiri dan menerima diri sendiri. Tidak ada manusia yang sempurna, jadi ibu pun layak untuk diperhatikan dan disayangi oleh mertua ibu.
Hilangkan juga kecurigaan dalam diri mengenai kebaikan seseorang. Orang berbuat baik, diterima dengan ucapan syukur dan terima kasih.
Kemudian, maafkan ayah ibu asli atas kelakuan tidak pantas yang pernah diperlihatkan pada ibu. Biarkan itu terjadi di masa lalu. Dan JANGAN biarkan masa lalu mempengaruhi masa depan ibu.
Jika ibu kesulitan untuk berdamai dengan diri sendiri dan menerima masa lalu, silahkan menghubungi terapis SO yang terdekat dengan domisili ibu.
Selamat berdamai ibu Rickha ^_^
Ibu Dee yang berharga,
Harga diri yang kurang baik disebabkan adanya perasaan tidak puas dengan diri sendiri, merasa diri sebagai orang yang terjelek di dunia dan akhirnya selalu menyalahkan diri sendiri. Apakah perasaan ini yang sering hinggap dalam hati ibu ?
Ibu, dokter pun manusia biasa dan bisa mengalami kesalahan dalam program pemikiran. Demikian pula dengan saya sebagai psikolog. Psikolog pun manusia. Saya pribadi, 10 tahun yang lalu juga mengalami penyakit harga diri rendah ini. Padahal saya mempelajari tentang kejiwaan manusia lho ! tapi tidak menyadari kalau diri sendiri juga terkena penyakit ini.
Ibu beruntung ! karena ibu menyadari adanya yang perlu dikembangkan dalam diri ibu. Banyak orang yang tidak menyadari penyakit psikis yang menderanya dan akhirnya malah membuat hidupnya lebih tidak bahagia lagi kemudian menyalahkan lingkungan bahkan Tuhan atas kesialan/musibah/kejatuhan yang dialaminya.
Bagaimana bisa terjadi ? Pengalaman masa lalu dan pola asuh yang kita terima di masa lalu lah yang menyebabkan terbentuknya persepsi mengenai diri sendiri. Nah… akar masalah inilah yang harus diselesaikan.
Alam semesta ini sudah disetting oleh Penciptanya untuk selalu membantu umat manusia hidup dengan lebih baik dan lebih bahagia.
Ibu, manfaatkan fasilitas ini. Mintalah kepada alam semesta untuk mengirimkan energi cinta kasih kepada diri ibu dan gunakan energi ini untuk mencintai diri sendiri.
di alam semesta, berlaku hukum : apa yang diminta itu yang diberi. Apa yang dipikirkan itulah yang terjadi
Jika ibu berpikir bahwa ibu adalah pribadi yang tidak berharga maka perilaku ibu pun akan menunjukkan bahwa ibu tidak berharga. Tapi jika ibu merasa ibu adalah orang yang layak bahagia maka perilaku ibupun akan mengarah kepada pencapaian kebahagiaan ibu.
Jadi… mulailah dengan mencintai diri sendiri, berhenti menyalahkan diri sendiri. Ibu berharga dan layak untuk bahagia + menatap mata setiap orang yang ibu temui.
Jika ibu masih ada ganjalan yang menyebabkan ibu ada sedikit hambatan, ibu memang bisa meminta bantuan terapis.
Ada terapis AHI yang berdomisili di Bali. Silahkan ibu contact langsung dengan beliau. Pak Rhyza 081 338 60 45 60
Selamat menjadi kupu-kupu, ibu Dee.
Dear bu Sandra,
terima kasih atas tanggapannya.
sungguh saya berarti bagi saya.
bagaimana jika saya ingin membuat janji dengan bu sandra?
dan apakah ada terapis wanita di bali maaf saya merasa lebih sreg dengan terapis wanita.
salam-dee
Hai ibu Dee,
Ibu bisa menghubungi saya di nomor 085 85 10 90 5 90.
Untuk terapis wanita di bali, saat ini masih belum ada alumni AHI wanita di bali.
Di Surabaya, sudah banyak terapis wanita. Jika ibu kebetulan ke Sby, mari mampir di klinik AHI, jln Dharmahusada Permai V 308, 031 594 14 39.
Semangat ! Ibu Dee !